CHAPTER 02

1K 137 19
                                    

Aku datang dari kedalaman samudera
Untuk menemuimu

Kau menyukaiku bukan?

Katamu mataku indah bagaikan sinar bulan
Dan suaraku merdu bagaikan senandung surga

Kini aku berdiri di hadapanmu

Datanglah ...

Mendekatlah padaku

Aku menunggumu sekian lama
Di balik kesunyian yang merana

Datanglah ...!!!

Ciiiiittttt!!!!

Blaaarrr!!!

Suara memekakan yang lahir dari gesekan luar biasa keras roda ban dan permukaan jalan membelah kesunyian malam.

Selang berapa detik, suara hingar bingar menggelegar ketika mobil menabrak undakan menerjang pembatas jalan dengan sisi sungai.

Mobil berwarna putih jungkir balik beberapa kali sebelum akhirnya terhempas dan masuk ke dalam sungai menimbulkan suara deburan keras dari benda berat yang memecah permukaan air.

***

Wang Yibo tersentak bangun dalam posisi langsung duduk. Peluh bercucuran dari pelipis dan lehernya. Merasa resah dan terperangkap dalam kekuatan misterius yang mengatakan bahwa sesuatu telah terjadi. Bahaya mengepung dari segala arah, dan tangan-tangan hitam menyeramkan terulur dari balik gelombang air berwarna keabuan.

Lagi-lagi, mimpi buruk yang sama.

Berenang-renang di kedalaman danau gelap dan dingin, sementara pikirannya berenang dalam rasa bersalah karena telah lalai dalam menjaga keponakannya yang bermain di tepian danau. Sekarang ia meluncur ke dasar danau, gelembung udara melesat dari dalam paru-parunya yang mendidih.

A Ling!

Dia mendengar suaranya sendiri, parau dan gemetar. Nyaris seperti jeritan burung pemakan bangkai.

A Ling!

Tanaman merambat di dasar danau melambai, menyentuh jemari dan pergelangan tangan.

Wajah pucat seorang anak laki-laki mengintip dari balik sulur-sulur liar.

Matanya terpejam dalam tidur yang gelisah.

Tidakk!

Kedua tangannya terulur meski nyaris kehilangan kekuatan. Dia pasti masih bisa menyelamatkan keponakannya.

A Ling akan bertahan. Dia harus bertahan hidup.

Namun, ketakutan tak juga mereda. Dalam kenyataan pahit yang kelak berubah menjadi mimpi-mimpi buruk tak berujung, dia menyaksikan A Ling tenggelam dan ia tak mampu meraihnya.

Bip! Bip!

Denting ponsel bagaikan satu lonceng kematian yang lain. Wang Yibo terperanjat. Dia menatap ponsel yang tergeletak di meja nakas, berharap berita buruk tidak datang kala ia baru saja pulih dari trauma.

Satu denting kembali terdengar.

Bisa apa lagi? Setelah satu tahun dianugerahi kenaikan pangkat, dia kini telah menjabat sebagai inspektur di kepolisian distrik Puxi. Berbagai macam kasus kriminal memanggil setiap hari, memperburuk suasana hatinya.

𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang