Chapter 32

3.4K 101 21
                                    

Selamat berbuka puasa dengan Allisa dan Galang❤
Ps: maaf berantakan, aku post via ponsel._.V
⭐⭐⭐

Tiada henti aku mengucap syukur pada Allah karenanya aku bisa dipertemukan dengan seorang lelaki seperti Galang Airlangga yang sekarang sudah sah menjadi suamiku-pendamping hidupku untuk selama-lamanya. Nyatanya kita tidak pernah tahu bahwa bisa saja jodoh kita berada di sekitar kita... seperti pertemuanku dengan Galang yang berkerja di kantor yang sama. Bermula dari teman menjadi sahabat dan tidak menyangka bisa sampai pada tahap ini, menikah. Banyak lika-liku yang telah aku dan Galang hadapi untuk sampai ditahap ini. Begitu sulit menghadapi sifat Galang yang tidak teguh pendirian. Begitu sulit menghadapi semua kekonyolan yang dibuat oleh Anggra. Begitu sulit untuk kembali mempercayakan hatiku untuk Galang setelah insiden ciumannya dengan Anggra di pantai kala itu. Belum lagi dengan kehadiran sosok Audi yang dengan gencarnya selalu saja menghantui kehidupanku dengan segala perjuangannya yang ingin merebut hatiku sepenuhnya.
Namun semua itu terbalas sudah dengan kebahagiaan yang kurasakan saat ini. Bersanding diatas pelaminan bersama lelaki yang paling kucintai. Aku akan berusaha untuk selalu berdiri disisinya dan menerima apapun kekurangannya. Kekurangannya merupakan kekuranganku juga dan sebisa mungkin kami harus saling melengkapi satu sama lain. Membina suatu keluarga dengan penuh kasih sayang dan penuh kepercayaan.
"Kenapa melamun, Sayang?"ucap suara lembut disebelahku, kutolehkan kepalaku dan kuberikan senyum termanisku untuknya seorang.
"Gapapa kok, aku gak nyangka aja kita bakal sampai ke tahap yang sejauh ini...."ucapku sambil menggenggam jemarinya erat. Aku tidak peduli akan tatapan para tamu yang sedang memandang iri ketika melihatku yang tengah berbahagia dengan suamiku.
"Akupun juga, Sayang. Dan kamu harus tahu bahwa aku sangat bahagia saat ini."ucapnya dengan tulus lalu mengecup jemariku yang berada dalam genggamannya. Aku menatapnya penuh haru, tidak menyangka bahwa rasanya akan sebahagia ini ketika bersamanya.
"Nanti malem aja mesra-mesraannya oy!"ucap suara perempuan disampingku. Aku menoleh dengan kesal ketika mengetahui asal suara itu, siapa lagi kalau bukan Della.
"Huh iri kan?"tanyaku sambil memeletkan lidah. Dia tertawa dan menarik Kak Rangga mendekat ke arahnya.
"Ngapain iri kalau udah punya yang lebih ganteng dari suami lo, huh."ucap Della sambil mencebikkan bibirnya. Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang masih seperti anak kecil, walaupun aku juga sih hehe.... "Tapi selamat ya atas pernikahan lo sama Galang, gue harap kasih sayang kalian gak pernah pudar selamanya. Dan yang pasti, cepet punya anak. Amin...."ucap Della sambil menarikku kedalam pelukannya.
Aku mengusap punggungnya pelan, "Amin! Thank you, Del..."ucapku sambil tersenyum bahagia. Della pun melepas pelukannya dan mencubit pipiku dengan gemas, "You're welcome, Allisa Airlangga."ucapnya sambil cekikikan.
Tidak lama kemudian, Citra bersama Adrian dan Afarah yang berada dalam gendongannya menghampiriku dan juga Galang dengan senyum bahagianya. Aku yakin mereka bahagia atas pernikahanku dengan Galang.
"Allisa, akhirnya lo nikah juga sama Galang! Semoga kalian bisa menjaga ikatan kalian dengan sebaik mungkin. Jangan lupa cepetan punya anak ya, biar kita bisa besanan nanti!"ucap Citra sambil mengerlingkan matanya kepadaku. Aku tertawa pelan, aneh dasar....
"Aduh gilanya kumat deh... but thank you very much, Cit."ucapku sambil memeluknya sekilas. Dia tertawa pelan, "Gue serius, pokoknya anak kita harus dijodohin biar kita besanan!"ucapnya lagi yang membuatku tersenyum maklum.
---
Aku merebahkan diriku diatas ranjang, sungguh melelahkan hari ini tapi aku sangat-sangat bahagia. Terlebih disebelahku ada seorang lelaki yang begitu kucintai sedang tertidur dengan nyenyak. Bayangkan saja... Galang sudah tertidur sejak tiba di rumah yang ternyata Galang sudah beli jauh sebelum melamarku kembali... Dia bilang rumah ini untukku dan anak kita kelak....
Aku menghadapkan tubuhku ke arahnya dan kupeluk pinggangnya dengan erat, kutelungkupkan wajahku di dada bidangnya sambil memejamkan mata. Nyaman. Sangat nyaman. Aku tak pernah merasa senyaman ini sebelumnya.
Tiba-tiba kurasakan usapan lembut dikepalaku dan sebuah kecupan singkat di puncak kepalaku. Dan pelukan erat dari seseorang yang sedang kupeluk ini...
"Aku sayang kamu, Sayang..."ucapnya lembut, lalu mengusap punggungku dengan lembut hingga membuatku jatuh tertidur dalam dekapan hangatnya. Dekapan hangat suamiku...
Begitu aku terbangun, aku masih berada dalam dekapan hangat suamiku. Aku jadi teringat perkataan mama...
"Sekarang kan kamu sudah sah menjadi istri dari Galang. Kamu harus nurut semua perintah dia ya, Sayang..."ucap mama sambil mengusap wajahku dengan lembut.
"Iya ma aku pasti akan turutin perintah Galang..."
"Satu hal lagi, kamu harus panggil dia dengan sopan. Jangan asal nama aja, dia itu sekarang sudah menjadi suami kamu..."ucap mama sambil menarikku kedalam pelukannya.
Aku melonggarkan pelukan Galang dan merubah posisiku hingga menatap ke langit-langit kamar. Panggilan apa yang pas untuk Galang ya... Ayah? Tapi kan kita belum punya anak. Kakak? Kok kesannya kita kayak adik-kakak ya. Hm, Mas? Kayaknya boleh juga deh.... oke, aku sekarang akan panggil Galang dengan embel-embel 'Mas' didepan namanya.
"Mas Galang...."ucapku pelan, terdengar aneh sih tapi gapapa-lah. Daripada aku panggil Abang? Nanti dikira Abang tukang bakso lagi....
"Iya, Sayang?"ucap sebuah suara dengan serak. Aku terkejut begitu Galang terbangun akan ucapanku barusan. Aku malu, sejujurnya aku masih ragu untuk memanggilnya Mas Galang... tapi harus dicoba bukan?
"Ka-kamu gak lapar, mas?"tanyaku gelagapan begitu dia menarikku kedalam pelukannya. Dia hanya bergumam dan menyurukkan kepalanya ke leherku. Membuatku bergidik ngeri. Merinding. "Ka-kamu bicara apa sih, mas?"tanyaku gugup sambil mengerutkan kening bingung.
"Mas? Panggilan yang sangat manis."ucapnya seakan baru tersadar bahwa aku memanggilnya dengan sebutan 'mas'. Dia mempererat pelukannya hingga membuat jantungku berdegup begitu kencang, aku gugup. Gugup sekali.
---
Pagi harinya aku terkejut begitu melihat makanan yang sudah tersaji di meja makan. Perutku memang sudah sangat lapar dari kemarin tapi karena... yah begitulah, jadinya aku tidak sempat makan. Tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan hangat dari belakang.
"Pagi, Sayang..."ucap Galang ditelingaku dengan lembut. Aku gugup, terlebih mengingat apa yang kami lakukan tadi malam. Galang memutar tubuhku sehingga menghadap dirinya, "Kok diam? Kenapa, Sayang?"tanyanya dengan lembut sambil mengusap kedua pipiku dengan sayang.
"En-enggak apa-apa kok... ehm, i-ini kamu yang masak?"tanyaku gelagapan sambil meremas jemariku.
Dia tertawa dan menarikku kedalam pelukannya, "Kenapa kamu jadi gugup gitu sih? Apa karena semalam?"bisiknya ditelingaku. Tubuhku menegang seketika sehingga membuatnya tertawa.
"Hm, a-aku mau makan dulu. Laper."ucapku setelah mendorong tubuhnya agar menjauh dari tubuhku. Aku segera duduk dan menuangkan nasi ke piring Galang dan juga diriku.
"Makasih ya, istriku."ucap Galang dengan senang. Aku hanya menganggukkan kepala pelan lalu mengunyah nasi goreng dengan lahap.
"Sayang, nanti kamu mau punya anak berapa hm?"tanyanya tiba-tiba sehingga membuatku tersedak dan segera meminum air putih yang diberikan Galang kepadaku. Aku menatap matanya yang terlihat serius.
"Ke-kenapa kamu nanya begitu?!"tanyaku kaget. Dia terkejut akan pertanyaanku yang mungkin tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
"Karena aku ingin kehadiran seorang anak dirumah ini. Terlebih umurku sudah tidak muda lagi..."ucapnya sambil menatapku teduh. "Dan juga, aku ingin anak dari kamu, perempuan yang paling aku cintai dalam hidupku."ucapnya lagi sambil mengelus jemariku dengan lembut.
Aku tersenyum manis untuknya, "Memangnya kamu mau punya anak berapa, mas?"tanyaku sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
Dia mengunyah nasi goreng yang kuberikan untuknya, "Aku sih maunya dua, sepasang."ucapnya dengan sangat manis. Aku mengangguk setuju atas perkataannya barusan.
"Kita berdo'a aja ya mas semoga cepat dikasih sama yang diatas."ucapku sambil mengamini dalam hati.
"Dikasih apa?"tanyanya sok polos. Aku mencebikkan bibir kesal.
"Mas maunya dikasih apa?"tanyaku balik sambil menatap matanya.
"Dikasih anak sama kamu... tapi aku mau 'morning kiss' dari kamu sekarang."ucapnya sambil mendekatkan wajahnya padaku sehingga bibir kami saling bertaut seperti hati kita yang terkait satu sama lain.
---
Satu bulan kemudian.
#Galang POV
Kurasa hanya akulah lelaki paling beruntung di seluruh dunia. Bagaimana tidak? Aku memiliki seorang istri secantik dan sebaik Allisa. Dia rela terkena cipratan minyak goreng ketika sedang belajar memasak masakan untukku. How sweet she is.
"Sayang... tangan kamu luka."ucapku sambil mengoleskan salep di jemarinya yang terluka. Dia hanya meringis kecil. "Aku gapapa kok. Tuhkan masakan aku gosong deh!"ucapnya sambil mencebikkan bibir kesal.
Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil ini, "Aku gak masalah masakan kamu gosong yang penting kamu kan buatnya pake cinta."ucapku sambil mengusap kedua wajahnya dengan sayang.
"Tuhkan, kamu masih suka ngegombal!"ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Aku mengecup bibirnya kilat sehingga membuatnya terkejut. Dia memukul lenganku pelan, "Aku marah sama kamu pokoknya!"ucapnya sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.
Aku mengejarnya yang berlari memasuki kamar sambil menangis. Menangis? Kenapa istriku menangis? Walaupun masakannya gosong, aku akan tetap memakannya kok! Kenapa dia harus menangis?
"Sayang, buka pintunya dong...."ucapku sambil mengetuk pintu dengan sabar. Tak ada jawaban. "Sayang... aku minta maaf...."ucapku memohon.
Aku segera mengambil kunci cadangan yang kuletakkan dibawah vas bunga. Kubuka pintu dengan pelan sehingga tidak mengeluarkan suara. Kulihat Allisa sedang berbaring di tempat tidur dengan posisi miring. Bahunya berguncang menandakan dia sedang menangis. Apa yang telah kulakukan?
Aku menghampirinya sambil mengusap rambutnya dengan sayang.
"Sayang, kenapa kamu nangis?"tanyaku dengan lembut, lalu mengecup keningnya lama. Dia tetap terisak dalam tangisnya. Aku semakin bingung. Dia menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya.
Kubuka selimutnya dengan paksa, "Allisa... aku minta maaf."ucapku sambil menatap matanya yang sembab.
"Tuhkan, kamu udah gak panggil aku 'sayang' lagi!"ucapnya dengan tangisan yang semakin kencang. Aku ikut berbaring disebelahnya dan memeluknya erat.
"Sayangku Allisa... maafin aku ya. Jangan nangis lagi ya sayang...."ucapku sambil mengusap rambutnya dengan sayang.
"Tuhkan ngegombal lagi! Aku kesel ah sama kamu, mas!"ucapnya sambil memukul dadaku dengan kencang. Aku semakin bingung dengan sikapnya. Kenapa jadi sensitif seperti ini?
Apa dia sedang PMS?
"Sayang, kamu lagi datang bulan ya?"tanyaku dengan hati-hati. Takut dia marah lagi. Dia menghentikan tangisnya dan menatapku lama. Terlihat sedang berpikir.
"Ehm, mas..."ucapnya ragu.
"Ya?"
"Aku udah telat."ucapnya pelan. Aku masih diam meresapi setiap perkatannya.
"Te-telat? Telat apanya?"tanyaku bingung. Kami saling tatap.
"Telat datang bulan."ucapnya yang membuat jantungku seakan loncat dari tubuhku.
"A-apa kamu hamil?!"
"Hm, gak tau juga sih mas. Mungkin karena aku lagi capek aja. Jadinya telat datang bulan."ucapnya lalu membelakangiku. Aku memeluk tubuhnya dari belakang dengan erat.
"Gimana kalau kita cek ke dokter?"tanyaku sambil menciumi lehernya.
Dia kegelian dan segera menghadapkan tubuhnya padaku, "Dokter apa?"
"Dokter kandungan, Sayang."ucapku sambil mengecup hidungnya singkat.
"Bu-buat apa?"
"Ya kita cek, siapa tau ada dedek bayinya..."ucapku sambil mengusap perut datarnya dengan sayang.
"Tapi kalau gak ada dedek bayinya?"
"Ya kita usaha lagi."ucapku sambil menunjukkan smirk-ku.
---
#Allisa POV
Aku masih tidak menyangka bahwa di dalam perutku ada janin. Aku masih terkejut mendengar perkataan Dokter Sella barusan. Galang terus saja tersenyum semenjak mendengar perkataan Dokter Sella.
"Sayang, kamu ngidam apa sekarang?"tanya Galang sambil mengusap perutku dengan sayang. Aku masih diam. Ini serius aku akan menjadi seorang Ibu?
"Hei, kenapa melamun?"tanyanya lagi. Aku terkesiap dan segera menggelengkan kepala pelan.
"Aku lagi gak ngidam apa-apa, mas. Kita pulang aja ya, aku ngantuk."ucapku sambil memeluk lengannya.
"Yaudah yuk, Ibu hamil gak boleh capek-capek."ucapnya sambil mengecup keningku sekilas. Begitu tiba dirumah, aku kepingin makan gado-gado yang dijual di depan kampusku dulu.
"Mas...."ucapku pelan. Dia terlihat lelah setelah menyetir ditengah kemacetan Jakarta selama kurang lebih satu jam setengah.
"Iya sayang?"ucapnya sambil mengusap-usap kepalaku dengan sayang. Aku bersandar dibahunya.
"Hm, a-aku..."ucapku gelagapan.
"Aku apa sayang?"tanyanya penasaran.
"Hm, a-aku mau makan gado-gado."ucapku sambil menggigit bibir. Takut Galang tidak mau membelikannya untukku. Dia tersenyum.
"Yaudah aku beli sekarang, kamu istirahat aja di kamar."ucapnya sambil bangkit dari sofa dan meraih kunci mobil.
"Tapi mas..."
"Tapi apa, Sayang?"
"Tapi, aku maunya gado-gado yang ada di depan kampusku dulu."ucapku sambil menundukkan kepala. Takut dia marah karena aku banyak maunya.
"Baiklah... ayo, kamu sekarang masuk ke kamar ya. Istirahat."ucapnya sambil mengusap pipiku dengan sayang. Aku tetap diam ditempat. "Sayang, kamu harus banyak-banyak istirahat...."ucapnya sambil menarikku kedalam pelukannya.
"Mas.."
"Apa, Sayang?"
"Gendong...."rajukku sambil memainkan ujung bajunya. Dia tertawa pelan.
"Dengan senang hati, Sayang."ucapnya, lalu menggendongku dan membaringkanku diatas tempat tidur. "Nanti aku bangunkan dengan sebungkus gado-gado ya..."ucapnya sebelum mencium bibirku dengan sayang.
---
SETELAH PENANTIAN PANJANG
#Galang POV
Aku mengecup kedua mata Allisa dengan sayang yang sedang menggendong buah hati kami. Kuberi nama dia.....
Ardhani Putra Airlangga....
"Sayang, terima kasih ya sudah berjuang untuk anak kita..."ucapku sambil mencium putra pertama kami dengan gemas.
"Iya mas.."ucapnya dengan pelan. Dia terlihat senang walaupun aku tahu dia pasti lelah pasca operasi tadi. "Mas, anak kita hidungnya mancung kayak kamu..."ucapnya sambil mengelus hidungku.
"Dan alis anak kita mirip sama kamu, Sayang..."ucapku sambil mengusap alis putra kami.
"Aku merasa sangat bahagia, mas..."ucapnya dengan tulus.
"Aku juga, Sayang..."ucapku sambil mencium bibirnya singkat. "Terima kasih atas semua hal yang telah kamu berikan untuk aku.... I love you."ucapku sambil mencium bibirnya lagi.
"I love you too, Mas Galang Airlangga papanya Ardhani Putra Airlangga."ucapnya sambil tersenyum manis. Sungguh manis.
⭐⭐⭐
END.
Haruskah kita say goodbye dengan Allisa dan Galang? Tenang, masih ada epilog. Lalu ada yg setuju gak kalau aku bikin cerita tentang anak;
Allisa&Galang--Citra&Adrian--Della&Kak Rangga--Nayla&Mas Davi.......
Kalau setuju, bilang 'setuju' ya!
Jangan lupa vomment-nya⭐
Salam hangat dariku, rindingdong❤
(19Juni2015--18:21).

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang