Chapter 24 - Back Out

1.6K 404 168
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Biasanya cinta yang paling kuat dirasa, akan meninggalkan luka yang sangat dalam saat kita melepaskan.

✿_______________✿_______________✿

Ketika akan menyerang lagi Alden ditahan oleh beberapa petugas keamanan.

Ardi dibantu berdiri. Matanya menatap Alden marah. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang, sebab di sini banyak orang. Tanpa sadar ternyata hidungnya mengeluarkan cairan merah. Segera Ardi menyekanya. Tinjuan Alden bukan main kerasnya.

Alden melepas pegangan dua petugas. "Ingat, Om! Akan segera saya ungkap kebenaran sebenarnya! Saya bakal bikin Om dihukum atas kejahatan Om dan menyudahi akting bullshit ini!"

"Apa maksud Anda?" tanya salah satu wartawan yang mulai kepo.

Ucapan Alden mengundang mereka mengarahkan alat perekam ke arahnya.

Entah keputusan benar atau salah Ardi membiarkan Alden tetap hidup. Karena jasanya dalam menyelamatkan Aina dari rencana kejahatan Retno membuatnya memberi kesempatan kepada Alden.

Malas meladeni para wartawan, Alden memilih untuk menghindar.

Alden pergi dan masuk kembali ke mobil. Mobil melesat meninggalkan halaman kantor. Meninggalkan para wartawan yang masih bertanya-tanya tentang titik terang kasus ini.

Seraya menyetir, Alden menghubungi Aska lewat telepon. Meminta dia untuk datang ke kantornya.

✿_______________✿_______________✿

"Bisa-bisanya Mama punya anak yang begini."

Delia tertegun melihat acara televisi yang mengatakan bahwa tersangka pembunuhan Reyhan adalah Ardi. Ayah dari Alisa.

Tunggu. Kenapa Delia tidak pernah terpikirkan ke sana?

Ardi adalah salah satu orang yang membencinya karena mengira dirinya sudah membunuh Alisa.

Jantung Delia berdebar. Suara berat yang ia dengar juga mirip dengan lelaki itu. Ya, Delia masih mengingatnya meski samar-samar. Terlebih kala melihat Alden menyerangnya. Berarti lelaki itu sudah tahu bahwa pelakunya Ardi?

"Pengacara itu meninggal gara-gara kamu, Del?" Mamanya yang sedang merokok menggeleng-gelengkan kepala. "Keren, ya, anak Mama. Terkenal, namanya disebut-sebut di tivi, tapi karena keburukannya. Satu orang terbunuh lagi gara-gara kamu. Ck. Anak nggak ada guna."

Pulang ke rumah harusnya Delia mendapatkan kenyamanan, ketenangan, untuk berlindung dari runyamnya masalah di luar. Tapi yang ia dapatkan malah lebih seram. Sosok yang melahirkannya sendiri mengucilkannya seperti orang lain.

Delia berbalik, menghadap ke jendela, melihat seseorang sedang berdiri seolah sedang menunggu. Mata mereka bertemu pandang. Tanpa sadar bibir Delia menyungging senyum, pun dengan dia. Delia membuka pintu, berlari ke teras. Tapi sosok tadi sudah hilang. Halaman rumah kosong. Hanya ada daun yang bergerak oleh angin.

Reyhan tidak ada.

Lagi-lagi halusinasi. Kini Delia juga kehilangan tempat berlari. Tidak ada tempatnya untuk merasakan kebahagiaan lagi.

Dengan membawa kecewa, Delia putar badan kembali. Ia ingin pergi ke rumah Reyhan, meluapkan kesedihan di pelukan Lena. Tapi ia terlalu malu dan tahu diri. Meskipun Lena tidak menganggap dirinya sebagai penyebab kematian Reyhan, tetap saja rasa bersalah Delia tidak dapat dihilangkan. Ia tidak sanggup dekat dengan Lena. Rasanya akan sangat menyakitkan.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang