3- Rangkap Berubah ya? 🌱

6 2 0
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Bunda, Tio berangkat ya."

Tio bersalaman dengan perempuan dihadapannya. Wanita ini terlihat masih muda meski sudah berkepala empat. Apalagi karena kerudung instan yang dia pakai. Manis dan anggunly.

Bunda mengangguk. "Iya. Tadi gimana? Udah dibawa roti selai coklat strawberynya?" tanya Bunda sekali lagi sebelum Tio meninggalkan teras. Tio berhenti sebentar sambil menatap keatas untuk berfikir.

"Udah kok bun. Dadahhh Assalamu'alaikum," Bunda menjawab salam dengan geleng-geleng. Pasalnya, tidak biasanya Tio berbekal roti selai yang bercampur. Katanya kelihatan eneg buat dimakan, tapi sekarang tau-tau doyan sama roti selai campur.

"Oalah yo, yo," gumam Bunda menutup kembali pintu rumahnya. Tio sudah pergi dari rumah, membawa motor vespa kuning kesayangannya, tidak lupa dengan bersenandung ria disepanjang jalan.

---

"Ambil motor dirumah dulu ya kap," ucap Arin sambil memeriksa kembali isi tasnya. Takut bila saja ada yang tertinggal.

"Kenapa? Oh lo malu pake motor gue," Alis Rangkap bertaut seakan menanyakan hal serius.

Arin terhenti dari aktifitas mengecek tas. Nafasnya dia keluarkan kasar dan juga mata yang memutar. "Ngapain gue malu? Kalo masalah malu, punya suami lo aja gue udah malu."

Bibir Rangkap maju beberapa senti. "Lo jahat banget si. Masa punya suami gue aja malu? Jarang-jarang loh suami ganteng plus pinter matematika gini."

"Ada banyak yang pinter matematika dikelas gue, dahlah mending lo diem," Arin masih sibuk dengan tasnya. Sampai saat akan naik motor, dia kembali berdiri tegap, mulai merapikan seragam.

"Eh lo nggak lupa bawa surat lamaran kerja kan?" Sesuai dugaan, Arin melihat senyum lebar dari Rangkap. Senyum untuk menutupi rasa penyesalan.

"Pikun banget si lo ah!" Arin langsung lari masuk kembali kedalam rumah kembali.

Rangkap yang belum konek terbengong. Saat sudah ingat tangannya mendarat mulus dijidat sambil bilang. "Kok gue jadi pikun sih."

Sebenarnya Rangkap tengah meloncat hatinya. Enak ya, ada yang ngingetin sekarang. Ada teman dijok belakang waktu sekolah. Jadi, ga perlu ribet cuman karena barang ketinggalan.

Enaknya punya istri- suara hati Rangkap

Arin kembali dengan amplop coklat ditangannya. Sebelum naik motor, dia memasukkan amplop tersebut kedalam tas Rangkap. Ya ini yang bikin lama. Udah semaleman bingung persiapan, eh malah hampir ketinggalan.

"Yaudah ayo cepetan. Udah jam set 7," gertak Arin menepuk nepuk bahu Rangkap.

Motor Rangkap mulai pergi meninggalkan rumah sederhananya. Sesuai perintah Arin, mereka pergi ke rumah Arin dulu untuk mengambil motor.

Tiener LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang