"Selamat siang kak, mau order yang apa?"
"Americano 2, cheese cake 1," jawab orang yang hanya terhalang meja menu. Saat ini Dirga menjadi kasir dadakan, karena Rangkap yang katanya sakit dicakar kucingnya.
Padahal biasanya Dirga akan sibuk dibelakang bersama Joshua. Namun, dia sekarang malah menjadi mesin matematika yang menghitung uang. Tapi sebagai rekan yang baik, Dirga ikhlas sepenuh hati menggantikan Rangkap.
"Ditunggu ya kak, terimakasih," Dirga tersenyum menatap sang pelanggan. Yang sialnya dia tidak pergi - pergi.
"Kak? Masih ada antrian, minta tolong kak, hehe."
Pelanggan muda yang tertutupi wajahnya ini masih terdiam. Dibelakangnya masih ada sepasang orang yang sibuk menunjuk nunjuk list menu diatas.
"Kak Dirga?" Orang tersebut menjulurkan tangannya. meminta jabat tangan yang salah satu pihak bahkan tidak mengenal dia.
"Maaf kak, dibelakang kakak masih ada orang," lain menjawab, Dirga menunjuk pelanggan dibelakang wanita ini. Yang mulai uring uringan.
"Cepet mbak, saya mau duduk, capek," ucap yang dibelakang.
Wanita bermasker ini menoleh kebelakang. Kepalanya menunduk bersamaan badan yang minggir. Saat menjauh, lirikan mata dia menuju Dirga. Seakan ingin berbicara lebih.
"Halo, Sorry, aku lagi ada urusan tadi," Niko duduk dimeja yang sama dengan wanita bermasker ini. Ya wanita itu Queen, itulo pacarnya Niko.
Queen melepas maskernya. Beberapa hari dia keluar selalu memakai masker, dan untuk pertama kalinya dia mengajak Niko ke kafe ini.
"Gapapa, Nayla udah enakan?" tanya Queen menatap setiap pergerakan Niko.
"Yeah, dia udah baikan. Cuman belum bisa diajak ngomong. Agak susah ngilangin trauma kayaknya," Niko menjelaskan.
Keduanya berdiam beberapa saat. Karena Queen yang sibuk mengintip kearah meja menu. Memperhatikan lelaki yang setia menanyai pelanggan yang datang.
"Kamu? Gimana? Udah dapet informasi?" tanya Niko membuka keheningan.
Queen kembali meluruskan pandangan kearah Niko. Topinya ikut dia lepas. Membuat rambut yang sedikit kecoklatan itu nampak lebih indah. "Masih canggung. Dan juga, mungkin dia udah lupa aku."
"Coba dulu lah, katanya kamu susah move on kan? Mungkin emang jalannya cuman harus nemuin dia."
"Malu, dia kelihatan udah bahagia. Takutnya malah ngeganggu," Queen menunduk. Membayangkan wajah Dirga saat memandangnya dengan tanya tadi.
"Emang kamu bakal terus cari orang buat pelampiasan?" Niko menjeda saat melihat Queen marah dengan omongannya. "Oke bukan pelampiasan. Tapi emangnya selama ini kamu udah cari yang kayak dia?"
Queen terdiam, lalu menggeleng. Sampai ada seorang pelayan yang mengantar makanan kearah mereka. Lelaki dengan senyum manis diantara kulit gelapnya.
"Semoga kaka nyaman e!" dia menatap kedua orang sambil menaruh makanan di meja Queen dan Niko.
"Maaf ka," dia menatap Queen masih dengan senyum. "Itu kita pernah ketemu kah? Saya liat itu muka kakak seperti pernah ketemu deng saya. Iya kah?"
Queen mengingat lebih jauh. Karena efek masker yang dia pakai setiap kali kesini, membuat Queen tak dikenali. Dan Joshua seperti tidak asing dengan wajah Queen, pun sebaliknya.
"Saya mantan kak Dirga, masih inget?" jawab Queen diakhiri kekehan.
"Oh iya, betul kaka. Lama tidak kesini, bagaimana kaka punya kabar? Dulu setiap hari kesini nunggu bang Dirga to?" Jo semakin menampilkan senyuman khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...