18- Kenapa? 🌱

1 0 0
                                    

"Halo halo! Apa kabar? Lama tidak berjumpa kita, itu bagaimana kabar keluarga? Sehat kah?"

Cafe terbilang masih sepi. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Mungkin beberapa menit lagi akan ramai anak muda yang datang menongkrong. Atau memang hari ini adalah hari senggang.

Kesan klasik bercampur estetik menjadi alasan tersendiri mengapa cafe ini ramai. Jika ditanya apa nama cafenya, hmmm bahkan dia tidak punya nama.

Kok bisa gak punya nama?. Sang pemilik berucap jika, semua orang berhak memberi nama cafe ini sendiri. Entah dari barang kesukaan atau barang yang dibeci. Para pengunjung juga boleh mengekspresikan cafe sesuai diri sendiri.

Namun, banyak dari mereka yang menyebut cafe ini dengan cafetaria. Alasannya katanya, karna disini tuh cafe banget. Jadi, nama cafetaria cocok disematkan.

Kedua pria itu duduk disalah satu meja kursi. Keduanya terlihat sangat berbeda. Mulai dari skin hingga logat bahasa. Namun, ada persamaan mereka, sama-sama tampan dan dewasa.

"Lancar aja bang? Udah dapet pasangan belom nih? Masa dari jaman majapahit masih jomblo," pria dihadapan Joshua bertanya dengan santai. Bernostalgia seperti saat dulu. Sambil menatapi sekitar tempat duduknya.

"Enak saja kalau bicara. Gini-gini saya itu laku e, tapi jodoh belum muncul saja. Ya, puji Tuhan cafe ini lancar. Kamu sendiri bagaimana?"

"Hehe, masih gini aja sih, pusing mikirin hidup," orang dihadapan Joshua  berbicara seolah membicarakan makanan favorit. Sangat santai dan sopan.

"Ternyata sama saja. Jangan sok-sok an meremehkan saya kamu. Oh iya, ini kamu kenapa kesini? Ada perlu kah? 1 tahun tak nampak tetiba muncul beginj."

Dirga mengangguk. Tapi tetap saja, tidak ada suasana yang berbeda. "Gue mau balik kesini, boleh kan bang? Itung-itung sambil cari pasangan lagi. Keluarga pada nyariin semua, katanya 'Dirga kapan nikah?', pusing banget asli dah."

Joshua tertawa mendengarnya. Karena, setau Joshua, laki-laki dihadapannya ini sangatlah sial dengan urusan hati. Sampai-sampai dapet pacar yang nggak karuan. Mulai dari anak kecil belum tamat biruputih atau bahkan biduan jalan mawar. Sangat sial.

"Boleh aja, sekalian bantuin ka Abi. Mulai kapan bisanya?"

Dirga nenyerngit sebentar. "Anak baru? Cepet aja udah ada anak baru disini. Hebat juga lo bang."

Joshua menjawab dengan senyuman manisnya. Jeda bentar buat menikmati senyuman. Masyaallah.

Oke lanjut. "Baru 3 minggu disini. Nah itu barusan dia datang."

Joshua menunjuk keluar jendela. Terlihat dua orang sedang bercengkrama. Dengan laki-laki yang berdiri dan perempuan yang duduk diatas motor. Tak lama, pria itu memasuki cafe yang sebenarnya tatapannya telah melihat kearah Joshua.

"Siang bang, siang...?" Rangkap terhenti dengan senyuman canggung. Tutur katanya telah dia perbaiki sejak tau bahwa Joshua adalah bosnya.

"Gue Dirga, karyawan disini waktu dulu, rencananya mau balik kesini," kenal Dirga menjulurkan tangan yang diterima oleh Rangkap.

"Oh bang Dirga, saya Rangkap Abinyu, salam kenal. Saya masuk dulu ya? Permisi," Rangkap berpamitan.

Dilihat dari dekat, cara berjalan Rangkap berbeda dibanding ketika masuk cafe tadi. Berjalannya lebih berat dan juga terlihat ngos-ngos an. Tangannya beberapa kali menumpu ke meja atau kursi. Namun, dia tutupi untuk berusaha berjalan normal.

Pandangan itu tak luput dari Dirga yang duduk menghadap kedalam cafe. Sedangkan Joshua menghadap keluar cafe. Ada sedikit rasa mengganjal dihati Dirga melihat cara berjalan Rangkap tadi.

Tiener LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang