"Kap, bangun ya, gue lemes ini,"
Arin terus menggoncang tubuh Rangkap. Yang sialnya memerangkap tubuhnya dari belakang. Membuat Arin tidak bisa bergerak selain kepalanya saja.
Jika kemarin Arin yang sibuk kepada Rangkap. Sekarang malah Rangkap yang sibuk ke Arin. Iya, Rangkap nempel-nempel kayak koala ke Arin. Kan Arin yang susah nafas kalo gini.
"Gue ngantuk, diem deh mendingan, kan lo juga yang gak tidur-tidur tadi malem, sampe jam 2 gue puk-puk in elo, gue ca..pek," ucap Rangkap kembali menyembunyikan kepala dileher Arin.
Menurut artikel yang pernah dibaca Arin. Titik kelemahan seorang wanita salah satunya ada dileher. Apalagi saat tersapu oleh nafas yang hangat. Yang celakanya mampu membuat merinding sekujur tubuhnya.
Dan sepertinya, Arin mengalami ini.
"Kap," panggil Arin mencoba menjauhkan kepala Rangkap dengan menggeleng-nggeleng. Tapi nggak berhasil.
Malah, dengan sekejap, Arin diputar untuk dipeluk dari depan oleh Rangkap. Membuat mereka bertatapan dengan beberapa senti didepan bibir. Hidung mereka saja sudah bersentuhan.
"Kap, bisa lepasin? Gue asma deh kayaknya."
Rangkap menggeleng pelan membuat hidung mereka bergoyang goyang dan bibirnyang semakin dekat.
"Kata Mami itu... Orang sakit mintanya dipeluk... Lo lagi sakitkan?"
Tanpa sengaja, bibir merekapun bertaut. Perasaan semalam yang sudah dipendam Arin kembali mengeruak. Perasaan malu dan nagih sekaligus. Ini masih pagi ya tuhan!!
Tapi beruntungnya tidak ada pergerakan dikejadian ini. Rangkap masih saja menutup mata seakan tidak mau bangun. Dan Arin yang dipeluk, badannya sudah sekeras batu karena gugup. Jangan lupakan keringat dipelipisnya.
Saat sudah lama, Arin mencoba melepas pagutan bibir mereka. Namun hal tidak terduga terjadi.
Rangkap menggerakkan bibirnya. Pelan, dan lembut. Tidak lupa tangan yang semula dipinggang pindah ditekuk. Arin mengikuti permainan dengan lembut juga. Mata mereka saling menu-
"ARIN! SHOLAT DULU YA ALLAH!! Jangan jadi istri gue kalo lo kebo!!! SHOLAT!! WOYYY!! Cape gue bangunin elo!!!"
Arin terbangun dengan terkejut. Tapi nggak kayak sinetron kok yang bangun langsung duduk. Arin cuman buka mata lebar banget dan itu tepat menghadap Rangkap yang sedang duduk dipinggir kasur. Kelihatan Rangkap kayak nahan marah, orang ada bantal ditangannya. Bantal yang siap menimpuk Arin kapan saja.
Arin mencoba membalik badan dan menutup diri dengan selimut. Dia merasakan mimpi itu nyata sekali. Seperti mereka benar benar melakukan ciuman itu. Ciuman panjang itu. Dirabanya bibirnya yang alhamdulillah kering.
Tangannya mengusap usap bibirnya. Berharap ilusi tadi benar adanya. Walau memang benar-benar kering.
"Lo mau jadi istri durhaka karena gak mau sholat!? Jangan jadiin alesan lo sakit deh! Sakit tapi bisa sholat kan?"
Arin tersentak mendengar itu. Dengan cepat dia bangun dan duduk. Tapi tetap membelakangi Rangkap.
"Iya gue sholat! Tungguin!"
Arin ngibrit langsung ke kamarmandi. Ayo Arin bersikaplah biasa jangan gugup gitu. Kan nanti ketauan karena mimpi yang aneh-aneh.
Dengan cepat Arin kembali dengan wajah yang lebih segar karena wudhu. Dan juga senyum dibuat buat agar tak ketauan Rangkap.
"Kebo," ejek Rangkap saat detik-detik menuju sholat.
"Penting cantik," jawab Arin seadanya karena hanya ada itu difikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...