Di salah satu ruangan kamar, satu unit lantai dua apartemen East Park. Carman Lee menyalakan korek api, perlahan menyalakan sebatang lilin di atas meja di depannya. Di sisi sebrang kanan duduk Wang Yan Li, dengan wajah berbinar dan harap-harap cemas. Meja di depan mereka serupa meja tulis tetapi dengan ukuran lebih besar. Menumpukkan sikut pada meja, serta menjalin jemari, Carman Lee memejamkan mata seraya bibir komat-kamit membacakan sekelumit doa yang sulit dipahami. Dia selesai dalam satu menit lantas mengulurkan tangan menyentuh bahu Yan Li yang tegang.
"Konsentrasi sayang.." bisiknya menenangkan.
Yan Li memutar pandang, seisi ruangan hanya diterangi sebatang lilin dan kesuraman tampak menakutkan. Sebuah buku diletakkan di depan Carman lengkap dengan ballpoin. Itu cara si cenayang berkomunikasi dengan arwah yang ia panggil.
Sekali lagi, Carman Lee menjalin jemari erat-erat, memejamkan mata serta menarik nafas panjang.
"Aku di sini untuk bicara dengan Jin Ling... " dia membuka mata, mendongak pada langit-langit kamar. Nyaris tak berkedip.
"Bisakah para arwah membantuku menghubungi Jin Ling?" bisikannya berdesis, menegakkan bulu halus siapapun yang mendengarnya. Yan Li bertahan dengan tabah dalam pucat wajahnya.
Carman Lee menundukkan wajah kembali memejamkan mata, komat-kamit mengulang kalimat yang sama.
"Aku di sini untuk bicara dengan Jin Ling. Bisakah para arwah membantuku menghubungi Jin Ling?"
Yan Li menatap tanpa berkedip. Dadanya turun naik tak terkendali. Berharap lebih dari sekedar bicara. Tetapi tentu saja dirinya tidak bisa melihat entitas gaib.
Nyala api lilin bergeletar cepat, padahal tak ada jendela yang terbuka. Mata Yan Li terpaku pada lilin, sesaat kemudian ia menoleh pada Carman Lee. Wanita cenayang itu menulis dengan cepat tanpa melihat kertas. Matanya tak berkedip, menatap kosong pada satu titik. Ekspresi seseorang yang sedang kerasukan.
Yan Li menahan air matanya. Tulisan tangan Carman Lee jelas menyerupai tulisan Jin Ling.
Hallo mama..
Aku ada di sini bersamamu
Aku senang bisa bicara denganmu lagi. Terima kasih mama, tapi tolong beritahu paman, aku benar-benar ingin bicara dengannya. Aku ingin sekali mengatakan jangan lagi bersedih karena aku.
Aku selalu bersama kalian..Wang Yan Li memejamkan mata saat air mata mengalir seperti hujan deras. Perasaannya selalu begini setiap kali Jin Ling bicara padanya. Walau pun sesudahnya akan ada perasaan bahagia dan ia akan membawa surat itu sebagai kenang-kenangan yang tak ternilai.
Begitu Yan Li membuka mata, ia membaca tulisan Jin Ling lagi.
Kumohon jangan menangis mama
Aku selalu ingin melihatmu tersenyum..Tanpa sadar, Yan Li tersenyum dalam keremangan mencekam. Bayangan seluruh benda bergerak-gerak seiring liukan nyala api lilin. Setelah beberapa lama, komunikasi Carman Lee dengan arwah Jin Ling pun berakhir.
***
Seorang gadis pelayan membuka pintu saat bel dibunyikan seseorang. Dia tidak menyangka akan kedatangan tamu yang menyerbu masuk pada jam seperti ini. Gadis itu mundur kala Wang Yibo melangkah lebar, berdiri tegak mengawasi sekeliling ruangan.
"Di mana Yan Li?" ia menggeram.
Gadis pelayan menunjuk pada satu pintu kamar. "Dia ada di dalam, anda harus menunggu di sini."
Wang Yibo menatap kejam, dia membenci pintu yang tertutup akhir-akhir ini. Mengabaikan peringatan si pelayan, dia bergegas menuju pintu dan mendorongnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠
Fanfic"Jika seseorang tak pernah ada, maka bagaimana dia bisa menghilang?" Kalimat yang terucap dari seorang penyanyi kafe malam bernama Sean itu selalu terngiang di telinga Inspektur Wang. Semua yang terjadi di sekitarnya selalu berbalut misteri. Kasus k...