---
Tok tok tok
Pintu dengan ukiran klasik tersebut terbuka dengan lebar. Memperlihatkan wanita paruh baya yang wajahnya hampir mirip seperti sang tokoh utama. Senyumnya lebar menyambut seseorang yang mengetuk pintu. Siapa lagi kalau bukan menantu.
"Waalaikumsallam. Pulang sekolah langsung kesini ya rin?" Arin mengangguk dengan mencium tangan Mami. Masih dengan helm dikepalanya.
"Alhamdulillah, Tuh Dian udah nungguin sama Komo didalem dari tadi, yuk masuk yuk," ajak Mami saat Arin bersiap melepas helm.
Arin menenteng helm sambil masuk rumah, dengan membawa tas Rangkap yang 2 kali lipat besarnya dibanding tasnya sendiri. Namun, saat kakinya baru 2 langkah didalam. Dia terhenti melihat pemandangan dihadapannya.
"Dian!! Komo mau jatuh!! Mamiii!!"
Bruk
Komo mendarat dengan mulus dari tangga menuju lantai dua kelantai satu. Mami dan Arin langsung bernafas lega melihat Komo baik-baik saja. Dian yang baru keluar dari taman langsung menghampiri Komo dengan cepat.
"Ya allah Dian, aduh hampir aja," Mami nengelus dada karena kaget, lalu pergi ke dalam kamar kamar.
"Kamu tuh ngapain kesana sih, disini kan ada Dian mo. Nanti kak akap bakal marah sama Dian kalo kamu mati," ucap Dian mengelus bulu Komo kasar.
Saat menoleh, Dian mendapati Arin berdiri kaku didepan pintu. "Kak Arin, ayo main sama Komo," maap Dian kamu ngajak tapi wajahnya jangan kayak marah dong.
Arin tersenyum sedikit. Badannya masih syok karena melihat Komo jatuh tadi. Untung kucing punya nyawa sembilan. Jadinya Komo selamet dehh.
"Udah dikasi makan belum?" tanya Arin saat menghampiri Dian. Tentunya setelah menyimpan segala kepentingan Rangkap dan dirinya disofa ruang tamu.
Dian menoleh dengan menggeleng. Membuat rambut gaya doranya ikut terombang ambing lucu.
"Kasih makan yuk dibelakang, dideket kolam," ajak Arin berganti memegang bahu Dian.
Dian mengangguk. Pantas saja Dian tidak punya teman. Ekspresi yang dia miliki saja cuman datar. Siapa anak kecil betah main kalo mukanya datar terus. Senyum juga kagak kaget juga kagak.
Arin gantian menggendong Komo untuk diajak ke taman. Masih pake baju sekolahnya. Ya walau besok masih dipake, taoi mau gimana lagi, ga bawa ganti.
Mereka duduk dipinggir kolam renang. Jika dibandingkan, memang rumah Rangkap lebih mewah dibanding rumah Arin. Tentu saja lebih berduid Rangkap. Tapi, Rang kap tetap dibawah Nayla. Iya, Nayla tak tertandingi kayanya.
"Komo ga nakal Dian?" ucap Arin mengelus lembut bulu Komo. Dian menggeleng dengan menatap air kolam. Kakinya bergoyang goyang dengan setengah kaki tercelup kedalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...