Di luar, matahari terbenam ke sungai Huangpu, langit bergaris-garis dalam rona oranye dan merah muda yang cerah. Angin sepoi-sepoi bertiup ke pedalaman dan menggoyangkan daun-daun palem tinggi yang menjaga pintu masuk kantor polisi dan Wang Yibo diingatkan mengapa dia menyukai bagian kawasan kantor ini saat dia melihat sepatu roda, pejalan kaki, dan anjing yang terikat lehernya, berlomba-lomba dengan pejalan kaki di trotoar yang panjang.
Mengalihkan tatapan dari jendela, ia kembali ke mejanya menopang kening yang berdenyut sakit, serta telinga berdenging. Wang Yibo bertanya-tanya atas kondisinya sendiri. Seharian ini dia menghabiskan waktu di kantor, di belakang meja bersama berkas kasus dan laporan dari forensik yang berkaitan dengan beberapa kasus kriminal lain selain kematian dan pemerasan Zhang Yixing. Tetapi kondisi tubuhnya sangat tidak baik di penghujung hari seolah-olah energinya terserap habis, terperas oleh aktivitas lari maraton bermil-mil jauhnya. Dia makan siang dengan baik dan juga kopi, tapi tubuhnya semakin lemas tanpa sebab. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali meninggalkan meja kerja. Hanya meletakkan kening di atas telapak tangannya.
"Astaga, kenapa aku lelah sekali..?" ia mendesah berat.
Jendela kantornya terbuka dan angin berhembus masuk melewati tengkuknya. Dia merasa tubuhnya merinding. Urat-urat lehernya terasa dipelintir dan tubuhnya lemas seperti orang terkena dehidrasi.
Dia melihat waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Jika kondisinya tidak membaik dalam setengah jam ke depan, ia berencana meminta tolong Haikuan untuk menyupirinya sampai ke apartemen.
Mengangkat telepon, dia memesan satu cangkir kopi lagi pada office boy.
***
Haikuan memarkir mobil Suv Chevrolet milik Wang Yibo di basement apartemen. Sang inspektur nyaris tidak sadar jika mereka sudah sampai. Dia masih bersandar lemas dengan mata terpejam.
"Kita sudah sampai, Pak," gumam Haikuan.
Nyalang. Wang Yibo membuka mata menatap kaca depan. Tatapannya kosong dan lelah.
"Hmmm.. Terima kasih Haikuan."
Sang inspektur melepas seatbelt perlahan, menggerak-gerakkan kepala untuk melenturkan urat leher yang kaku.
"Bagaimana caramu pulang? Atau jika mau, kau bisa pakai mobilku dulu."
Haikuan tersenyum ramah, "Dengan taksi, pak. Itu perkara mudah."
Wang Yibo menoleh sekilas, tersenyum miring dengan salah satu sudut bibir terangkat.
"Sebagai ucapan terima kasih karena telah mengantarku. Aku mengundangmu masuk. Kita bisa bicara sebentar sambil minum teh."
Walaupun berisi kalimat tawaran, itu diucapkan dengan tegas seolah memerintah. Haikuan mengangkat bahu, jelas tak bisa menolak.
"Baiklah."
Kedua petugas polisi itu keluar dari mobil menuju pintu masuk lewat basement. Setelah melewati pintu, beberapa meter di depan mereka terdapat dua lift yang akan membawa mereka ke lantai tempat apartemen Wang Yibo berada.
Suasana tenang dan remang-remang. Meski pun terbilang apartemen mewah tapi Haikuan merasa aura dalam unit itu tidak nyaman. Terlebih ketika Wang Yibo membuka pintu, seluruh ruangan dalam unit itu gelap.
"Mengapa lampunya mati?" Haikuan tidak tahan untuk tidak berkomentar.
Wang Yibo juga tercengang. Dia menekan tombol saklar, seketika lampu menyala membuat ruangan terang benderang.
"Ayo, masuklah.. " Wang Yibo menoleh pada rekannya yang masih berdiri termangu.
"Rumah yang bagus, Pak."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠
Fanfiction"Jika seseorang tak pernah ada, maka bagaimana dia bisa menghilang?" Kalimat yang terucap dari seorang penyanyi kafe malam bernama Sean itu selalu terngiang di telinga Inspektur Wang. Semua yang terjadi di sekitarnya selalu berbalut misteri. Kasus k...