Malam hari pun tiba.
Bagi para pengkhianat kerajaan seperti Jake, malam adalah waktu yang paling tepat untuk melancarkan rencana mereka. Berbeda dengan Heeseung yang menyempatkan waktu untuk bertemu Jihwa, Jake tidak membagi waktunya untuk orang lain. Justru sebaliknya, semua orang membagi waktu demi Jake. Salah satunya Giselle. Karena perasaannya yang sangat kuat pada Jake, ia rela mengesampingkan segalanya demi bertemu pemuda itu. Jake memang sangat pandai mengelabui orang lain untuk menjadi budaknya.
Saat ini, pangeran ketiga itu tengah duduk di dalam gereja sendirian. Semua pengikutnya telah meninggalkan tempat itu lantaran upacara persembahan telah usai. Matanya menatap dengan datar mayat wanita yang terbaring tanpa kepala di depannya. Sedangkan tangannya memainkan kepala manusia yang telah terpisah dari badannya. Sesekali Jake menguap karena rasa bosan yang dirasakannya.
"Aku kenyang. Tapi belum puas."
Jake melempar kepala itu ke sembarang arah, lalu menyadarkan punggungnya ke kursi dengan malas. Sebagian rencananya sudah berhasil diwujudkan. Menghasut sebagian masyarakat yang kontra dengan pemerintahan Sehun, lalu membentuk sebuah sekte dengan tujuan memperoleh darah lebih dan mendapat kekuatan dari rakyat. Tinggal menunggu waktu untuk sekte ilegalnya ini semakin berkembang. Jake akan menyingkirkan sang ayah dan semua pangeran yang menghalangi jalannya, kecuali Sunghoon.
"Vampir bisa beregenerasi dan tidak bisa mati. Anda ingin saya membunuhnya dengan cara bagaimana?"
Ketika Jake sedang berpikir, tiba-tiba muncul seorang vampir jangkung yang datang memasuki gereja. Jake tersenyum melihatnya.
"Akhirnya anda bersedia bergabung dengan saya, Tuan Wooseok."
Pemuda yang dipanggil Wooseok itu berjalan mendekati Jake seraya menatap dengan jijik ke arah mayat yang mati mengenaskan. Seperti biasa, Jake sangat gemar memutilasi korbannya dan bagi Wooseok itu adalah kebiasaan yang gila.
"Bisakah anda makan dengan normal? Dasar psikopat." Protes Wooseok.
"Tidak seru membiarkan mangsaku mati dengan tenang." Ujar Jake. "Teriakan putus asa mereka adalah lagu pengiring untuk acara makanku."
Wooseok bergidik ngeri mendengarnya. Setelah ini, ia harus bekerja sama dengan orang segila itu. Kalau sampai Wooseok membuat Jake kesal, tidak ada yang tahu kapan ia akan bernasib sama dengan wanita tanpa kepala itu.
"Anda tahu sendiri, kita tidak akan bisa membunuh vampir. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyingkirkan mereka secara politik. Sekuat apapun seorang raja, jika saya mengumpulkan banyak pengikut, maka ia akan kalah dalam mendapat dukungan. Rakyat yang saya kumpulkan sangat loyal kepada saya dan berani mati demi saya. Gertakan Oh Sehun tidak akan mempan untuk meruntuhkan mental mereka."
Wooseok menghela napasnya.
"Tidak semudah itu, tuan. Baginda raja memiliki banyak dukungan dari dalam istana."
"Lalu? Bangsawan adalah minoritas, sedangkan rakyat mayoritasnya. Mungkin sekarang para manusia itu tunduk kepada raja karena adanya doktrin dan tekanan, tapi ketika saya membangkitkan sisi brutal mereka, saya yakin kekuatan dari rakyat yang berjumlah sebanyak itu pasti cukup untuk menggulingkan Oh Sehun dari posisinya."
Jake mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan jari telunjuk.
"Kita harus pandai memutar otak untuk melakukan tipu muslihat."
Wooseok masih belum yakin dengan rencana Jake. Apalagi sekte yang ia bentuk masih tergolong sebagai kelompok yang kecil jika dibandingkan dengan rakyat yang mendukung Sehun. Apakah kekuatan Jake memang sebesar itu untuk menarik hati rakyat Sehun?
"Memangnya bagaimana cara anda membentuk sekte dengan pengikut sebanyak ini?"
Jake tersenyum masam melihat Wooseok yang masih meragukannya.
"Pahami apa yang dibutuhkan manusia. Untuk bertahan hidup di dunia yang keras ini, mereka membutuhkan uang. Terutama orang-orang miskin dan para kriminal yang hidup di dunia bawah. Saya mengerahkan dana untuk menunjang kehidupan mereka. Saya juga menjanjikan harapan, kalau saya berhasil menjadi raja, saya akan mensejahterakan kehidupan mereka. Tidak seperti pemerintahan yang sekarang."
Wooseok mengangguk paham. Jake memang seseorang yang licik. Ia memanfaatkan kelemahan manusia untuk memperdaya mereka. Mengerikan, namun cara Jake membuat Wooseok mulai berhenti meragukannya.
"Saya serahkan semuanya kepada anda, Tuan Jake. Kalau anda butuh bantuan, saya bersiap untuk mengerahkan seluruh tenaga."
Jake tersenyum puas. Akhirnya, ia mendapatkan pion yang berpengaruh kuat. Setelah gagal mendapatkan Yuna, tidak Jake sangka kalau kandidat penerus takhta dukelah yang sekarang ada di tangannya. Dengan begini, Jake semakin percaya diri kalau rencananya akan sukses.
"Kita harus bersabar. Memperluas pengaruh kita tidak semudah itu. Tapi, adanya beberapa pendeta dan orang-orang yang dianggap religius di dalam sekte saya akan menarik banyak masyarakat untuk masuk."
~~~~~~
"Tuan Heeseung, anda di dalam?"
Soobin mengetuk pintu gubuk Heeseung beberapa kali lantaran tidak ada respon dari dalam sana. Ketika ia mencoba membukanya, pintunya pun dikunci. Sepertinya pemuda itu sedang menemui Jihwa seperti biasa dan belum kembali. Soobin menghela napasnya. Padahal ia membawakan kabar penting untuknya.
"Tumben sekali anda sudah datang malam-malam, tuan."
Soobin tersentak kaget ketika tiba-tiba terdengar suara pemuda dari belakangnya. Ia langsung menoleh. Rupanya itu hanyalah Heeseung. Tidak seperti biasanya, pemuda itu kembali dengan mengenakan baju bangsawan dengan atribut lengkap.
"Ada acara apa?" Tanya Soobin.
Heeseung mengernyit mendengar pertanyaan Soobin. Namun, ia teringat kalau dirinya sedang mengenakan pakaian bangsawan yang begitu rapi.
"Tidak ada. Saya hanya menuruti keinginan wanita hamil."
Soobin menahan tawanya. Sangat lucu melihat Heeseung yang tidak suka diatur orang lain dan pemarah, sekarang rela repot-repot melakukan sesuatu demi seorang wanita.
"Berhenti tertawa, atau saya tidak akan membukakan pintu untuk anda."
"Baiklah, baik. Maafkan saya. Jangan mudah emosi seperti itu."
Heeseung berjalan mendahului Soobin menuju gubuknya untuk membuka pintu. Pemuda itu mempersilahkan sang tamu masuk terlebih dahulu, lalu menyusulnya dari belakang.
"Ada kabar penting apa sampai anda datang malam-malam seperti ini?"
"Ah, saya mau menyampaikan kabar baik. Serum yang anda minta hampir selesai diproduksi. Mungkin sekitar seminggu lagi bisa dipakai."
Bukannya senang, Heeseung justru tercengang mendengar berita itu. Awalnya ia sendiri yang tergesa-gesa untuk melancarkan rencana, namun entah mengapa sekarang hatinya belum siap. Saat rencananya dilakukan, akan ada banyak hal yang harus Heeseung terima. Ia harus rela kehilangan Jihwa, bayinya, dan kehidupan bahagia yang didambakannya bersama keduanya.
"Tuan?"
Heeseung tersadar dari lamunannya.
"Oh, baguslah. Kita bisa melaksanakan rencananya lebih cepat dari perkiraan."
Heeseung berusaha menyembunyikan ekspresi ragunya. Ia harus terlihat tegar. Bagaimanapun juga, secara tidak langsung dia yang memimpin rencana ini. Jika Heeseung saja ragu, bagaimana dengan orang-orang yang mengikuti instruksinya?
"Tapi, berikan saya waktu untuk berpikir. Anda terus pantau saja perkembangan serumnya dan tolong berikan saya informasi lebih lanjut."
Soobin mengangguk paham. Bohong kalau ia tidak peka dengan reaksi Heeseung. Jelas sekali pemuda itu sedang ragu. Bagaimana tidak? Sekarang ada dua orang yang membutuhkan kehadiran Heeseung, dan pemuda itu sendiri pastinya juga ingin tetap hidup demi mereka. Soobin sudah banyak memikirkan alternatif lain dari rencana Heeseung, terutama rencana bunuh dirinya itu. Tinggal bagaimana keputusan Heeseung, apakah ia bersedia menerimanya atau tetap kukuh pada keputusan awal.
"Baiklah, putuskan yang terbaik bagi anda dan Nona Jihwa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beast Land || Enhypen (END)
Про вампировDi abad ke-14, muncul penyakit aneh yang menyerang para bangsawan di suatu negara. Penyakit itu membuat tubuh mereka bermutasi menjadi makhluk penghisap darah yang kuat dan tidak bisa menua. Karena kelainan yang membuat mereka menjadi makhluk yang t...