CHAPTER 25

372 81 13
                                    

Malam itu gelap -- tanpa bulan, lebih gelap dari biasanya. Keheningan melolong, mundur jauh dari pusat Ring Road, pada satu jalan kecil disesaki flat-flat suram dan seragam mirip rumah-rumah monopoli.

Jalan kecil itu memiliki satu atau dua tiang lampu yang berfungsi, berkedip-kedip. Wang Haoxuan berjalan sendiri menuju satu-satunya box telepon umum di satu persimpangan jalan kecil.

Ada sesuatu mengikutinya, lebih tepatnya, mungkin tatapan mata seseorang mengawasinya. Dia bisa merasakan di sarafnya, dan itu sangat tidak menyenangkan.

Dia tidak bisa benar-benar menoleh untuk mengawasi tapi sungguh, itu pasti di belakang sana dalam bayang-bayang, dia bahkan bisa merasakan udara bergerak yang sangat samar di belakangnya. Dia mempercepat langkahnya.

Sesuatu atau seseorang.

Masih mengikutinya.

Dia sengaja mencoba untuk mengabaikan ketidaknyamanan yang tumbuh di nyalinya. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Tidak ada orang di sana. Atau bisa juga siapa saja yang memutuskan untuk jalan-jalan malam. Dan itu juga bukan pertama kalinya dia keluar malam, lagipula ini masih kawasan pinggiran Ring Road. Dan ia sangat mengenali daerah ini. Haoxuan terus meyakinkan dirinya sendiri yang sepertinya berhasil. Dia berjalan ke depan, menggaruk leher untuk menghilangkan sensasi gatal yang merayapi kulitnya.

Tidak apa-apa.

Tidak ada apa-apa.

Dia...

Dia baru berjalan dua langkah lagi ketika dia tiba-tiba terperangah oleh angin sejuk yang membawa aroma bunga lembut namun samar.

Punggungnya menegang.

Sesuatu pasti tidak baik.

Tekadnya goyah. Tidak ada salahnya untuk melihat ke belakang, bukan?

Dia berhenti, kakinya berhenti.

Menepis kegugupannya, dia berbalik. Matanya dengan panik mencari ke sekeliling. Tidak, tidak ada apa-apa di sekitarnya, selain dari satu atau dua sepeda motor yang lewat.

Perasaan yang aneh.

Haoxuan masuk ke dalam box telepon umum, menekan angka-angka yang telah dia hafal, menekan dengan khidmat seakan itu rangkaian nomor lotere. Darahnya berdesir panas mendengar suara hallo di seberang.
Mangsanya telah bicara.

"Besok siang pukul satu di Metro Stasiun, datang sendirian. Bawa uangnya bersamamu. Aku akan menghubungimu dengan petunjuk lebih lanjut," ia menjeda sejenak. Menoleh keluar box, memeriksa apakah ada seseorang yang benar-benar mengawasinya.

"Satu hal lagi," ia melanjutkan, sementara di sambungan telepon, Wang Zhuocheng menyimak dengan wajah tegang.

"Jika aku bernasib sama seperti Gao Han, apakah kau bertanggungjawab atau tidak, polisi akan mendapatkan bukti kejahatanmu."

Zhuocheng mencengkeram ponsel dan menjawab, "Baiklah."

Wang Haoxuan melangkah keluar dari box telepon umum. Menoleh ke kanan dan kiri. Jalan itu masih sepi. Tak ada siapa pun, bahkan seekor kucing atau anjing jalanan. Dia tidak tahu apakah harus lega atau gugup. Keheningan begitu sempurna. Dan sesuatu yang sempurna, biasanya menyimpan bahaya.

Dia berjalan tergesa-gesa kembali ke arah dari mana ia datang. Selama menjalani hidup yang keras di kehidupan malam Ring Road, ia tidak mau terlibat masalah apa pun atau percaya pada siapa pun. Tetapi bahkan malam ini, saat ketajaman indranya mengirimkan peringatan bahwa ada sepasang mata mungkin tengah mengawasinya, Haoxuan rasanya tidak ingin mempercayai diri sendiri.

*******

Metro Station 01.00 PM

Wang Zhuocheng berdiri gugup di tengah kerumunan orang di stasiun. Menantikan si pemeras menghubunginya lebih dulu membuatnya dicekam rasa cemas dan marah tak berdaya. Getar ponselnya seketika membuat ia terlonjak. Itu pasti telepon dari si pemeras.

𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang