"Kap, bangun, anterin gue."
Rangkap yang masih sibuk menutup mata mulai mengerjap. Tangannya yang terbebas mengusap rambut dengan gusar. Badannya berubah menjadi tengkurap dibalik selimut.
"Anterin gue ke rumah sakit. Ayolahh," Arin yang masih mengeringkan rambut mendekat kearah kasur. Ya gini kalo udah tidur, susah bet bangun.
"Kaaaap, Bangun woy!!!!"
Rangkap menatap Arin dengan mata menyipit. Bau lemon khas sabun menyeruak ke dalam hidungnya. Selimut yang semula menutupi sampai perut sekarang malah diangkat untuk menutup seluruh tubuh.
"Jam berapa sih?" suara berat serak dan bergemuruh berasal dari balik selimut Rangkap.
"Jam 7 malem, lo belum sholat loh, ayuk ah bangun."
Arin menepuk nepuk kepala Rangakap dari balik selimut. Berhasil, Rangkap membuka selimut sebatas leher saja. "Mau kemana tadi?" masih dengan mata yang menyipit dan kepala miring.
"Kerumah sakit," jawab Arin memandangi wajah lesu Rangkap. Ditampungnya wajah Rangkap yang menaikkan wajah.
Wait! Mata Rangkap spontan terbuka lebar. Emangnya Arin tau kalo tadi siang dia ke rumah sakit sama Mami ya?. Ngapain sekarang kerumah sakit? Mau introgasi apa gimana?. Badannya dibuat duduk dengan bersender di senderan kasur. Sedangkan tangannya memungut sebuah boxer yang ada disamping Arin.
"Anterin ya? sekalian," Rangkap masih belum menjawab karena sibuk memakai boxer. Jaga mata kalian, tutup! itu aset milik Arin seorang.
Rangkap bangkit dari duduknya. gayanya udah kaya om-om CEO yang habis nidurin cewe. Mana pake boxer doang lagi. Sixpack kaga, gembul iya. Semua itu Arin pantau dari atas kasur.
"Gak lo rapihin anjir, kamar kek kapal pecah. Gak sopan banget jadi cewek," omel Rangkap yang sibuk memunguti baju berserakan.
"Hehe, gue juga baru mandi belum sempet bersih-bersih. Anterin gue kaaap, jawab napa sih, iya kek mau kek gak kek, diem bae."
"Gue mandi dulu lah."
"Tapi mau kan? Ayoo."
"Lo mau gue ke sana pake boxer doang ha?!" biasa, kalo bangun tidur bawaannya ngamuk terus. "Sabar."
Arin terkekeh sebentar. "Hehe, ayo aja gue mah."
Rangkap memasang wajah sinis. "Gila lo, gue mandi dulu. Bersihin rumahnya, Komo juga mandiin jangan lupa. Mau gue ajak ke salon ntar. Tapi udah malem sih, gapapa deh. Mandiin loh."
Hilanglah Rangkap dibalik pintu kamar mandi. Arin yang ada diatas kasur menyerngit bingung. Malem-malem ke salon hewan, emang masih buka apa?
Sambil menunggu, Arin benar-benar membersihkan kamar. Tentunya setelah mengurus rambutnya yang basah. Selesai itu dia menyapu seluruh rumah. Anehnya, waktu balik ke kamar, belum juga kelar Rangkap mandi.
"Lu mandi apa semedi?! Ntar masuk angin loh!"
Rangkap keluar kamar mandi dengan handuk yang menggosok leher. Rambut beserta wajahnya masih basah. Kemudian mengambil tisu untuk mengeringkan wajah. Stay safety untuk kuman brader.
"Gue minta ini lo, makasih," sebuah pelembab berwarna biru tua yang telah ada ditangan Rangkap.
Arin sempat terpesona sesaat. pasalnya jika Rangkap baru keluar kamarmandi, apalagi tanpa pakai atasan. Itu tuh kaya orang yang dewasa banget gitu. Trus sekarang ngaca sambil skincare an. Makin ganteng huaaa
"Jan banyak-banyak, gue juga pake."
"Segini cukup kan?" Arin mengangguk sebagai jawaban. Arin tuh sebenernya salting. Jadi cuman bisa ngangguk doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiener Leven
Teen FictionIntinya, kita berjodoh. Dengan pembukaan dia yang tidak berhati. Saya hanya mau, dan hidup. Sedangkan dia, memilih alasan Mami untuk semuanya. Arin Salsabila. Open the story! CERITA HANYA BERASAL DARI AUTHOR DENGAN IDE BEBERAPA FILM YANG DILIHAT KAL...