Chapter 55: Unwanted Presence (3)

1.5K 290 38
                                    

Seminggu berlalu dengan cepat.

Heeseung tetap sulit bergerak dengan bebas karena kehadiran Yuna membuatnya terkekang. Sehingga waktunya banyak yang terbuang sia-sia. Akhirnya, ia memutuskan untuk menemui Soobin di malam hari, meskipun malam adalah waktu yang paling beresiko. Tidak semua orang terlelap pada malam hari. Bisa saja di istana utama yang seluas itu, ada seseorang yang menyadari kepergian Heeseung. Jadi, ia harus lebih waspada dan menajamkan inderanya. Setelah berhasil keluar dari gerbang istana, dari kejauhan tampak siluet seorang pemuda bertubuh tinggi. Heeseung segera menghampirinya.

"Sudah lama tidak bertemu." Ujar Soobin. "Anda sibuk belakangan ini?"

"Tidak juga. Ada calon tunangan yang menyusahkan pergerakan saya."

Soobin mengangguk paham. Sepertinya sedang ada drama perjodohan dalam kehidupan pangeran itu. Ia tahu betul karena Soobin sendiri juga mengalaminya sebagai seorang bangsawan.

"Lucu juga." Ujar Soobin. "Saya jadi terkesan seperti selingkuhan anda karena kita bertemu secara rahasia di malam hari. Sedangkan anda sudah memiliki calon."

Heeseung bergidik ngeri mendengar candaan Soobin.

"Cara anda bercanda sama sekali tidak lucu. Jadi hentikan, dan beri tahu saya perkembangan rencananya."

Soobin menghela napas. Pengembangan serum di Belsovic berjalan dengan lancar. Tapi, memperbanyak jumlahnya dalam waktu yang singkat tidaklah semudah itu. Sedangkan Heeseung tampak tergesa-gesa ingin segera melancarkan serangan.

"Kita tidak bisa bertindak dengan buru-buru, tuan. Banyak yang harus dipertimbangkan, mau sematang apa rencana yang anda buat. Serumnya pun kemungkinan besar bisa siap dalam 3 bulan."

"Lama sekali."

Heeseung tidak berniat gegabah. Tapi, tidak baik bagi Jihwa terkurung terlalu lama di dalam istana. Nyawa dan masa depannya bisa terancam. Entah itu karena vampir lain, atau karena Heeseung sendiri.

"Anda harus sabar. Pangeran ketiga juga sedang berusaha semaksimal mungkin di sana."

Heeseung menghela napasnya.

"Baiklah, yang terpenting semuanya berjalan dengan lancar."

"Apanya yang berjalan dengan lancar?"

Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang menyahut. Heeseung dan Soobin dengan panik menoleh ke sumber suara. Tepat di belakang mereka, ada Jihwa yang entah sejak kapan berdiri di sana. Bagaimana bisa Heeseung tidak menyadarinya? Harusnya bau Jihwa dapat tercium walau dari jarak sejauh apapun.

"Oh Jihwa?"

Jihwa tampak sedang kesulitan mengatur deru napasnya. Jangan-jangan gadis itu berlari demi menyusul mereka berdua?

"Apa yang kau rencanakan? Dan siapa lelaki ini? Dia manusia kan?"

"Tidak, Jihwa. Kami ...." Heeseung berusaha mencari alasan yang tepat. "Dia akan membantu kita melarikan diri."

Heeseung menyikut lengan Soobin. Berharap kalau pemuda bergigi kelinci itu bisa memberikan alasan untuk menutupi rencana mereka.

"Iya, benar nona. Saya sudah mendengar semuanya dari Tuan Heeseung. Saya adalah sahabat tuan sejak kecil. Saya menjaga jembatan perbatasan antara negara ini dengan Belsovic. Jadi, kami bertemu untuk membahas rutenya."

Heeseung menghela napas lega ketika Soobin dengan cerdik mengelabui Jihwa. Meskipun gadis itu masih menatap mereka berdua dengan curiga.

"Kau merencakannya sendirian? Tanpa memberitahu aku?"

Beast Land || Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang