"Trus lo?"
Rangkap menoleh sejenak menatap sang penanya. Tangannya mulai memijat pelipisnya yang dingin. Lelah. Sudah capek akibat kerja, eh dilanjut sekolah. Lelah badan, lelah pikiran, memang perpaduan top.
"Lo bakal ikut olim ya? Semester 1 nanti? Kelas 12?" tanya Arin lagi, masih menoleh kepada Rangkap. Matanya menangkap kelesuan dalam wajah Rangkap.
Rangkap mengangguk. "Gatau kenapa, tiba-tiba ditunjuk. Kan juga ada anak ekstra olim tapi kenapa gue yang diikutin coba. Makin pecah pikiran gue ntar."
Arin manggut manggut. "Karna lo gak ikut ekstra mungkin. Lagian ekstra seru ngapain gak ikut juga? Kayak gue dong aktif di ekstra voly. Meskipun cuman duduk-duduk gak jelas."
Rangkap mendengkus. Malah pamer kerajinan. "Gaada hubungannya kali. Gue juga kerja, sibuk. Trus ini gimana? Mau jujur apa gimana? Lo tadi bilangnya gimana sama anak anak?"
Tadi, dikelas
"Kalian bilang apasih?"
Dalih menjawab, Niko memberikan layar handphone mahalnya. Tentang twitter sekolah dengan salah satu admin yang menyebar berita. Lambe lambe.
'Ternyata anak Trisatya udah ada yang nikah lhooo. Arin Salsabila sama Rangkap abinyu, gausa pake inisial lah ya, ribet.'
Itulah inti dari berita yang heboh. Sekedar info kalau media sosial sekolah juga ditangan guru-guru. Jadi kemungkinan pun guru-guru tau berita ini.
Tetapi, yang menjadi rumor adalah balasan dari tweeter tersebut yang mengompori dengan kata kata MBA. Dan akhirnya malah menyebar kalau MBA adalah alasan mereka menikah.
"Siapa luvakuy itu? Kenapa nyebarin berita gue kayak gini?" tanya Arin menyerngit meneliti handphone Niko.
Niko menarik kembali handphonenya, dengan bahu yang naik turun. "Mulai tadi malem masa lo gatau sih? Reetweetnya juga pada ngejugde elo rin. Emang bener beritanya?"
Arin duduk dibangkunya. Semua orang juga merhatiin Arin aneh. Tapi beberapa juga bodoamat soalnya beritanya sekolah disana pun sebagian hoax.
"Lo percaya? Yakali gue nikah. Berita disana juga kebanyakan hoax kan kayak yang guru siapa meninggal itu. Lagian gue masih siswi masa nikah."
Huhhhhh. Akhirnya Arin mendapat jawaban cemerlang diotaknya. Untung untung berguna disaat seperti ini. Selesai memikirkan alasan, dia memikirkan siapa luvakuy itu. Penyebar berita nikahnya, yang sebenarnya adalah real.
Taman belakang emang paling bagus buat membicarakan rahasia. Meskipun gaada tempat duduk yang layak, tapi setidaknya ada pohon untuk meneduhkan suasana. Arin dan Rangkap janjian ketemuan disini. Biar gak tambah nambahin masalah juga kalo sampai ketahuan mereka bertemu.
Sama-sama hening sejak beberapa saat tadi. Mereka bingung ingin memulai pembicaraan rumit ini dari mana.
"Eh senen besok libur kan? Kelas 12 UN. Jadi kayaknya kita bisa ngehindar bentaran. Meskipun medsos tetep aja rame ngehujat," ucap Arin setelah terdiam lama.
Rangkap hanya diam. Duduk dibawah pohon begini membuat dia nyaman. Seakan akan angin yang lewat bersamaan ketenangan yang datang. Dan juga menyejukkan udara dari sumpeknya dunia.
"Kap, jawab dong," ucap Arin dengan tangan meraih botol minum disebelah Rangkap. "Gue dianggurin masa."
"Maaf ya rin," ucap Rangkap dengan mata tertutup. Tak terlihat ekspresi selain ekspresi menyesal.
Arin terpaku sebentar. Kemudian menyerngit dan berujung cemas.
"Plis jangan buat takut, lo pucet banget, pake ngomong maaf lagi, lo kenapa?" Arin meneliti wajah Rangkap yang memutih. Sudah putih, bertambah putih. Sangat kebalikan dirinya yang berkulit tan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...