Chapter 40: Jealous

1.6K 315 38
                                    

"Akhirnya bisa menghirup udara segar."

Jihwa merentangkan tangannya seraya memejamkan mata. Menikmati udara segar yang menerpa tubuhnya. Setelah sekian lama dikurung di kamar untuk menebus kesalahannya, akhirnya ia bisa keluar di pagi hari tanpa harus diam-diam menyelinap. Jay yang sedang menemani gadis itu pun tersenyum tipis. Sepertinya ia keterlaluan saat memberikan hukuman untuk Jihwa.

"Padahal ini hanya taman milik istana kedua. Reaksimu berlebihan sekali."

Jihwa mendengus kesal mendengar ucapan Jay yang sangat enteng.

"Bagi orang kaya, taman seluas ini cuma hal sepele ya."

Jay tertawa kecil melihat Jihwa yang kesal.

"Kau sendiri suka dengan lelaki kaya kan?"

Jihwa menatap Jay dengan sinis. Memangnya kekayaan bisa semudah itu membeli hati seseorang? Meskipun Jihwa miskin, ia tidak suka dengan pertanyaan semacam itu. Seolah orang kaya di atas segalanya.

"Sudahlah. Lagipula, apa anda tidak sibuk? Pelayan saya bisa mengantar saya berkeliling."

Senyuman di wajah Jay luntur melihat respon Jihwa. Apa pertanyaannya menyinggung gadis itu? Padahal niatnya hanya ingin memancing Jihwa.

"Kau ini sama sekali tidak peka, ya."

Jihwa mengernyit bingung.

"Peka tentang apa?"

Jay menghela napas. Semakin ditanya, Jihwa semakin kebingungan. Seharusnya melalui pertanyaan Jay, Jihwa sudah bisa menebak apa maksudnya. Bahkan dengan hanya melihat Jay terus mengunjunginya, bahkan sampai memakai kamarnya untuk bekerja, bukankah sudah terlihat jelas sekali?

"Kenapa diam? Apa saya melakukan kesalahan dan tidak peka?"

"Apa kau dulu populer di desamu?"

Jihwa tidak mengerti dengan isi kepala Jay. Tiba-tiba mengatainya tidak peka. Namun, saat Jihwa mencoba meluruskan apa maksud Jay, pemuda itu bertanya tentang hal yang tidak ada sangkut pautnya.

"Tidak. Saya biasa saja. Teman saya Minjeonglah yang dulu menjadi incaran banyak lelaki di desa. Saya yang setiap hari bersamanya terlihat seperti pembantu."

"Jadi, kau tidak pernah punya kekasih atau setidaknya menerima pernyataan cinta?"

"Tidak sama sekali. Lagipula siapa yang mau dengan gadis kerdil seperti saya? Hanya ayah anda satu-satunya orang tidak waras yang mau menikahi saya."

Setelah mendengar cerita Jihwa, Jay pun mengerti kenapa gadis itu sama sekali tidak peka padanya. Baiklah, sepertinya Jay harus bersabar. Lagipula perjalanannya masih sangat panjang. Seperti kata pepatah, sambil menyelam minum air. Ia bisa bekerja lebih keras untuk menjadi raja, sekaligus memenangkan hati Jihwa secara perlahan.

"Oh, bukannya itu permaisuri?"

Jay menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Jihwa. Dari arah istana utama, muncul sesosok wanita cantik dengan gaun berwarna putih elegan berjalan memasuki wilayah istana kedua. Tak lama kemudian, seorang pemuda jangkung datang mengikutinya dari belakang. Kedua mata Jihwa membola menyadari kalau itu adalah Heeseung. Kali ini ia mengenakan pakaian bangsawan yang lengkap, dengan rambut yang ditata dengan rapi. Berbeda dengan biasanya yang hanya memakai kemeja putih polos, itu pun dipakai dengan berantakan. Untuk pertama kalinya, Jihwa dapat merasakan aura seorang pangeran terpancar dari diri Heeseung.

Jay melirik Jihwa dengan khawatir. Bagaimanapun juga, Heeseung pernah menyerangnya. Bisa jadi hanya dengan melihat sosok pemuda itu, Jihwa akan ketakutan. Namun, berbeda dari perkiraan Jay, bukannya terlihat takut, Jihwa justru terperangah melihat Heeseung.

Beast Land || Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang