🌹27. Saudara🌹

1.1K 160 21
                                    

Brukk

Dor

"Akhirnya kau datang, lama sekali."

"He~ jalanan sungguh macet. Yang penting tidak ada tertembak selain Kakucho kan."

Semua orang membeku melihat apa baru saja terjadi. Seingat mereka, Kakucho yang tertambak oleh Kisaki dan Kisaki mulai mengoceh. Hal itu membuat kakucho berlari menuju Kisaki, namun sedetik kemudian mereka hanya bisa melihat peluru bersarang di container dengan Kisaki yang sudah menabrak container box besi tersebut.

Serta gadis berambut blonde di hadapannya.

Iris biru Takemichi melebar melihat siapa yang menerjang Kisaki. "EMMA-CHAN?!"

Mendengar namanya di panggil. Gadis blonde itu menoleh dan tersenyum manis kepada Takemichi.

"Yo Takemichi!"

Mikey menatap kosong Emma. Apakah ini mimpi? Bukankah Emma baru saja mati? Dokter pun sudah mengkonfirmasinya! Namun ... di depannya ini Emma kan?!

"Emma?" lirih Mikey.

Iris emas itu menatap Mikey lembut. "Maaf, Mikey. Sudah membuatmu khawatir."

Iris hitam itu membesar saat mendengar suara wanita yang amat dia sayangi selain ibunya. Perlahan tetesan air mata keluar dari mata lelah itu.

"Itu benaran kau? Emma?" tanya Mikey sekali lagi perlahan maju.

"Benar." Emma berjalan ke depan Mikey dan tersenyum. Dia memegang tangan Mikey. "Lihat aku bisa memegang tanganmu."

Tanpa babibu, Mikey memeluk Emma erat. "Kau masih hidup."

Emma tersenyum sedih dan membalas pelukkan Mikey. Dia menutup matanya, menikmati kehangatan dari pelukkan Mikey. Sebenarnya dia sedikit terkejut, ternyata Mikey bisa menangis untuk dirinya.

Emma bahagia, karena Mikey sayang dengan dirinya.

"Uhm, aku masih hidup. Itu adalah keajaiban."

Emma membuka matanya dan melirik Draken yang termenung melihat dirinya. Dia melemparkan senyuman kepada Draken. "Yo, Draken!"

"Emma." Tanpa sadar air mata keluar dari mata Draken, bahunya bergetar. "Syukurlah," gumamnya berusaha menghapus air mata itu.

Semua orang masih terkejut, termasuk Izana. Iris ungu itu hanya menatap kosong Emma yang masih di dalam pelukan Mikey.

Merasa di tatap oleh seseorang, Emma menoleh menatap Izana. Mereka hanya saling tatapan sekarang. Emma memasang wajah dingin, dia melepaskan pelukan Mikey dan berjalan menuju Izana.

Perlahan Izana mundur. "Em-emma."

"Sudah lama ya tidak bertemu," ujar Emma yang berdiri di depan Izana.

Plak!

"Izana!" teriak Kakucho saat Emma menampar Izana.

"Emma-chan?!" Pekik Takemichi. Hinata yang di sampingnya masih terdiam dengan air mata yang kaluar.

Izana yang ditampar oleh Emma menunduk kaget dan melirik Emma. Iris ungu itu bergetar saat Emma masih menatap dingin dirinya. Tidak ada tatapan lembut nan polos dulu yang diberikan oleh adik kecilnya itu.

"Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal seperti ini, Izana," ujar Emma.

Izana mengepalkan tangannya. "Kenapa kau masih hidup?"

Kekehan sinis terbit di bibir pink mungil gadis blonde itu. "Kenapa? Apa kau tidak senang?"

Izana tidak menjawab. Dia tidak tahu harus mengeluarkan kata apa. Melihat keterdiaman Izana, Emma menghelakan nafas. "Sepertinya kau benar-benar menginginkan aku mati ya. Apa kau tidak mengingatku? Adik kecilmu dulu."

Isekai Tokyo RevengersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang