"Jake sayang, kau tidak bangun?"
Jake mengernyit ketika seseorang menepuk pelan pipinya di saat ia sedang tidur pulas. Pemuda itu hanya mengganti posisi tidurnya menghadap ke samping, lalu kembali tidur.
"Kalau kau tidak segera kembali, ibumu bisa marah."
"Biarkan saja. Wanita itu memang biasanya cerewet." Ujar Jake dengan suara seraknya.
"Dasar. Kau mau Sunghoon yang dimarahi lagi?"
Mendengar nama Sunghoon disebut, Jake menghela napas kasar. Ia pun terpaksa membuka matanya yang masih terasa berat, lalu beranjak duduk bersandar di kepala ranjang.
"Pukul berapa ini, Giselle?"
Gadis yang dipanggil Giselle itu melirik jam dinding yang ada di kamarnya.
"Pukul 06.30 pagi."
"Astaga, masih pagi sekali dan kau sudah membangunkan aku?"
Jake hendak kembali tidur, namun Giselle segera menarik lengannya.
"Hei, jangan tidur lagi. Kau harus kembali."
Jake mendengus kesal.
"Aku mengantuk sekali. Bisakah kau biarkan aku tidur selama 30 menit?"
Giselle tertawa melihat Jake yang tampak kesal dengan muka bantalnya. Gadis itu menarik kepala Jake, lalu memeluknya. Tidak peduli dengan keadaannya yang masih tanpa busana.
"Salah siapa, hm? Kau datang ke kamarku malam-malam dan melakukannya lebih dari 3 kali."
Jake terkekeh pelan. Walaupun masih mengantuk, tangannya dengan agresif meraba tubuh polos Giselle dari balik selimutnya. Sampai gadis itu terjingkat dibuatnya.
"Hei, geli!"
Jake tertawa melihat reaksi Giselle.
"Tapi kau suka kan?"
Giselle menatap Jake dengan kesal. Sedangkan pemuda itu membalasnya dengan tatapan menggoda. Pangeran yang ada di hadapannya ini berparas tampan dan memiliki tubuh yang bagus. Siapa yang bisa menolak pesonanya? Giselle yang sering tidur dengannya pun tidak pernah bosan mengagumi tunangannya itu.
"Hei, wajahmu merona." Ujar Jake seraya menatap wajah Giselle dengan dalam. "Manis sekali."
Jake mengelus pipi Giselle dengan lembut. Tatapan mereka saling bertemu. Hingga mata Giselle perlahan menjadi sayu ketika Jake mempertemukan bibir mereka.
"Aku mencintaimu, Jake." Ungkap Giselle di sela ciuman mereka. "Jangan tinggalkan aku."
Jake tersenyum. Ia mendorong pelan tubuh Giselle dan mengurung gadis itu di bawah kungkungannya.
"Mau ronde keempat?" Jake menaikkan sebelah alisnya.
Giselle melingkarkan kedua lengannya pada leher Jake, lalu mengangguk pelan.
"As your wish, Jake."
~~~~~
"Ah, puas sekali."
Jake berjalan menuju ke istananya seraya meregangkan tubuhnya. Sebelumnya, ia harus melewati istana utama dulu karena istana ketiga berada di belakang. Jake mendongakkan kepalanya ke atas, menatap ke arah jendela kamar Jihwa ketika berjalan melewatinya. Entah apa yang terjadi, jendela kamar itu ditutup rapat dengan korden. Padahal masih di pagi hari.
"Apa tidak gerah?" Gumam Jake. "Dasar gadis aneh."
Jake memandangi jendela itu sembari mengingat setiap perlakuan Jihwa padanya. Ia merasa begitu kesal karena Jihwa selalu menolaknya sejak pertama kali bertemu. Dan yang paling membuatnya merasa tidak terima adalah kedekatan Jihwa dengan Heeseung. Kenapa Jihwa menolak Jake, tapi ia justru membuka diri pada vampir yang tidak stabil seperti Heeseung? Sebenarnya apa kelebihan sosok pangeran pertama itu? Jake dan Heeseung sama-sama vampir. Makhluk yang ditakuti oleh Jihwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beast Land || Enhypen (END)
VampirosDi abad ke-14, muncul penyakit aneh yang menyerang para bangsawan di suatu negara. Penyakit itu membuat tubuh mereka bermutasi menjadi makhluk penghisap darah yang kuat dan tidak bisa menua. Karena kelainan yang membuat mereka menjadi makhluk yang t...