Chapter 19 - Fall in Love

2K 425 199
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Tidak semua mimpi di dunia harus dituntaskan. Ada kalanya ia harus berhenti. Semua ada batasnya. Tuhan lebih tahu mana yang terbaik.

✿_______________✿_______________✿

"Lho? Lho? Lho? Tadi pagi Alden yang galau, sekarang kok jadi kamu, Rey? Ada apa?" Om Gustin bertanya saat melihat kedatangan Reyhan dengan wajah kebingungan.

"Karma itu namanya, Om," sahut Alden yang duduk di meja kerjanya.

"Terima kasih, Pak." Klien barunya berjabatan tangan dengan Alden. Dia pun keluar dari kantor setelah berdiskusi dengan Alden bahwa ia ingin menyewa pengacara untuk membelanya yang terjerat kasus kejahatan.

"Kira-kira perempuan marah-marah nggak jelas itu kenapa? Beneran cemburu?" Reyhan mengambil kursi kemudian diletakkan di dekat Om Gustin. Dia sudah seperti siswa sekolah yang ingin bergosip.

Alden sedikit tertarik mendengar curhatan Reyhan. Sejak kapan temannya itu bicara soal perempuan? Sepertinya dia ada kemajuan.

Reyhan bercerita sama seperti apa yang ia ceritakan kepada ibunya kemarin malam.

"Kata ibu, dia cemburu!" ucap Reyhan di akhir.

Om Gustin dan Alden kompak menyembur tawa.

"Kok kalian ketawa, sih?"

"Menang kelewat polos, Om," sindir Alden.

"Bisa jadi si Delia suka sama kamu, Rey. Peka, dong! Peka! Makanya otaknya harus sedikit refreshing. Belajar peka sama perempuan." Alden menjitak kepala Reyhan jail. Masalah perempuan sepertinya Reyhan wajib berguru pada Alden. Jika di sekolah ada pelajaran soal cinta atau hati, pasti Reyhan mendapat nilai merah.

"Suka? Dia liat dari apanya?"

"Astagfirullah ....." Alden beristigfar. Temannya memang lola soal urusan cinta. Kasihan sekali Delia. Pantas dia marah.

"Biasanya cinta datang karena terbiasa, Rey. Nih, Om kasih tahu. Om sama istri Om awalnya nggak saling mencintai, tapi seiring berjalannya waktu karena terus bersama, akhirnya cinta itu muncul dengan sendirinya." Om Gustin menyumbangkan pengalamannya.

"Kamu sendiri gimana? Suka juga gak sama dia? Ngerasa sesuatu nggak?" tanya Alden.

"Aku nggak tau, Al. Yang jelas bawaannya pengen lindungin aja. Kemarin liat pakek kerudung? Lebih cantik keliatan aura perempuannya."

Alden menabok bahu Reyhan. "Right! Bisa dikatakan itu cinta! Betul nggak, Om?!" Alden berapi-api. Om Gustin menunjukkan jempol.

"Udah, kamu tembak aja Delia! Bilang kalau kamu suka sama dia, selesai semua kesalahpahaman. Clear, " lanjut lelaki itu.

"Say no to pacaran," tolak Reyhan.

"Bakal langsung ajak nikah, nih, Om. Udahlah!!! Hajar!" Jiwa semangat 45 sedang melekat di jiwa Alden. Lupa kalau dia baru patah hati.

"Rey, bikin mi instan sana. Lapar, nih. Sebagai pesta akhirnya Reyhan jatuh cinta juga." Alden mencetuskan ide.

"Bener, Al!" Om Gustin mendukung. "Wah, kayaknya yang bakalan nikah duluan Reyhan, nih. Alden, gimana? Kamu rido?"

"Rido, rido aja kalau memang takdirnya begitu, Om."

"Wah, kalian mulai bertingkah, nih," ucap Reyhan.

"Udah sana bikin. Urusan nikah belakangan."

"Siap, Bos!" Reyhan memberikan hormat. Di depan Delia saja so jaim, aslinya bobrok. Ya begitulah manusia. Ia bertingkah sesuai dengan siapa ia berhadapan.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang