Chapter 22: The Sect (3)

1.6K 333 20
                                    

Malam hari di kota tua B.

Seperti biasa, Jake kembali datang mengunjungi gereja yang telah resmi digunakan untuk sektenya. Berbeda dengan sistem kerajaan yang mewajibkan rakyatnya menyerahkan tumbal setiap tiga tahun sekali, Jake memerintahkan sektenya untuk menyerahkan manusia setiap ia menginginkannya. Jake sendiri merupakan pemangsa yang pemilih. Biasanya sebelum hari penyerahan tumbal, ia sudah memiliki seorang target, dan para pengikutnya harus mendapatkan orang itu. Hari ini pun, target yang telah ditetapkan sudah terbaring di atas batu persembahan. Kali ini adalah seorang anak lelaki yang salah satu kakinya cacat. Ia menangis ketakutan lantaran tidak tahu sedang berada di mana. Matanya ditutup dengan kain, dan tangannya diikat dengan tali tambang.

"Para hambaku. Kalian tahu mengapa aku memilih anak ini?" Tanya Jake.

Semua pengikutnya terdiam. Menunggu jawaban dari Jake karena tidak tahu.

"Dia sudah lama hidup menderita karena hanya memiliki satu kaki. Sekarang adalah saatnya aku mengantarnya ke surga. Supaya ia bisa hidup bahagia di sana tanpa harus merasakan penderitaan."

Seketika seisi gereja dipenuhi oleh tangis haru. Mereka menganggap cara Jake merupakan salah satu kepeduliannya terhadap umatnya. Bukan hanya kali ini, Jake juga sering memilih korban yang menderita dengan alasan ingin mengangkat penderitaan mereka. Kemudian Jake akan memberikan banyak uang untuk menunjang kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Di mata mereka, Jake adalah sosok yang dermawan. Tapi, sebenarnya itu merupakan salah satu taktik Jake untuk menarik simpati masyarakat.

Setelah mendapat kepercayaan dari para pengikutnya, Jake pun menurunkan kerah baju anak itu, lalu menancapkan taring ke lehernya. Terdengar suara riuhnya seruan pemujaan dari para pengikut, menunjukkan bahwa mereka sangat mendukung upacara persembahan itu. Suasana itu terasa begitu memilukan. Di saat ada seorang manusia sedang dibunuh dengan alibi penyelamatan, tapi tidak ada satupun yang merasa iba.

Setelah anak itu benar-benar mati kehabisan darah, Jake melepaskannya dan menyatakan kalau upacara persembahan telah usai. Pemuda itu juga menyempatkan diri untuk menyuarakan kata-kata yang bersifat memprovokasi para pengikutnya. Sehingga mereka akan semakin percaya dengan Jake. Setelah itu, Jake pamit undur diri untuk meninggalkan gereja.

"Tuan Jake!"

Seorang lelaki berjubah hitam, bertubuh lebih tinggi darinya datang seraya berseru. Jake menghentikan langkahnya. Ia memutar bola mata malas. Namun, pemuda itu sangat pandai mengatur ekspresinya saat berhadapan dengan pemujanya itu.

"Halo, Beomgyu-ssi. Seperti biasa, kau sangat rajin mengikuti pemujaan."

Beomgyu tersenyum. Ia meraih tangan Jake, lalu mencium punggung tangan pemuda itu layaknya yang para pengikut lakukan ketika berpapasan dengan Jake.

"Tentu saja, tuan. Saya sangat mengagumi anda sebagai titisan dewa. Anda bahkan berhasil menyembuhkan adik saya dengan mukjizat anda. Terima kasih."

Jake rasanya ingin tertawa. Meskipun ia sudah sering menemui orang-orang yang mudah disesatkan seperti ini, tapi itu tetap saja lucu baginya. Jake mengelus kepala Beomgyu dengan lembut.

"Sama-sama, Beomgyu. Jika adikmu mengalami rasa sakit lagi, kau bisa kapan saja menghubungiku "

Beomgyu mengangguk dengan senang.

"Terima kasih banyak, tuan. Saya benar-benar terberkati."

Jake tersenyum ramah.

"Baiklah. Maaf aku tidak bisa menemanimu berbincang lama. Aku ada urusan penting yang harus segera diselesaikan."

"Baik tuan. Hati-hati di jalan."

Setelah selesai berbincang, Jake pun pamit undur diri. Beomgyu membungkukkan badan 90 derajat padanya sampai pemuda itu benar-benar keluar dari gereja.

Beast Land || Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang