Hei semua, ada yang kangen gak sama cerita ini? Hehe... Maaf aku baru bisa update karena aku lagi banyak tugas dikampus dan juga kuota modemku habis ._. Jadilah aku share part ini lewat ponsel. Aku harap kalian gak kecewa sama part ini ya, aku ngetiknya dari sore dan baru kelar sekarang #gakbohong. Aku gak minta lebih kok, cuma minta 'vote' sama 'comment-nya' aja:-)
*ngomong panjang lebar mending ada yang baca?hehe*
[Aku share fotonya Allisa]
Yaudah selamat membaca dan salam hangat dariku, rindingdong❤
***************************************
Aku tertegun begitu melihat pemandangan yang berada di hadapanku sekarang. Galang dan Anggra... se-sedang berciuman...... Aku yakin penglihatanku tidak salah, mereka memang benar-benar berciuman di pingir laut. Ja-jadi.... maksud Galang apa dengan berencana ingin melangsungkan pernikahan denganku walau nyatanya dia dan Anggra masih menjalin hubungan? Jadi maksud dari perkataan mama Galang mengenai hubungan keduanya yang tidak didasari cinta dari keduanya apa? Buktinya mereka tengah asik berciuman, mana mungkin hubungan mereka tidak didasari cinta dari kedua belah pihak? Jadi aku dibohongin lagi? Jadi aku ini seorang wanita yang mudah untuk dibohongi? Apa aku pantas mendapat perlakuan seperti ini terus menerus?
Kenapa Galang harus melakukan hal ini lagi? Kenapa kamu terus menerus seperti ini, Lang? Memangnya aku salah apa sama kamu sampai kamu tega memperlakukanku seperti ini? Memangnya aku ini apa di mata kamu, Lang?
Aku segera menghampiri mereka yang tengah berciuman dan menatapnya dengan sorot tajam, air mataku tidak boleh jatuh saat ini. Aku harus menunjukkan pada mereka bahwa aku baik-baik saja dengan semua perlakuan mereka. Aku tidak boleh terlihat kalah di hadapan mereka, aku tidak ingin mereka akan senang telah membuatku jatuh sesakit ini. Aku harus terlihat baik-baik saja dan mereka tidak perlu tahu bahwa hatiku benar-benar hancur saat ini juga.
"Ehem."aku berdehem begitu tiba di hadapan mereka. Kulihat Galang langsung menjauhkan tubuhnya dengan gadis berbisa itu. Aku tertawa mengejek, buat apa dia menjauh kalau dia sangat menikmatinya tadi? "Nikmatin banget ya tadi?"tanyaku pada Galang. Galang hanya diam dan tidak menatap mataku. Aku melanjutkan ucapanku kembali, "Oke, aku mau ngomong sesuatu hal yang bakalan bikin kalian seneng..."
Galang segera menghampiriku begitu aku ingin melanjutkan perkataanku, ".....aku sama Galang gak jadi nikah dan itu artinya kalian bisa bebas pacaran tanpa perlu diem-diem seperti ini."ucapku sambil menatap mata Anggra yang sedang tersenyum licik.
Aku memandangi wajah Anggra lekat-lekat, "Udah puas kan?" Anggra menganggukan kepalanya senang. Aku segera melempar cincin yang Galang berikan ke tengah laut, berharap agar cintaku juga hilang bersama hilangnya cincin yang sudah hilang tertelan pusaran ombak...
Aku tersenyum palsu di hadapan Galang, "Kamu udah bebas sekarang dan maaf aku gak bisa nepatin janji aku untuk selalu berada di sisi kamu." Aku segera meninggalkan mereka yang masih diam di tempatnya... aku tidak boleh berbalik karena mulai saat ini aku harus mengumpulkan kembali kepingan hatiku yang telah hancur berkeping-keping karenanya. Anggra benar, Galang begitu mencintai dirinya.....
Aku berjalan sambil menunduk agar orang-orang yang masih berada di sekitar pantai tidak melihat ekspresi wajahku yang kurasa sungguh menyedihkan.... Aku terus berjalan tanpa menatap ke depan hingga akhirnya aku tersandung dan terjatuh di atas pasir. Aku meringis pelan sambil memijit tumitku yang terasa sangat perih.
"Butuh bantuan?"tanya seorang pria yang kurasa umurnya masih sepantaran dengan Ata. Aku menggeleng pelan, "Tidak perlu, makasih..." Aku bisa melihat wajahnya lebih jelas begitu dia berjongkok di hadapanku. "Aku hanya ingin membantu, tidak lebih."ucapnya lagi masih sambil menatap mataku. Akhirnya aku menganggukan kepala menyetujui tawarannya. Dia memapahku sampai di depan mobil. "Makasih ya, maaf ngerepotin."ucapku pelan. Dia tersenyum, "Kamu bisa nyetir dengan kaki terkilir?"tanyanya sambil menaikkan satu alisnya. Aku ragu namun aku tetap menganggukan kepala dan segera masuk kedalam mobil. Aku membuka kaca jendela, "Sekali lagi makasih banyak ya..."ucapku sambil melambaikan tangan sebelum benar-benar meninggalkannya yang masih diam di tempatnya.
---
Aku duduk di samping kolam renang sambil memandangi langit malam yang begitu indah dengan adanya bulan sabit yang menghiasinya. Aku tersenyum pahit, kenapa aku harus merasakan cinta yang sesakit ini? Kenapa harus dia yang menyakiti hatiku? Kenapa dia senang sekali mempermainkan hatiku yang dengan bodohnya mudah untuk dibohongi dengan segala rayuannya?
"Hei, gak nyangka kita ketemu lagi."ucap seorang pria yang tiba-tiba sudah duduk di sebelahku. Aku terkejut begitu melihat wajahnya, dia kan pria yang menolongku tadi malam?
"O-oh hei.."ucapku kikuk. "Kok kamu ada disini?"ucapku lagi sambil menyatukan kedua alisku, bingung. Dia lagi dan lagi tersenyum seperti kemarin malam. "Bener ya yang Ata bilang kalau dia punya kakak yang cantik!"ucapnya tanpa menjawab pertanyaanku. Aku tersenyum tipis.
"Kamu temannya Ata?"tanyaku lagi. Dia mengangguk lalu mengulurkan tangannya, "Namaku Audi."ucapnya sambil menungguku membalas uluran tangannya. "Namaku Allisa."ucapku pelan sambil membalas uluran tangannya. "Aku tau,"ucapnya sambil tersenyum memamerkan giginya putih.
Kami pun sama-sama diam, sesekali dia melirikku namun aku mengacuhkannya. "Aku lebih tua tiga tahun dari Ata."ucapnya tiba-tiba. Aku tidak mengerti maksud dari perkataannya, buat apa dia menjelaskan mengenai umurnya? Memangnya itu penting untuk kuketahui? Jadi aku hanya menganggukan kepala pelan.
"Soal kemarin...."ucapnya lagi namun ada jeda sebelum ia melanjutkannya, "... kamu lagi ada masalah?"tanyanya pelan. Aku diam tidak berniat menjawab pertanyaannya. Dia hanya orang baru di kehidupanku, jadi dia tidak perlu tau akan masalahku.
Namun pertanyaannya kembali membawaku ke kejadian kemarin malam saat di pantai dan itu membuat air mataku jatuh begitu saja. Aku segera bangkit dan berlari meninggalkannya yang kuyakin bingung dengan sikapku barusan.
Aku membanting pintu kamarku dan segera menguncinya. Aku segera menjatuhkan diriku diatas tempat tidur dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku. Aku menangis sepuasnya dibalik selimut. Aku hanya ingin mengeluarkan air mataku agar dadaku tidak semakin sesak. Aku terus menangis hingga akhirnya aku tertidur dengan air mata yang masih membekas di kedua pipiku.
---
Hari ini tiba, hari dimana aku harus kembali ke kantor. Aku sudah belajar untuk tersenyum manis di depan cermin sebelum aku berangkat ke kantor, semua ini aku lakukan agar Galang bisa melihatku yang baik-baik saja setelah semua yang telah ia perbuat padaku. Aku tidak ingin terlihat kalah di matanya, aku ini wanita tegar yang bisa menjalani hidupku walau kenyataannya sangat pahit untuk dijalani.
Aku melangkahkan kakiku dengan mantap begitu tiba di kantor. Aku terus memamerkan senyumku hingga sampai di ruanganku. Aku meletakan tasku diatas meja dan mulai menyibukkan diri dengan berbagai dokumen yang belum sempat kuselesaikan beberapa hari yang lalu.
Tiba-tiba saja aku mencium aroma yang sangat familiar di indera penciumanku. Ini wangi parfum Galang, aku segera mendongakkan kepala dan menatapnya datar. "Ada apa?"tanyaku seakan tidak terjadi apa-apa di antara kita. Dia menghela napas kasar, "Aku minta maaf,"ucapnya pelan. MINTA MAAF KATANYA?
"Minta maaf untuk apa ya?"tanyaku santai padahal dalam hati udah kesal setengah mati. "Aku minta maaf karena udah nyakitin hati kamu."ucapnya lagi. Aku menatap matanya tajam, "Ini masih jam kantor, sebaiknya bicarakan hal yang terkait dengan urusan kantor."ucapku, lalu kembali membaca dokumen yang belum sempat kubaca. Dia segera meninggalkanku dan kembali ke tempatnya. Hatiku berdegup tidak karuan, kenapa masih saja jantungku berdebar kencang bila berhadapan dengannya?
Kurasakan kembali ada yang menghampiriku, "Ada apa?"tanyaku malas begitu mengetahui Fathir-lah yang sekarang berada di hadapanku. Kulihat dia hanya diam. "Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan silahkan pergi dari sini."usirku tanpa mau menatap matanya, melihat Fathir hanya akan mengingatkanku pada Anggra, si gadis berbisa!
"Aku minta maaf."ucapnya pelan. Aku menatapnya sinis, "Minta maaf atas kesalahan adik kamu?"tanyaku kesal. Dia mengangguk, "Maaf karena aku tidak bisa mendidik adikku menjadi gadis baik-baik..."ucapnya pelan. Aku mendengus kesal, "Sudah terlambat."ucapku kesal sambil menatap matanya tajam. Aku benci dia karena dia kakaknya Anggra dan aku benci karena dia tidak bisa mendidik Anggra dengan baik.
"Maafkan dia..." apa katanya barusan? Mana bisa aku memaafkan gadis berbisa itu? Aku saja ingin menjauhkan Ata dari Anggra karena Ata pantas mendapatkan yang lebih baik dari Anggra. "Bisa kamu keluar sekarang? Aku sedang sibuk dan gak bisa diganggu saat ini."ucapku tanpa menatap matanya, aku kesal.
Tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada telpon masuk. Ata? Ada apa dia menelponku pagi-pagi begini? Daripada menerka-nerka lebih baik aku mengangkatnya.
"Ada apa telpon kakak pagi-pagi?"tanyaku malas.
"Aku mau ngajak kakak makan siang bareng nanti, mau ya?"
"Dimana?"
"Di kantor kakak aja deh, gimana?"
"Yaudah iya."
"See you!"ucap Ata sebelum mematikan sambungan telpon.
Saat ini aku lagi makan bareng Ata dan Audi, kenapa dia harus mengajak Audi?
"Ada apa kamu ngajak makan siang bareng?"tanyaku penasaran sambil mengunyah nasi goreng. Ata terlihat ragu untuk menjawabnya namun aku terus menatapnya agar ia secepatnya jujur.
"Aku sudah memutuskan untuk tidak mengejar Anggra lagi. Gapapa kan kak?" aku terkejut begitu mendengar ucapannya. Apa Ata serius dengan ucapannya?
"Kamu serius?"tanyaku tidak percaya. Dia hanya menganggukan kepala dan kembali melanjutkan makannya.
"Memangnya kenapa?"tanyaku masih penasaran.
"Karena aku tau kalau hati dia bukan untuk aku lagi."ucapnya pelan. Aku mengusap pundaknya pelan, "Kalo itu udah jadi keputusan kamu, kakak bisa apa?"
"Makasih ya, kak... maaf aku gak bisa tepatin janji aku."ucapnya pelan.
"Gapapa, lagipula kakak udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama Galang. Jadi kakak udah gak peduli kalo Anggra ngejar-ngejar Galang lagi."ucapku sambil berusaha untuk tersenyum agar Ata tidak merasa bersalah.
"Sekarang kita harus memulai hidup baru ya, kak!"ucap Ata sambil tersenyum manis. Aku mengangguk mengiyakan perkataannya. Aku lupa akan keberadaan Audi, dia sedang menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan. Kenapa dia?
"Ehm, aku minta maaf soal malam itu."ucap Audi sambil menatap mataku.
"Udah lupain aja, gak penting juga."ucapku cuek. Aku sekarang hanya ingin menjaga jarak dari laki-laki kecuali Papa sama Ata. Dia terlihat kecewa akan perkataanku. Kenapa dia harus terlihat seperti itu? Apa aku salah bicara?
----
Malamnya, Ata masuk ke kamarku dan menceritakan segalanya. Menceritakan mengenai Audi yang ternyata tertarik padaku. Aku tidak terlalu memusingkan hal itu, karena saat ini aku tidak ingin memikirkan hal yang akan menjurus pada suatau hubungan. Aku sedang tidak ingin terikat dengan siapapun saat ini terlebih ketika Ata bilang bahwa Audi ingin mengenalku lebih dekat. Kenapa dia terburu-buru sekali? Apa dia semacam pria yang mudah jatuh cinta dan mudah untuk melupakan seseorang? Bukankah dia tau bahwa aku baru saja putus cinta?
"Kak, gak ada salahnya untuk dicoba kan?"tanya Ata pelan begitu aku melamun.
"Untuk saat ini kakak belum bisa, memangnya apa yang bikin dia tertarik sama kakak?"tanyaku bingung.
"Aku sih kurang tau, tapi waktu dia ngomong ke aku tatapannya terlihat tulus. Aku rasa dia serius ingin mengenal kakak lebih dekat."ucapan Ata membuatku berpikir kembali, apa aku harus membuka hati secepat itu?
Aku menarik napas sebelum menjawab dengan mantap, "Bilang ke dia, kakak belum bisa buka hati untuk pria lain."ucapku sebelum meninggalkan Ata yang masih termenung di sofa. Lebih baik aku tidur karena besok pagi harus berangkat ke kantor.****************************************
Baca yuk karyaku yg lain hehe, 'this is love' sama 'kara'❤ thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Romance"Bagaimana aku tidak pingsan di tempat begitu melihat seorang laki-laki yang teramat aku cintai ternyata sudah memiliki kekasih yang tidak lain ialah sahabatku sendiri, Citra. Dan bagaimana aku bisa dengan mudah melupakan Adrian yang telah satu tahu...