Sean, sang penyanyi kafe menggerakkan dagunya ke bagian dalam koridor, dia berjalan lebih dulu, menuju ujung lain. Lampu -lampu kecil ditanam di dinding menyinari sosoknya yang menjauh.
"Haikuan, silakan keluar lebih dulu. Ada sesuatu yang harus kuselesaikan," ujar Wang Yibo tergesa. Menepuk lengan Haikuan pelan, ia memutar bahu, berjalan menuju koridor, diam-diam mengikuti Sean.
Sikap sang inspektur memang seringkali tidak bisa ditebak, Haikuan tidak heran jika dia tiba-tiba mendadak ada urusan. Mengangkat bahu acuh tak acuh, Haikuan memutuskan keluar dari Fantasy dan menunggu Wang Yibo di dalam mobil.
Sean berhenti di depan satu pintu tertutup bertuliskan privat. Langkah kaki seseorang yang dia tunggu semakin berderap mendekat, ia menoleh pada Wang Yibo dan mengembangkan senyum.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Wang Yibo menoleh ke belakang, merasa aman karena tak ada yang mengawasi.
"Sudah kubilang, aku bisa berada di mana saja," Sean membuka pintu di depannya dan melangkah masuk.
Ruangan di balik pintu itu adalah sebuah ruangan untuk bersantai.Wang Yibo menatap pintu yang terbuka, bertanya-tanya apa dan bagaimana jika ada yang tahu bahwa ia menyelinap diam-diam di sebuah tempat hiburan malam dengan seorang penyanyi kafe.
Namun ini bukan lelucon. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada diri sendiri. Dia mungkin telah jatuh cinta pada Sean, atau lebih dari itu.
Wang Yibo merasa bahwa Sean mungkin telah benar-benar membantunya. Seolah-olah penyanyi itu tahu lebih banyak daripada yang dia katakan. Apa masih banyak informasi yang dia sembunyikan?
Di lain pihak, Sean merasakan sedikit rasa khawatir pada diri sang inspektur, tetapi menolak untuk menjadi terlihat takut dan bingung.
"Masuklah," katanya pada Wang Yibo, sang inspektur melangkah ke ruangan dengan perabotan modern dalam warna putih, hitam, dan abu-abu muram yang mengingatkannya pada kematian.
"Jangan gugup. Atasi dirimu sendiri," Sean berkata santai. Sebaliknya, Wang Yibo mulai gelisah. Bahkan karya seni yang gemerlap dan cerah di dinding, dan permadani yang indah di bawah meja kaca tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah yang menguasainya.
Sean duduk di sofa, kemudian mengisyaratkan agar Wang Yibo juga duduk di seberang meja.
"Ini ruangan serbaguna," ujar Sean, menumpangkan kaki dan bersandar.
"Kadang-kadang beberapa penyanyi menggunakannya untuk istirahat dan saling bergosip. Bahkan untuk menerima seseorang yang pribadi."
Wang Yibo menggeser duduknya, dan ia bergerak setiap semenit sekali. Jemarinya terkepal, saat ia membuka kembali telapaknya, di sana ada butiran keringat.
Jadi Sean menganggap dirinya seseorang yang pribadi. Apakah dia pernah menerima tamu pribadi lain sebelum ini?
"Kau benar tentang Wang Rong," Wang Yibo menatap sepasang mata bening itu, menggali misteri di dalamnya. Tapi tak ada apapun yang bisa ia temukan di sana selain riak samar dan senyuman tenang.
"Mengapa aku harus berbohong?" Sean menanggapi dengan pertanyaan.
"Orang-orang di sini tidak sungguh-sungguh membantu polisi."
"Karena polisi tidak sungguh-sungguh membantu orang-orang di sini," senyum Sean memudar, ekspresinya berubah serius.
"Polisi memperlakukan sama terhadap semua orang," Wang Yibo memberikan sanggahan. Dia pun menatap tak kalah serius.
Sean terdiam beberapa lama, menciptakan keheningan dan rasa sesak yang aneh. Wang Yibo tidak tahan didiamkan begitu, dia terbatuk dan mencoba meredakan kecanggungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠
Fanfiction"Jika seseorang tak pernah ada, maka bagaimana dia bisa menghilang?" Kalimat yang terucap dari seorang penyanyi kafe malam bernama Sean itu selalu terngiang di telinga Inspektur Wang. Semua yang terjadi di sekitarnya selalu berbalut misteri. Kasus k...