"Aduh plis cepet pulang aduuh gimana ini, gue panikkk," orang yang menerima panggilan diseberang mendengar dengan alis menyatu.
Saat lawan bicaranya diam, baru dia menjawab. "Ada apa sih heboh banget."
"Temen lo kesini anjim, laki semua gue gakenal, cepetan pulang huaaaa! Gua takut!!!"
"Ha!? Kok bisa?"
"Udah cepetan sini gue bingung mau ngapain temen lho rame banget," ucap Arin dengan kepala yang ngintip-ngintip kearah ruang tamu. Posisinya dia ada diteras.
"Gue ijin, tunggu, oke! Bikinin minum dulu deh yang manis-manis! Gausa panik!" jawab Rangkap yang juga terdengar kebingungan. Setelahnya telfon ditutup secara sepihak.
"Ganyangka Abi punya gendongan item kek gini! Gemoi sangad!"
"Kok kalian gak geli si anjir! Gue lihatnya geli woy!"
"Sini lo!
"Huaaa Mamaaa kucingnya jelek!!!"
Arin sekarang sibuk membuat minuman didapur. Saat melewati ruang tamu, dia hanya tersenyum canggung. Sekilas Arin melihat beberapa wajah yang tidak asing. Arin melihat wajah itu ketika diajak pergi Rangkap kesebuah rumah. Yang rumahnya lawas, tapi ruame banget. Arin jadi yakin kalo mereka memang asli teman Rangkap.
"Selamat sore wahai teman teman kuu," teriakan demi teriakan terdengar lebih keras dibanding tadi.
Tiba-tiba saja, muncul Jiji yang sekarang ada disebelah Arin. "Ariin."
"Eh! Gue kaget Ji astaghfirullah, ya allah, kek mbak kunti aja tetiba nongol," jawab Arin terhenti beraktifitas. Tangannya mengelus dada karena jantung yang bertambah marathon.
"Hehehe, maaf, gue disamaain mbak kunti anjir, eh gue bantuin ya bikin apa lagi?"
"Coba ambilin cemilan di rak atas, trus buah dikulkas, sama permen dipojok sana," jawab Arin yang sibuk mengisi air dalam panci.
"Oke."
Mereka berdua sekarang sibuk dengan diri mereka masing masing. Dan juga Jiji yang sibuk berfikir. 'kok Arin nggak tanya tanya apapun ke gue ya?' kurang lebih seperti itu.
"Suami lo mana rin? Kok gue gak liat didepan tadi. Eh btw beneran tuh kucing lo gapapa sama anak-anak?" basa basi Jiji sambil sibuk mencari sesuatu dipojok an.
"Lagi kerja, udah gue telfon si biar pulang aja trus besok biar kerja, emang kenapa Komo ji?"
"Anu....
"Mamaaa!!! Kucingnya gigit Kiki huaaa!!!"
Arin melotot mendengar teriakan dari depan. Dia segera berjalan buru-buru kedepan. Tidak peduli dengan minumannya yang belum jadi. Pikirannya kalut dengan kata-kata gigitan. Karena setau dia Komo itu jinaknya minta ampun. Bagaimana bisa menggigit?
"Komo," panggil Arin melambaikan tangannya kearah Komo.
Komo yang memandangi salah satu cowo dengan menunjukkan gigi, menoleh. Badannya kembali turun dengan mulut dan mata yang berubah kalem. Diapun mendekat kearah Arin.
"Bwahahahahahahahah!!!"
"Anjirr lo keren ki!!!"
"Kucingnya alter ego!!"
Semuanya tertawa setelah terdiam lama. Arin yang kakinya diselimuti Komo hanya bisa tersenyum canggung.
"Kasi taulah kalo ada kucing, itu si Kiki takutnya bwanghet sama kucing, istrinya Abi," ucap salah seorang yang ada disofa paling ujung.
Sebenarnya nggak banyak banget. Sekitar 10 orang lah. Dan bener-bener mereka itu random. Ada yang pake jeans trus couch keren, ada yang pake sarung sama hodie, ada pula yang pake baju tidur kota-kotak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...