"Kovi? Kovi!"
Tepukan lumayan keras membuat sang empu terjerat. Matanya terbuka sekaligus anak kecil yang ada dipelukannya. Mulutnya otomatis terbuka mengeluarkan gas dengan bau tak enak.
Bau-bau obatan menyeruak kedalam hidung. Membuat Kovi sempat loading sebentar. Kemudian menoleh melihat Otosan yang duduk disampingnya.
"Pulang yuk, mandi sama makan. Nanti kesini lagi," Otosan mengajak dengan menata Sashi untuk digendong. Meskipun sempat tersentak, Sashi kembali tidur dengan pulas.
"Kovi disini aja, jagain Okasan," jawab Kovi kembali untuk duduk santai. Tangannya menggosok muka agar lebih segar. Walau nyatanya matanya tetap lesu.
Sashi sudah ada digendongan Otosan. "Ada perawat yabg jaga, udahlah ayo."
Kovi tetap menggeleng. Memang, terlihat wajahnya pucat dan badan yang lemas. Membuatnya seperti anak yang kurang asupan tidur. Tapi Kovi tetap ingin menemani Okasan saja, walau badannya tidak karuan rasanya.
"Kovi, ayo. Otosan bakal marah kalau kamu gak mau pulang. Kamu pucet loh dari tadi siang sampe pagi disini."
Kovi menatap sebentar Otosan, kepalanya menggeleng yang malah dihadiahi pelototan Otosan. Kovi akhirnya mengiyakan. Rencana awal memang dia tidak akan berangkat sekolah pagi ini. Membuat dia sedikit santai, walau hati tidak.
"Mau beli bubur apa makan roti yang dirumah?"
"Roti aja."
Sashi belum juga bangun sampai diparkiran rumah sakit. Beda dengan Kovi, Sashi terlihat segar walau sedang tidur. Karena semalam sejak Okasan dipindahkan kamar inap, dia telah tidur.
"Udah ijin ke sekolah? Atau Otosan yang kesana?"
Kovi menggeleng. "Hp Kovi dirumah, biar Kovi telfon aja. Otosan nggak usah kesana."
Otosan hanya menjawab anggukan disertai menyetir. Bingung mau tanya apa lagi. Secara Kovi anaknya juga nggak banyak omong yang gak penting. Jadi lebih baik sunyi saja.
Sampai dirumah, Kovi langsung kekamar untuk melihat handphone. Banyak notif. Dari grub kelas, grub ekstra, grub osis, dan lain-lain.
Kovi segera mengirimkan pesan berbayar kepada wali kelasnya. Tanpa melihat terkirim atau diread. Dia pergi ke kamar mandi.
Berendam adalah hal yang paling menenangkan. Pikiran menjadi lebih fresh ketika menyatu dengan air. Jam dikamar mandi menunjukkan pukul 08.22. Iya, dikamarmandi ada jam biar nggak telat.
Lanjut. Setelah selesai berurusan dengan air. Kovi berganti baju dengan sweater oversize berwarna lilac dan kulot cream. Rambutnya dia gelung dengan model tidak rapi.
Saat kebawah, terlihat Sashi yang sudah mencomot roti dengan selai ungu. Wajahnya juga terlihat jauh lebih fresh. Sedangkan Otosan sibuk mengolesi selai pada roti yang lain.
"Tadi kita nggak sekalian ke sekolah Sashi ya? Sashi kan juga izin hari ini," Otosan memberikan roti kepada Kovi.
"Habis ini ke rumah sakit lagi kan? Sekalian aja. Lagipula kasian Okasan ditinggal lama-lama."
Otosan menghembuskan nafas panjang. Menatap Kovi dengan aneh sambil berkata, "Jangan fikirin orang lain terus. Coba kalo ini tadi kamu gak mandi gak makan? Malah dimarahin Okasan tau."
Kovi mengangguk, karena ya betul adanya. Kalau tidak pulang, ya mereka akan kelaparan dan pasti Okasan semakin marah.
"Tapi nanti kita bilang ke Okasan gimana? pasti Okasan sedih, Kovi jadi ga tega," imbuh Kovi. Mulutnya yang mengunyah menjadi lebih lambat. Membayangkan tangisan Okasan didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...