Chapter 20: The Sect

1.6K 334 16
                                    

Suasana di gereja terasa begitu sunyi lantaran para penghuninya berdoa dengan khusyuk. Masyarakat yang berdoa di sana memakai pakaian serba hitam dengan simbol aneh di punggungnya. Pemandangan itu terlihat menyeramkan di tambah Jake yang berdiri di tengah-tengah mereka untuk menerima pemujaan. Tepat di depan Jake, ada sebuah batu tempat persembahan dibaringkan. Batu yang berukuran besar nan panjang itu masih kosong tanpa adanya tumbal.

"Baiklah, sudah cukup upacara pemujaannya." Titah Jake. "Mari kita mulai ritual persembahan tumbal."

Mereka pun patuh. Pendeta memberikan aba-aba kepada sekelompok pria untuk membawa masuk tumbal hari ini. Tak lama kemudian, seorang gadis bersurai pirang dan berkulit seputih salju digiring masuk ke dalam gereja dengan badan yang diikat dan mulut yang disumpal. Terdapat banyak luka lebam di tubuhnya. Namun, pria-pria itu tetap menyeretnya masuk meskipun gadis itu merintih kesakitan lantaran lukanya yang terkena tali. Dari kejauhan, Jake menyeringai melihat calon tumbalnya itu.

"Kerja bagus." Puji Jake.

Gadis itu digendong begitu saja oleh salah satu pria, lalu dibaringkan di atas batu yang menjadi tempat tumbal akan dieksekusi. Setelah itu, pria-pria itu undur diri, memberi kesempatan bagi Jake untuk menikmati tumbalnya. Pemuda itu nampak tidak terburu-buru. Ia masih sempat membuka kain yang membungkam mulut gadis itu.

"Kim Minjeong, kan?" Tanya Jake.

Gadis itu terdiam. Bibirnya bergetar lantaran ketakutan. Ia tidak tahu apa-apa tentang persembahan semacam ini. Setahunya, raja menerapkan peraturan bahwa setiap tiga tahun sekali ada seorang tumbal yang harus di bawa langsung ke kerajaan. Tapi, ini bahkan belum genap 1 tahun. Gadis itu tiba-tiba dibawa oleh segerombolan orang dengan alasan bahwa ia akan dijadikan persembahan.

"A .... Ada apa ini, tuan?" Tanya Minjeong. "Saya tidak pernah tahu kalau ada ibadah semacam ini."

Jake tersenyum. Ia mengelus pipi Minjeong dengan lembut.

"Ini bukan sekte yang menyembah raja." Bisik Jake. "Ini adalah sekte yang memuja aku."

Mata Minjeong melebar lantaran terkejut. Sungguh, hal gila macam apa lagi ini? Sekte yang menyembah raja saja sudah merupakan hal yang tidak masuk akal baginya.

"Para bangsawan benar-benar gila!" Bentak Minjeong. "Kalian sudah menggerut nyawa sahabatku, dan sekarang masih belum puas memperdaya masyarakat?!"

"Sahabatmu?" Tanya Jake. "Ah, Yoon Jihwa? Tenang saja. Gadis itu aman di istana. Dia masih hidup."

Mata Minjeong langsung berkaca-kaca. Entah yang dikatakan Jake itu benar atau bohong, tapi hatinya merasa sangat lega mendengar bahwa Jihwa masih hidup. Minjeong hampir gila merasakan penyesalan karena gagal melindungi Jihwa.

"Kenapa hm? Kau ingin bertemu dengannya?"

Minjeong mengangguk pelan.

"To .... Tolong biarkan saya bertemu dengannya. Meskipun setelah ini saya akan mati sebagai tumbal." Pinta Minjeong dengan sesengukan. "Saya ingin melihat dia untuk terakhir kalinya .... Hiks .... Saya ingin memastikan dengan mata kepala saya sendiri kalau dia benar-benar baik-baik saja. Supaya saya bisa mati dengan tenang."

Jake tersenyum. Ia mengelus surai pirang Minjeong.

"Tenang saja. Aku akan pastikan kalau selir Jihwa akan melihatmu."

Kedua mata Minjeong terbelalak ketika Jake tiba-tiba menancapkan taring di lehernya. Seisi ruangan riuh dengan seruan para pengikut aliran sesat.

"Hidup Tuan Jake!"

"Hidup Tuan Jake!"

Pandangan Minjeong mulai kabur. Ia tidak menyangka bahwa ajalnya akan sedekat ini. Meskipun mati dengan keadaan tertindas, setidaknya ia merasa senang mendengar bahwa Jihwa masih hidup. Gadis itu tersenyum tipis.

Beast Land || Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang