CHAPTER 31

394 86 39
                                    

From The Beginning Until Now - Ryu

There are many moments when I want to laugh
But you always end up hurting me to make me cry

You never let me do a thing I want to do, not even when I want to try

There are moments in my life when you are missed
And everytime I end up breaking down like this

I tried forgetting everything about you

But then

I will remember you all again

*******


Yibo menghentikan mobil sekitar sepuluh meter dari depan rumah tua sederhana yang ia ketahui adalah rumah Sean. Suasana begitu hening di kawasan itu bahkan pada siang hari. Gemuruh air sungai terdengar sangat jelas. Rumah itu masih berdiri di sana dengan segala kebisuannya. Beberapa ekor burung gagak bertengger di puncak atap rumah, mengeluarkan bunyi-bunyian jelek yang mengganggu.

Yibo tidak yakin akan ada kejutan menyenangkan di depan sana. Dia keluar dari mobil, berjalan perlahan melewati pepohonan dan bayangan samarnya yang mengikuti. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Setidaknya dia bisa memastikan sesuatu.

Dia berjalan masuk ke halaman rumah, dan suara gesekan yang berat menemaninya saat pintu bergerak. Yibo menyadari dengan ngeri bahwa dia memasuki sebuah ruangan kosong. Dia mendorong tubuhnya sedekat mungkin ke dinding, jari-jarinya mengusap dinding berdebu saat dia menatap dengan rahang tegang pada pemandangan di depannya.

Perabotan dan satu set kursi sederhana yang berlapis debu. Jendela samping terayun, sedikit terbuka, memungkinkan sulur wisteria menyelinap masuk, menjuntaikan ujungnya.

Yibo menjatuhkan diri di lantai, dan dia menatap semua kekosongan, tak bisa berkata-kata. Rambut bagian depan yang acak-acakan menutupi sebagian wajahnya dan menyembunyikan salah satu matanya dari pandangan.

Jadi semua yang ia lihat dan alami bersama Sean, semuanya hanya halusinasinya saja. Bahkan jika sosok Sean malam itu memang nyata, kondisi rumah ini sekarang sangat jauh berbeda dengan apa yang ia lihat malam itu, sewaktu Sean masih bersamanya.

Mengingat garis kabur antara mimpi dan kenyataan, Yibo merasa harus ada bukti nyata untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Dia merasa penasaran untuk memeriksa seluruh rumah. Jika Sean memang sudah mati, setidaknya akan ada jasad yang tertinggal. Teringat akan pernyataan Zhuocheng bahwa pada malam nahas itu, Gao Han telah mengubur jasad Sean di suatu tempat. Itu bisa di mana saja, namun entah mengapa, firasat membisikkan padanya bahwa mungkin rumah ini memiliki jawaban atas pertanyaannya.

Dia mengerutkan kening lagi ketika dia memikirkan semua kemungkinan. Dia tidak pernah menduga harus kembali kemari untuk menyaksikan sendiri semua keanehan, dan ia selalu merasakan ada yang tidak beres dengannya. Setiap tindakan mau pun ucapan Sean selalu tampak begitu naif sepanjang bersamanya, namun tidak ada yang bisa menebak rahasia gelap yang ia coba ungkapkan.

Yibo memeriksa seluruh bagian rumah. Semakin ke bagian terdalam, debu semakin menebal seolah-olah rumah ini memang telah diabaikan selama berbulan-bulan. Debu yang sama membuat nafasnya sesak, namun tidak lebih sesak dibanding tekanan kesedihan dan rasa shock yang menindih dadanya tanpa terhindarkan.

𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang