Chapter 7 - Grateful

3.5K 626 173
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Luasnya bahagiamu diukur dari luasnya rasa syukurmu

✿_______________✿_______________✿

Pulang ke rumah dalam keadaan kacau adalah hal yang paling dihindari Alden karena ia akan mendapatkan runtutan pertanyaan dari orang tuanya.

"Udah Ibu bilang, kamu jangan terlalu ngejar-ngejar penjahat. Itu, kan udah jadi tugas Jaksa."

"Ibu khawatir, Nak. Kamu tolong ngertiin perasaan Ibu. Keselamatan kamu lebih penting daripada pekerjaan!"

Kehilangan anak pertamanya membuat Galiena sangat posesif terhadap Alden.

Sampai detik ini, Galiena belum bisa melenyapkan rasa bersalahnya tentang meninggalnya Liliana--putri pertamanya.

Alden mengurungkan niat untuk pulang dan kembali ke kantor. Ia tidak mau membuat sang ibu khawatir dan membuatnya membahas Liliana.

Untuk sekolah di luar negri saja Alden harus memohon-mohon ratusan kali. Untungnya ayahnya lebih pengertian. Abyan berhasil membujuk Galiena supaya mengizinkan Alden sekolah di tempat yang ia mau.

Galiena lebih sering memarahinya untuk kesalahan sekecil apa pun. Alden tahu ibunya melakukan itu karena dia sangat menyayangi dirinya. Wanita itu tidak mau kehilangan untuk ke dua kali. Tapi tetap saja, jika pasir terlalu digenggam pun akan tetap lepas. Alden tidak suka pergaulannya dibatasi.

Alden tipe anak yang sulit diatur, membuat orang tuanya harus ekstra sabar menghadapi dia yang keras kepala dan semaunya. Kendati sikap Alden selalu membuat Galiena marah, tidak pernah ia melontarkan kata-kata buruk untuk anaknya.

Setiap Alden membuatnya kecewa, Galiena kerap bergumam,"Semoga kamu jadi orang yang sukses!"

Ada sebuah cerita, yang pastinya menampar para orang tua.

Jika sedang kesal kepada anak, jangan sampai menyumpahinya.

Suatu hari ada seorang ibu yang marah kepada putranya yang masih anak-anak karena dia tidak sengaja memecahkan vas bunga hingga pecah.

Ibunya yang marah lantas meneriaki dengan ucapan kasar lantaran sang anak malah kabur. "Semoga nanti tubuh kamu ancur kayak vas bunga ini!" Dia tidak sadar bahwa ucapan adalah doa.

Beberapa tahun kemudian, anaknya tumbuh menjadi orang sukses. Dia berhasil menjadi seorang arsitek yang sangat membanggakan dua orang tuanya. Ibunya bahagia.

Suatu waktu sebuah kecelakaan terjadi.

Ketika anaknya bekerja di lapangan, dia tertimpa bangunan.

Tubuhnya hancur, sama seperti vas yang tidak sengaja ia jatuhkan beberapa tahun lalu, sesuai ucapannya ibunya yang diselimuti amarah.

Ini membuktikan bahwa doa seorang ibu mustajab.

Galiena jadikan itu sebagai pembelajaran agar ketika kesal kepada anaknya, ia tidak akan mengatakan keburukan, berusaha sebisa mungkin menahan emosi, berusaha mendoakan yang terbaik, karena ucapannya adalah doa untuk anaknya. Kalau dia tidak bisa menjaga ucapan, ia akan menyesal seumur hidup.

Mengurus anak tidak semudah yang dibayangkan. Galiena sudah melaluinya.

Sebelum ke kantor Alden ikut ke kantor polisi demi mengetahui hasil interogasi polisi dan orang yang menyerangnya.

Orang itu berkata bahwa dirinya mendapat nomor Alden dari perempuan bernama Delia hingga ia bisa menelepon Alden dan menyuruhnya untuk datang ke rooftop. Selain itu dia tidak memberikan informasi apa-apa lagi. Dia menggunakan haknya untuk tetap diam.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang