"Jay, bangun!"
Ketika seseorang menggoyang pelan bahunya, Jay pun mau tak mau membuka matanya yang masih terasa berat. Ia bangkit, lalu mengerjapkan mata menyesuaikan penglihatan ke sekitarnya. Rupanya Jay tengah tertidur di ranjangnya sendiri. Tepat di hadapannya, ada Heeseung kecil yang berusia sekitar 9 tahun tengah membangunkannya sambil menggendong Sunoo di punggungnya. Anak lelaki yang bergelayut manja di leher Heeseung itu melambaikan tangan ke arah Jay.
"Kenapa kalian sudah rapi pagi-pagi begini?" Jay menguap kecil. "Bukannya ini hari libur?"
Heeseung menghela napas.
"Memangnya kenapa kalau hari libur? Kau harus tetap keluar untuk mencari udara segar. Tidak baik mengurung diri di kamar untuk belajar terus."
"Iya! Ayo main pedang-pedangan!" Imbuh Sunoo.
Jay menoleh ke arah pintu kamar. Melalui tatapannya, ia tampak sedang khawatir.
"Tapi, ibu bisa marah kalau aku membuang waktu untuk bermain."
"Tenang saja. Bilang ke ibumu kalau kita akan pergi belajar bersama." Usul Heeseung. "Lalu kita akan pergi ke hutan."
Jay menghela napas.
"Kau selalu mengajariku untuk bandel, hyung."
Tanpa memedulikan bagaimana keputusan Jay, Heeseung langsung menarik tangannya supaya anak itu bersedia bangun dari tempat tidurnya.
"Sekali saja. Lagipula apa kau tidak bosan setiap hari cuma di dalam istana?"
Jay dengan lemas hanya menurut ketika Heeseung menuntunnya keluar dari kamar. Ketika mereka keluar dari kamar, para pelayan menyambut mereka dengan sumringah. Berbeda dengan biasanya yang hanya membungkukkan badan dengan hormat. Tidak tampak rasa takut pada raut wajah mereka. Itu karena ada Heeseung di dekat Jay yang kaku. Walaupun Heeseung tinggal di istana utama, kepribadian Heeseung yang easy going membuatnya akrab dengan para pelayan di istana kedua. Di sepanjang perjalanan menuju pintu keluar, ia menyapa para pelayan dengan ramah. Ada beberapa pelayan yang menghampiri untuk sekadar memberikan kue dan permen kepada Heeseung. Mereka tahu, meskipun Heeseung terlahir sebagai vampir, ia gemar mengkonsumsi makanan manusia.
Jay hanya terus menundukkan kepalanya sambil mengikuti Heeseung. Ibunya selalu menyuruhnya untuk bersikap tegas pada pelayan dan melarangnya untuk terlalu ramah pada mereka. Sehingga, anak itu sama sekali tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan manusia biasa.
"Itu enak?" Tanya Sunoo seraya menunjuk permen yang ada di saku kemeja Heeseung.
Heeseung mengangguk.
"Iya. Rasanya manis."
Jay yang mendengar pernyataan Heeseung pun mengernyit heran.
"Dari mana kau tahu? Aku pernah mencobanya dan rasanya hambar."
"Tentu saja dari lidahku sendiri." Jawab Heeseung. "Aku sering memakannya karena rasanya memang enak."
Jay menatap Heeseung dengan penuh tanya. Menurut pengetahuannya, vampir hanya bisa meminum darah. Makanan lain akan terasa hambar di lidah mereka. Lantas, kenapa Heeseung bisa memakannnya?
"Heeseung hyung!"
Ketika mereka bertiga sampai di hutan, sudah ada keempat saudara lain yang menunggu kedatangan mereka. Salah satu di antaranya ada Ni-ki yang melompat-lompat seraya menyerukan nama Heeseung. Sedangkan Jake, Sunghoon, dan Jungwon tengah sibuk menguliti kayu kecil untuk digunakan bermain pedang-pedangan.
"Wah, tumben sekali si kutu buku mau main keluar." Ejek Jake.
Jay sama sekali tidak merasa tersinggung. Ia sudah terbiasa dengan mulut Jake yang memang dari sananya sinis. Anak lelaki itu dengan acuh bergabung dengan ketiga saudaranya yang tengah membuat pedang mainan. Jake mengaduh kesakitan ketika Jay tiba-tiba menendang pantatnya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beast Land || Enhypen (END)
VampireDi abad ke-14, muncul penyakit aneh yang menyerang para bangsawan di suatu negara. Penyakit itu membuat tubuh mereka bermutasi menjadi makhluk penghisap darah yang kuat dan tidak bisa menua. Karena kelainan yang membuat mereka menjadi makhluk yang t...