Chapter 12

3.7K 130 9
                                    

Selamat malam semua! Maaf aku baru muncul, aku udah bisa tenang buat lanjutin cerita ini karena UAS-ku udah selesai. Aku sedih banget waktu liat part sebelumnya dikit banget yang vote, bener-bener gak sesuai harapanku. Aku harap part yang ini gak mengecewakan ya buat kalian!

Jangan lupa vote+comment-nya ya:)

Happy reading guys! Aku share fotonya Citra yang lagi bisikin Allisa ya^^

(salam hangat, rindingdong)

************************************************

Pesan singkat yang dikirimkan Anggra malam itu memang tidak main-main. Dia benar-benar membuktikan ucapannya. Tapi kalian jangan bilang-bilang sama Galang ya, kemarin malam saaat Galang tidak bisa mengantarku pulang setelah urusan kantor selesai, aku ditodong pisau dengan dua pria berbadan besar dan tidak perlu ditanya lagi, wajahnya sungguh membuatku ketakutan setengah mati. Mereka melukai leherku dengan ujung pisau yang tajam sambil berkata 'Jauhi laki-laki itu, atau kau akan mati!'. Tanpa mereka bilang nama lelaki itu akupun tau kalau yang mereka maksud ialah Galang.

Mama sama Papa tidak mengetahui hal ini, hanya Della saja yang mengetahuinya karena setelah dua pria berwajah seram itu pergi, aku segera menghubungi Della agar segera menyusulku kerumah sakit.

Aku yakin, Anggra akan melakukan hal yang lebih dari ini. Apa dia cewek psikopat? Sungguh menyeramkan harus berhubungan dengan cewek seperti itu. Aku mengelus pelan leherku yang masih terasa perih, untungnya luka ini masih bisa tertutupi dengan rambut panjangku.

Aku segera beranjak turun menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orangtua-ku tercinta. Aku begitu terkejut mendapati Galang sudah duduk disana terlebih dahulu sambil mengunyah nasi goreng dengan lahap. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku, lalu segera ikut duduk di sebelah Galang.

"Kamu ngapain pagi-pagi disini?"tanyaku sambil menoleh pada Galang.

"Mau ketemu kamu,"ucapnya masih sambil mengunyah makanan.

"Emangnya ada yang mau diomongin?"tanyaku bingung.

"Ada. Makanya aku kesini,"ucapnya lagi.

"Udah kalian buruan nikah, keliatannya kalian sama-sama suka."ucap Papa tiba-tiba. Ucapan Papa membuatku tersedak dan Galang segera menyodorkan segelas air putih padaku dengan wajahnya yang super duper panik.

"Papaaaaaaa kenapa sih ngomonginnya nikah terus?"tanyaku kesal sambil cemberut.

"Lagian buat apa ditunda kalo jodohnya udah ada, nanti keburu diambil orang."ucapan Papa seaka menyadarkanku bahwa Galang bisa saja tergoda wanita lain dan aku takut dia akan meninggalkanku.

"Saya kesini memang mau membicarakan hal itu, Om."ucap Galang serius sambil tersenyum pada Papa. Aku terkejut dengan perkataannya. Apakah dia benar-benar serius untuk menjalani hidup bersamaku?

"Galang!Jangan bercanda deh, ini masih pagi tau gak?!"ucapku sambil melotot padanya. Dia hanya tertawa, lalu kembali menoleh pada Papa.

"Saya ingin secepatnya menikahi anak Om. Itupun kalo Om dan Tante setuju."ucapnya, lalu tangan kirinya tiba-tiba saja menggenggam tangan kananku. Aku segera menoleh padanya. Genggaman tangannya memberikan kehangatan yang luar biasa untukku. Aku segera tersadar dan segera menarik Galang untuk mengikutiku menuju halaman belakang rumahku. Aku menghentakkan lengannya begitu kami sudah sampai di halaman belakang. Aku menatapnya penuh tanda tanya.

"KAMU UDAH GILA YA?!"tanyaku kesal sambil menatap matanya tajam.

"IYA AKU UDAH GILA. GILA KARENA KAMU!"ucapnya yang juga terus menatap mataku. Dia menarikku mendekat kearahnya. Sungguh ini membuatku gugup. "Memangnya apa lagi yang harus aku lakuin supaya kamu percaya kalo aku cinta sama kamu?"tanyanya mulai melembut. Dia memeluk pinggangku.

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang