Chapter 10

3.6K 137 3
                                    

Malam minggu sudah menjadi kewajiban bagi kaum adam dan hawa untuk bermalam minggu dengan para kekasihnya. Berbagi cerita penuh canda dan tawa, pasti menyenangkan bukan? Bisa berbagi sesuatu hal pada orang yang kita sayang dan juga menyayangi kita. Sedangkan aku, sedang duduk berhadapan dengan seorang pria yang kelihatannya sangat gugup malam ini. Fathir.

"Thir, kok makanannya gak dimakan?"tanyaku bingung.

"Ah ehm i-iya ini mau dimakan kok."ucapnya gugup.

"Lo kenapa sih? Lo lagi ada masalah?"tanyaku penasaran.

"Ah eng-enggak apa-apa kok!"ucapnya, lalu mulai menyendokan sesendok penuh cumi saos padang kedalam mulutnya. Ya kami sedang berada di restoran seafood.

"Tapi raut wajah lo menunjukkan hal yang sebaliknya. Tell me, what happened of you?"tanyaku lagi sambil menatap ke kedua bola mata hitamnya.

"Lo beneran mau tau kenapa gue kayak gini?"tanyanya sambil menaikkan satu alisnya, kemana wajah gugupnya tadi? Kenapa sekarang ia menunjukkan seringaiannya? Oh tidak, kenapa dia menatapku seperti itu?

"Iya, kenapa?"

"Karna gue lagi makan sama orang yang gue sayang,"ucapnya dengan tatapan matanya yang seakan menusukku begitu dalam. Tatapannya begitu teduh. Kata-katanya membuat mulutku ternganga lebar. "Awas entar ada lalet masuk!"ucapannya membuatku tersadar dan segera menutup mulutku dengan kedua tangan.

"Jangan bercanda deh, udah lanjutin makannya!"ucapku, lalu segera melahap makananku sampai habis.

Setelah makan, Fathir mengajakku ke tepi pantai. Aku sangat suka pantai. Rasanya seluruh masalahku bisa ikut terbang bersama angin. Aku memejamkan mata menikmati semilir angin yang sungguh menyejukkan hatiku. Aku tersenyum dalam pejaman mataku. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku. Aku membuka mata dan melihat tangan siapa yang sedang menggenggam tanganku... Fa-Fathir?

"Fa-Fathir?!"ucapku kaget ketika melihat banyak orang yang membawa tulisan 'Allisa Maulidina, be mine please?' dan mereka memberikanku setangkai bunga mawar. Aku terkejut bukan main. Aku mengembalikan pandanganku pada Fathir. "Apa-apaan ini?"tanyaku bingung.

"Allisa, aku suka kamu. Aku sayang kamu. Dan aku cinta kamu. Sangat."ucapnya sambil menggenggam kedua tanganku. Aku menatap matanya bingung. "Be mine, Please?"

"Fathir, jangan bercanda... gak lucu tau!"ucapku sambil memukul lengannya.

"Apa semua ini terlihat bercanda? I'm serious!"ucapnya dengan matanya yang teduh.

Aku sangat bingung saat ini. Aku belum memiliki perasaan lebih terhadap Fathir. Aku hanya menganggapnya teman, teman yang sangat baik. Tapi semua ini membuatku terharu, mengingat dirinya yang cuek namun bisa melakukan hal seistimewa ini. Ini baru pertama kalinya aku mendapatkan perlakuan semanis ini dari seorang pria. Dan aku tidak tega untuk menyakiti hati seseorang pria yang sangat baik seperti dirinya. Terlebih dia pria yang teguh pendirian. Mencoba untuk mencintainya tidak salah bukan? Baiklah aku akan mencoba untuk belajar mencintai dia.....

"Allisa Maulidina, would you be my girlfriend?" ucapnya lagi. Aku menganggukan kepala menerima permintaannya. Dia tersenyum sungguh manis lalu segera menarikku kedalam pelukannya. "Thanks..."ucapnya sambil mengelus rambutku lembut.

Aku harap keputusanku tidak salah. Aku harap dengan cara ini aku bisa melupakan Galang. Aku harus mencoba untuk mencintai seseorang yang mencintaiku... I can do it!

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang