Di dalam kamarnya yang begitu luas dengan pencahayaan yang remang-remang, Heeseung berbaring di ranjangnya dengan terus-menerus mengganti posisi tidurnya. Pemuda itu beberapa kali mencoba memejamkan mata, namun rasa kantuk sama sekali tidak kunjung menyerangnya. Ia pun memutuskan untuk meraih buku di atas meja nakasnya untuk menghabiskan waktu. Siapa tahu matanya akan lelah dengan sendirinya dan Heeseung bisa tertidur.
"Heeseung? Kau di dalam?"
Terdengar suara seorang gadis yang berseru padanya dari balik pintu kamar. Heeseung langsung meletakkan kembali bukunya, lalu bangkit dari ranjang. Ia tahu betul kalau pemilik suara itu adalah Jihwa. Tumben sekali gadis itu datang mengunjungi kamarnya.
"Masuklah."
Pintu terbuka, menampakkan sosok gadis mungil yang memasuki kamar dengan canggung. Heeseung tercengang, matanya melebar melihat bagaimana Jihwa berbusana. Gadis itu mengenakan gaun merah yang cukup terbuka. Biasanya yang memakai gaun semacam itu adalah selir yang berusia di atas 20 tahun. Itu pun hanya dipakai untuk melayani raja.
"Ba .... Bagaimana penampilanku?" Tanya Jihwa gugup seraya memalingkan muka.
Heeseung masih terdiam. Ada angin apa tiba-tiba Jihwa datang dengan menunjukkan gaun seterbuka itu?
"Memangnya anak usia 17 tahun boleh memakai itu?"
"Mau bagaimana lagi? Ini hadiah untukmu karena sudah bersedia menolongku."
Gadis itu semakin tersipu malu. Sedangkan Heeseung sendiri masih belum bisa mencerna apa yang terjadi di hadapannya. Jakunnya naik turun menelan ludah dengan gugup. Meskipun bingung dengan sikap aneh Jihwa, tidak bisa dipungkiri kalau penampilan gadis itu berhasil membuatnya terpancing. Bagaimanapun juga, Heeseung lelaki normal.
"Malam ini, aku milikmu sepenuhnya."
Jihwa melangkah mendekati Heeseung yang duduk di tepi ranjang. Pemuda itu semakin kebingungan ketika Jihwa dengan berani naik ke atas pangkuannya.
"Hei .... Ka .... Kau mau apa?"
Heeseung panik bukan main. Jihwa menanggalkan kancing kemejanya satu per satu hingga dada bidangnya terekspos. Pemuda itu segera menahan kedua tangan gadis itu sebelum terlambat.
"Kau kenapa sih? Salah makan kah? Kenapa tiba-tiba menggodaku begini?"
Bukannya menjawab pertanyaan Heeseung yang bertubi-tubi, Jihwa justru menangkup wajah pemuda itu. Matanya yang sayu menatap manik kemerahan milik Heeseung dengan lekat.
"Aku tahu kau menginginkan aku. Bukankah kau kesulitan menahan nafsumu? Selagi aku berbaik hati, kenapa kau tidak langsung bergerak saja, hm?"
Lagi-lagi jakun Heeseung naik turun. Bau tubuh Jihwa yang manis begitu menyeruak. Telapak tangan gadis itu yang lembut bagaikan kulit bayi membelai wajahnya perlahan. Kalau Jihwa saja segencar ini menggodanya, bagaimana bisa Heeseung menahan diri?
"Kyaa!"
Tanpa basa-basi lagi, Heeseung mengangkat pinggang Jihwa, lalu membaringkan gadis itu di atas ranjang king sizenya. Ia mengurung tubuh mungil Jihwa di dalam kungkungannya.
"Jangan menyesal, Oh Jihwa. Aku tidak akan bermain dengan lembut."
Heeseung mendekatkan wajahnya ke wajah Jihwa. Perlahan ia menghapus jarak di antara mereka. Jihwa sendiri memejamkan matanya. Menanti bibir Heeseung menyapa bibirnya dengan lembut.
"Guk! Guk!"
Terdengar suara gonggongan anjing yang membuat Heeseung terlonjak kaget. Pemuda itu mau tak mau membuka matanya yang terasa berat. Di atas tubuhnya, ada Choco yang tengah berusaha membangunkannya dengan menjilati pipi Heeseung. Pemuda itu mengedarkan pandangan ke sekitaranya, mencari sosok Jihwa dengan gaun merahnya. Namun, tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan Choco di sana. Ia menghela napasnya. Rupanya hari sudah menjelang malam dan Heeseung tengah tertidur di gubuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beast Land || Enhypen (END)
VampirgeschichtenDi abad ke-14, muncul penyakit aneh yang menyerang para bangsawan di suatu negara. Penyakit itu membuat tubuh mereka bermutasi menjadi makhluk penghisap darah yang kuat dan tidak bisa menua. Karena kelainan yang membuat mereka menjadi makhluk yang t...