Chapter 26: Mad

1.6K 325 18
                                    

Hari sudah menjelang sore.

Setelah mencari Jihwa di sekitar istana utama, akhirnya Jay tiba di istananya sendiri. Saat sudah sampai di depan pintu, Jay segera mencarinya sampai ke lantai dua. Bahkan pemuda itu sampai harus bertanya kepada setiap pelayan apakah mereka melihat Jihwa atau tidak. Istana kedua tidak kalah luasnya dengan istana utama meskipun hanya dihuni oleh Jay dan ibunya. Sehingga mencari Jihwa di seluruh penjuru istana membuatnya menguras banyak tenaga.

"Padahal aku melihatnya berlari ke arah sini."

Jay menajamkan indera penciumannya. Di istana sama sekali tidak ada jejak bau tubuh Jihwa. Kalau memang tidak ada di sini, lantas kemana perginya gadis itu?

"Pangeran Jay?"

Terdengar suara yang memanggil namanya. Jay menoleh ke belakang. Seorang gadis cantik bersurai hitam dan bertubuh tinggi tengah berjalan menghampirinya. Sesuai etika bangsawan, Jay membungkukkan badannya, lalu dibalas dengan bungkukan badan juga oleh gadis itu.

"Putri Jimin? Ada perlu apa kemari?"

Gadis yang bernama Jimin itu tersenyum manis.

"Saya hanya ingin berkunjung. Anda kemana saja? Saya menunggu anda di ruang tamu sejak siang tadi."

Jay mengernyit heran. Untuk apa putri dari keluarga viscount yang selalu sibuk sampai repot-repot meluangkan waktu hanya untuk mengunjunginya?

"Saya sedang mencari seekor kelinci yang kabur."

"Kelinci?"

"Iya. Maaf karena saya dengan tidak sopan menolak kunjungan anda. Tapi, bisakah anda datang lain kali saja? Saya akan mengirim undangan."

Jay kembali membungkukkan badannya, lalu kembali pergi mencari Jihwa. Namun, Jimin segera menahan lengannya.

"Saya dengar anda sibuk menjaga selir muda raja." Ujar Jimin. "Bukankah tugas yang anda emban sangat berlebihan? Bagaimanapun juga anda seorang pangeran, bukan pengawal."

Jay menatap Jimin dengan datar.

"Maaf, tapi itu bukan urusan anda." Jay meraih tangan Jimin, lalu menjauhkannya dari lengannya. "Terima kasih sudah memperhatikan saya. Tapi, saya pribadi sama sekali tidak keberatan dengan tugas itu. Saya permisi dulu."

Tanpa basa-basi lagi, Jay berjalan pergi meninggalkan Jimin. Sikap Jay membuat gadis itu murka. Ia yakin kalau kelinci yang dimaksud Jay adalah Jihwa. Mana mungkin seorang pangeran sekelas Jay membuang waktunya untuk melakukan hal yang tidak berguna?

"Putri Jimin?"

Di saat gadis itu hendak pergi, Joohyun datang dari lantai dua untuk menghampirinya.

"Kau sudah bertemu dengan putraku?"

Jimin menghela napasnya. Ia menatap Joohyun dengan kecewa.

"Pangeran Jay meninggalkan saya untuk mencari selir raja." Adu Jimin. "Apa dia sama sekali tidak bisa meluangkan waktu untuk calon tunangannya?"

Joohyun mengelus rambut Jimin dengan lembut. Merayu gadis itu supaya tetap sabar menghadapi Jay.

"Jay adalah anak yang pekerja keras. Dia memang sangat loyal terhadap raja. Jadi, tolong bersabarlah. Dia pasti akan meluangkan waktunya jika senggang."

"Benarkah?" Tanya Jimin. "Tapi, dia tidak akan tergoda dengan gadis manusia itu kan?"

Joohyun tertawa mendengar kekhawatiran Jimin.

"Mana mungkin dia jatuh hati dengan rakyat jelata itu? Tubuhnya saja seperti anak-anak. Sedangkan kau jauh lebih cantik dan status sosialmu lebih tinggi." Ujar Joohyun. "Kau hanya harus lebih bersabar untuk meluluhkan Jay yang ambisius sejak kecil. Dia tidak akan bisa mengabaikan primadona sepertimu."

Beast Land || Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang