2- Sticynote Arin 🌱

5 1 0
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Sah!

Para saksi yang berada ditempat mengucap kata sah dengan semangat. Berbeda dengan Rangkap yang wajahnya penuh peluh karena gugup. Dan Arin yang tegang terdiam dengan jubah putihnya.

Jilbab yang sedemikian rupa dibentuk dengan mahkota menempel dikepalanya. Membuat kesan alim bagi seorang Arin. Dia tau jika baru hari ini dia memakai jilbab benar. Biasanya dia akan memakai pashmina dengan disampirkan saja.

Berganti sekarang, Arin akan menyalami Rangkap, dan Rangkap akan menyium Arin. Santai Arin! Ini biasa oke? Lo udah sering lihat di film sama novel kan?

Arin santai mencium tangan Rangkap yang mulus. Ngalahin mulusnya tangan Arin karena keseringan mencuci (jika tidak malas).

Berganti Rangkap yang mencium kening Arin. Sangat singkat. Bahkan Arin seperti tidak merasakannya.

Arin membantin : Nggak kenyal tuh kayak dinovel, uppsie.

Selesai dengan semua urusan. Rangkap dan Arin keluar KUA.  Karena hari ini banyak yang akan nikah tidak hanya mereka saja.

"Ayah pulang dulu ya Arin, katanya kamu mau diajak keluar dulu," pamit Ayah sambil mengelus kepala Arin. Tidak terasa, putri mahkotanya telah menjadi ratu orang lain. Andai Arin bisa lebih lama hidup dirumahnya.

Arin mengangguk. Kemudian dia menyalami tangan Ayah dan Mama diikuti Rangkap. "Hati hati ya, jagain Arin, Ayah minta tolong."

Rangkap menjawab dengan anggukan seperti biasa. Mereka semua pun berpisah. Arin dan Rangkap beserta Papi ke mobil Papi, lalu Ayah dan Mama ke mobil mereka.

"Kita kerumah Kakek dulu baru kerumah kalian ya?" pertanyaan tanpa jawaban dari Papi membuat Arin menoleh. Jadi, beneran kalo mereka bakal serumah sendiri? Padahal Arin pengennya tetep dirumah Mama aja.

Gabisa godain Mama lagi huhu:(

Mereka berdua, Rangkap dan Arin duduk dibelakang. Papi yang menata dan menyuruh. Karena tadi sempat ribut siapa yang akan duduk didepan disamping Papi. Harapan sang Papi ini bisa jadi cara mendekatkan keduanya. Karena dia dulu dibeginikan oleh orang tua Mami.

Mobil lumayan lama berjalan. Sepertinya rumah kakek memang jauh. Dari jalanan yang ramai, hingga sepi. Dari pemukiman yang padat hingga lahan yang jarang ada rumah.

"Masih jauh?" tanya Arin mencoba tidak canggung.

"Masih," jawab Rangkap yang sudah menutup matanya. Dengan kepala yang menengadah keatas mencari kenyamanan.

Semalamam dia menghafalkan nama Arin yang menurutnya panjang. Bahkan nama anak kelasnya saja dia tidak hafal. Jadinya hampir semalaman dia tidak tidur. Tau-tau sekarang udah di KUA dan jadi suami.

"Tidur aja, gue gamau mijitin elo kalo capek," ucap Rangkap terakhir kalinya.

Arin mendengkus. Dia juga tidak mau kali kalau badannya disentuh Rangkap. Najis mugholadhoh kalo di pelajaran PAI mah.

Tiener LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang