Begitu aku mendengar kisah cinta pertamaku
Aku mulai mencarimu
Tidak tahu betapa butanya itu
Pecinta akhirnya tidak bertemu di suatu tempat
Mereka berada dalam satu sama lain- Rumi -
Wang Yibo terbangun pada pagi yang hangat di musim panas, terbaring sendiri di kamar yang masih asing di matanya. Hanya aroma yang tertinggal, mampu membangkitkan badai dalam dirinya dan gairah yang tersisa semalam perlahan muncul kembali ke permukaan. Meletakkan tangan ke samping, dia tidak mendapati Sean di sana. Mungkin pemuda itu sudah bangun lebih dulu.
Kini gilirannya untuk bangun, melupakan keinginan untuk sesi bercinta di pagi hari. Satu pengalaman baru yang mirip kokain. Membuatnya menginginkannya lagi dan lagi.
Wang Yibo menggapai kemeja dan celana panjang, mengenakannya sembarangan, duduk di tepi tempat tidur menghadap jendela yang terbuka. Dan ia masih bisa mengingat musik yang tipis dan cepat dari nyanyian burung-burung di luar jendela, serta pemandangan sungai yang membentang di kejauhan. Pohon-pohon yang ditumbuhi lumut mengambang di langit. Dan ada suara aliran air memggumam samar, paduan suara alam, menyatu dengan teriakan burung pemakan bangkai.
Dia pikir ia menyukainya. Suasana rumah ini, meskipun terasa asing dan ganjil, tapi mengirimkan kedamaian dalam jiwa yang gelisah. Dia tidak pernah selelap ini bahkan jika ia tidur di apartemen mewahnya.
Wang Yibo berdiri, berjalan keluar kamar, melangkah ke ruang tengah berukuran sempit dengan jendela yang juga terbuka. Sinar matahari pagi membentuk garis -garis kekuningan yang menembus ke dalam ruangan membuat perabotan kayu rosewood semakin anggun dan misterius. Angin bertiup lembut, semakin memperkuat suasana damai di pagi hari. Bahkan ketika wisteria merobek daun jendela dan memasukkan sulurnya ke dalam dinding bercat putih.
Wang Yibo menyukainya. Semua detail tempat ini, kecuali ketidakhadiran Sean.
"Sean," ia melihat daun pintu menuju keluar terbuka sedikit. Wang Yibo menuju ke sana dan membuka lebar-lebar, menjejakkan kakinya ke teras.
"Sean!"
Di bangku kayu tepi taman sempit, pemuda manis itu duduk melempar beberapa biji gandum ke dua ekor merpati yang hinggap di tanah, mematuk-matuk sembarangan.
"Kau sudah bangun," ia menoleh sekilas sebelum kembali pada merpati nya.
"Kupikir kau sudah pergi."
Wang Yibo melupakan cuci muka, duduk setengah jongkok di teras, mengawasi dua ekor merpati yang menekuni biji-bijian.
"Sepagi ini?" Sean tersenyum tipis, ada luka kecil di sudut bibirnya. Memberikan bercak warna yang tidak rata. Wang Yibo menatap bagian itu, menyadari bahwa itu hasil karyanya. Bahwa semalam ia mungkin mencium terlalu keras dan bersemangat. Satu senyuman sangat tipis menggantung di sudut bibirnya, seiring ingatan panas malam tadi melintas kembali dan mengguncang pertahanan dirinya yang rapuh.
"Pagi yang indah," Wang Yibo tidak tahu harus berkata apa. Matanya terpaku pada sekuntum bunga liar yang bergoyang di bawah sinar matahari.
"Hmmm.." Sean menahan senyumnya.
"Lebih indah lagi saat aku bisa melihatmu sesantai ini. Kau dengan kemeja hitam sederhana. Sudah lama aku menginginkan melihatmu dengan penampilan biasa dan sederhana. Secara langsung. Yah, itu akan membuatku lupa tentang pekerjaanmu yang selalu membutuhkan penampilan cemerlang."
Sean tertawa kecil, "Benarkah? Aku terlihat membosankan bukan?"
"Sama sekali tidak. Tetap menarik dengan cara yang lebih lembut dan romantis. Terdengar berlebihan, tapi aku sungguh-sungguh."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠
Fanfiction"Jika seseorang tak pernah ada, maka bagaimana dia bisa menghilang?" Kalimat yang terucap dari seorang penyanyi kafe malam bernama Sean itu selalu terngiang di telinga Inspektur Wang. Semua yang terjadi di sekitarnya selalu berbalut misteri. Kasus k...