Chapter 26 - Hurt (2)

1.8K 424 135
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Tidak semua tujuan Tuhan mempertemukan adalah untuk mempersatukan. Ada yang untuk dijadikan pelajaran atau latihan kesabaran.

✿_______________✿_______________✿

Saat ini Alden dan Delia sedang ada di kantin rumah sakit. Winda mengalami koma setelah menjalankan operasi. Delia semakin frustrasi. Dia berada di sini pun atas paksaan Alden. Makan dan menjalani aktivitas lain Delia sudah malas. Gairah hidup sudah hilang. Jika Winda tidak selamat, maka ia tidak akan bisa mengakhiri kesalahpahaman ini. Pembunuh itu akan terus mengincarnya. Entah akan ada berapa korban lagi yang akan celaka.

Sewaktu pagi tadi Alden ke rumah sakit untuk mengecek ternyata Delia tidak pulang, dia mendapati Delia berantakan. Pakaiannya masih yang kemarin. Katanya dia tidur di Musala dan berdiam diri lagi di luar ruang ICU. Delia sudah malas pulang ke rumah.

Keluarga Winda tidak peduli karena merasa tak memiliki tanggung jawab. Mereka juga hidup pas-pasan. Boro-boro membayar uang operasi, untuk makan sehari-hari saja susah. Akhirnya semua biaya operasi, ICU, dan lain sebagainya, Alden yang menanggung.

Alden pun mengajak Delia ke kantin karena tahu gadis itu pasti belum makan.

Sepiring nasi goreng yang asapnya mengepul terhidang di meja.

"Terima kasih, Bu," ucap Alden kepada perempuan paruh baya itu.

"Sama-sama, Pak."

"Kenapa lo jadi baik gini, Pak?"

"Saya emang baik dari dulu. Baru nyadar? Emang Reyhan doang?"

"Emm maksudnya bukan begitu ...."

"Kamu cuma belum mengenal saya lebih dalam aja. Kalau saya jahat, mana mungkin Reyhan mau berteman dengan saya, kan?"

Setiap kali Delia mendengar nama 'Reyhan', ia merasakan sakit tanpa sebab.

"Ya udah, makan dulu. Jangan nggak dimakan, saya udah ngeluarin banyak uang. Cukup bayar dengan makan nasi goreng ini sampai habis."

"Dalam kondisi begini mana bisa gue makan?"

"Reyhan itu dari dulu orangnya nggak pekaan. Dia memang baik ke semua orang. Ada satu dua orang perempuan yang datang ke dalam hidupnya. Mungkin Reyhan sempat jatuh cinta, tapi dia nggak menyadari itu. Waktu cewek itu udah pergi, baru deh dia merasa kehilangan. Ada juga perempuan yang udah menunjukan kalau dia itu suka sama Reyhan, tapi Reyhan yang nggak pekaan itu, membuat perempuan itu pergi juga. Karena rasa sayang Reyhan hampir sepenuhnya dikasih ke ibunya, jadi dia nggak begitu peduli sama yang namanya cinta. Mungkin itu salah satu kesalahan Reyhan.

"Kamu juga hampir pergi, kan? Reyhan bilang, kamu suka marah-marah dan bilang nggak mau ketemu dia lagi. Pas saya kasih tau kalau kamu kemungkinan punya perasaan sama dia, Reyhan nggak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti perempuan-perempuan sebelumnya. Kali ini dia nggak mau kehilangan. Tapi ... ya begitu ...."

"Ingat pesan-pesan Reyhan untuk selalu bersyukur. Jadi makanlah selagi ada makanannya. Di luar sana untuk dapat sesuap nasi aja susah."

"Jangan bahas Pak Reyhan, deh, Pak."

"Kenapa?"

"Dada gue sesak."

"Kamu cinta sama dia?"

"Orang yang harus gue salahin itu lo, Pak. Lo adalah perantara antara pertemuan gue sama Pak Reyhan. Gue benci sama lo!" Delia mulai mengambil sendok dan siap memakan nasi goreng sebagai penebusan utangnya terhadap Alden.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang