Chapter 27 - Blood

1.9K 435 207
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Balas dendam hanya akan menimbulkan pertumpahan darah dan air mata yang lebih banyak lagi.

✿_______________✿_______________✿

Sebuah mobil berhenti di depan halaman rumah yang halamannya terdapat banyak ditumbuhi tanaman berbunga. Dalam mobil itu ada dua orang. Aska dan Aina. Aina memandang ke jendela, melihat seseorang tengah menyemprotkan air ke tanaman bunga mawar.

Aina melirik Aska.

"Apa dia bakalan marah, Ka?"

"Ibunya Reyhan orang baik. In syaa Allah dia bisa tegar saat kamu ngomong."

Aina menarik napas dan mengeluarkannya.

"Bismillah," bisik Aska.

"Bismillah." Aina memgikuti. Dia pun bergegas keluar.

Aktivitas Lena terhenti saat melihat Aina membuka pagar dan berjalan ke arahnya.

Benda yang ada di tangan jatuh. Berita tentang kematian Reyhan dan siapa yang menjadi tersangka berseliweran di media. Meski Lena diam, dia sudah tahu. Meski Alden belum bercerita secara rinci mengenai siapa pembunuh Reyhan, Lena sudah mengerti. Lena tidak akan meminta lebih, ia hanya ingin bertemu dengan tersangkanya jika sudah ditangkap. Akan ia tanyai orang itu mengapa tega membunuh anaknya.

"Assalamu'alaikum, Tante ...."

"Wa ... waalaikumussalam ...."

Aina mencoba tersenyum. "Tante pasti udah tahu siapa saya, kan?"

"Maaf, saya harus masuk." Terlalu berat bagi Lena untuk menghadapi Aina.

"Tunggu dulu, Tan. Izinkan saya bicara."

"Bicara soal apa?"

Aina mendekati Lena lagi, berdiri di depannya.

"Sekarang saya udah paham dan tahu, Tan. Papa saya bersalah atas hilangnya Reyhan di hidup Tante."

Lena enggan menatap perempuan di depannya.

"Saya ke sini untuk memohon maaf. Saya tahu, Tante akan sulit untuk memaafkan."

"Manusia masih bisa memaafkan, tapi enggak untuk melupakan. Manusia masih bisa menutup luka, tapi enggak untuk menghilangkan luka. Kadang butuh waktu sampai bertahun-tahun, atau bahkan membawanya sampai dia mati."

"Tante, mohon, maafkan saya atas nama Papa." Aina memegang tangan Lena, kemudian menekuk lutut di tanah, membiarkan air mata mengalir. "Maafkan saya. Saya janji, saya bakal buat Papa mengakui semua kesalahannya. Saya tahu dia adalah orang tua saya, tapi walaupun begitu, dia tetap salah, dia wajib dihukum. Saya bakal bikin Papa membayar semua kejahatan dia. Tante tenang aja, saya sendiri yang bakal jadi saksi ...."

"Apa dengan semua itu bisa mengembalikan nyawa anak saya? Apa dengan ditangkapnya dia bisa membuat anak saya kembali ke sini? Apa dengan dihukumnya dia bisa membuat Reyhan ke sisi saya lagi?"

Jawaban perempuan yang sudah ayahnya sakiti dengan cara membunuh putra tercintanya membuat dada Aina teriris.

Aina tahu, apa pun cara yang ia lakukan untuk menebus kekejaman sang papa tidak akan pernah membuat Reyhan kembali. Keadaannya akan tetap sama. Semua merasa kehilangan. Meski ia harus menangis darah sekali pun, ia tidak akan bisa mengembalikan kebahagiaan seorang ibu yang telah direnggut buah cintanya.

"Kamu lihat bunga-bunga itu. Reyhan suka pertik bunga ini untuk saya. Walaupun saya marah, tapi dia nggak pernah berhenti untuk ngelakuin kebiasaan itu. Dan ketika dia pergi untuk selama-lamanya, nggak ada lagi yang kasih saya bunga. Saya kesepian. Apa dengan dihukumnya dia bisa membuat luka di hati saya sembuh? Tolong katakan. Kalau iya, maka lakukan, tapi kalau enggak, saya juga bingung harus menyikapinya bagaimana ...." Suara Lena tercekat.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang