Siang semua. Sekarang susah banget ya dapetin 20 votes, huf. Maaf kalo ceritaku ngebosenin:)
Tapi terima kasih bagi kalian yg sudah mau baca ceritaku:) happy reading!
⭐
Sudah beberapa hari ini, Audi maupun Anggra tidak menggangguku. Kuharap hingga seterusnya, mereka tidak muncul dihadapanku dan Galang lagi. Kusandarkan kepalaku di pundak Galang, kupeluk lengannya erat sambil menatap lurus layar televisi yang menampilkan tayangan horror. Kututup mataku begitu hantu yang menyeramkan itu muncul di layar televisi sehingga membuat Galang tertawa melihat tingkahku.
"Kamu ini...."ucap Galang sambil mengelus rambutku dengan sayang. "Gemesin banget kalo lagi ketakutan kayak gini."ucapnya lagi. Lalu kucubit lengannya pelan, "Ih gombal terus. Capek ah dengernya..."keluhku, lalu kembali menatap ke layar televisi.
"Daripada aku gombalin perempuan lain."ucapnya sambil melingkarkan lengannya dipinggangku. Kutepis tangannya yang melingkar dipinggangku, "Ih... gak usah deket-deket!"ucapku sambil mendorongnya menjauh dariku.
"Yaudah."ucapnya singkat. Akupun meninggalkannya yang masih duduk di sofa ruang tamu rumahku, aku memilih untuk membuat hot chocolate... sangat pas dibuat ketika hujan seperti sekarang ini.
Tiba-tiba kurasakan sebuah lengan memeluk pinggangku dari belakang. Dapat kurasakan hembusan napasnya di leherku, pasti Galang. Kayaknya tingkat kemesuman dia semakin meningkat, huft.
"Sayang... jangan ngambek dong..."rajuknya sambil mencium pipi kananku sekilas. Aku tetap mengabaikannya dan memilih untuk menuang air panas kedalam cangkir.
"Lepas ih."
"Bulan depan kita bakalan nikah loh..."ucapnya lagi sambil memutar tubuhku sehingga menghadap dirinya yang sedang tersenyum manis sekali.
"Masa sih? Aku lupa."ucapku, lalu memutar balik tubuhku. Kuaduk hot chocolate hingga larut bersama air panas. Dia memutar tubuhku dan menarikku mendekat ke arahnya sehingga tubuh kami menempel dengan erat.
"Kamu beneran lupa?"tanyanya panik. Aku berusaha untuk menahan tawaku saat ini dan memilih diam. Dia malah memeluk pinggangku posesif dan mendekatkan wajahnya ke arahku. Kutatap matanya yang menatap bibirku lalu mengecupnya sekilas.
CUP!
"Biar kamu inget kalau cuma aku yang selalu cium kamu tiap hari."ucapnya sambil mendekatkan wajahnya lagi, kali ini dia mengecup ujung bibirku. "Biar kamu inget kalau cuma aku orang yang akan selalu mencintai kamu."ucapnya lagi sambil menunjukkan smirk-nya.
Lalu dia kembali mencium bibirku dan melumatnya lembut, membuatku mengikuti gerakan bibirnya yang semakin lama semakin memanas, kukalungkan lenganku dilehernya dan berjinjit sehingga tubuh kami semakin menempel dengan erat. Galang terus melumat dan menghisap bibir atas dan bawahku bergantian membuat jantungku berdegup begitu kencang. Kulepaskan ciumannya terlebih dahulu karena aku sudah kehabisan napas dan segera mundur beberapa langkah dari Galang. Lalu kutinggalkan Galang yang masih diam di tempatnya. Aku segera menyesap hot chocolate-ku begitu duduk di sofa dan mematikan televisi yang masih menayangkan film horror.
"Kok filmnya dimatiin?"tanya Galang begitu sudah duduk disebelahku.
"Abisan aku takut."jawabku singkat, lalu menyesap hot chocolate-ku lagi. Kurasakan sebuah tangan menarik cangkir yang sedang kupegang, siapa lagi kalau bukan Galang. "Bagi dong...."ucapnya sambil menunjukkan puppy eyes-nya. Kuberikan padanya hot chocolate-ku yang tinggal setengah, aku memang sengaja tidak membuatkan satu untukknya karena aku kesal dengannya. Dia ganjen banget sih, kesel.
"Hmmm, enak!"ucapnya setelah menghabiskan hot chocolate-ku. Kuusap bibirnya yang belepotan dengan pelan sehingga dia terkejut dan menatap mataku tanpa berkedip. "Ini nih yang aku suka dari kamu.... perhatian."ucapnya sambil menggenggam jemariku yang menempel di bibirnya. Aku melepaskan genggaman tangannya ketika kudengar suara pintu dibuka dari luar, pasti mama papa udah pulang.
"Eh ada Galang..."ucap papa ketika ikut duduk di sebelahku. Kucium punggung tangan papa, "Papa sama mama abis dari mana?"tanyaku bingung.
"Abis sebar undangan pernikahan kalian, sayang..."jawab mama lembut. "Kalian sudah makan belum?"tanya mama lagi, kami berdua pun menggeleng secara bersamaan.
"Pas banget, tadi nenek bawain cumi buat kamu... dan juga Galang tentunya."ucap mama sambil mengeluarkan bungkusan berisi cumi.... aaaa makanan favoritku.
"Bawa cuminya ke meja makan dan makan disana. Jangan lupa... Galangnya disuapin ya!"ucap papa sambil mengedipkan matanya ke arahku dan tertawa setelahnya. Huh sukanya godain anaknya.
Aku menuangkan nasi beserta cumi ke piring Galang sehingga membuat lelaki itu tersenyum senang. Apa dia sudah merasa kami seperti pasangan suami-istri pada umumnya?
"Makasih istriku..."godanya sambil mengedipkan satu matanya ke arahku. Aku menggelengkan kepala pelan, malas melihat tingkahnya yang suka kelewat aneh.
Kami makan dalam diam karena memang sebaiknya tidak banyak bicara kalau sedang makan. Galang lebih dulu menghabiskan makannya sedangkan aku masih mengunyah cumi dengan lahap.
"Kamu mah makannya lama banget, kode minta disuapin sama aku ya?"tanyanya sambil menaik turunkan alisnya. Aku hanya mendengus kesal dan terus saja melanjutkan makan tanpa mau menatap matanya.
Aku sibuk mengunyah makanan dan Galang sibuk memperhatikanku makan. Aku menatapnya bingung, "Ada apa?"tanyaku bingung begitu dia tak mengalihkan pandangannya dariku. Dia tersenyum sekilas, "Kamu cantik ya kalo lagi makan."ucapnya yang membuatku tersedak.
Aku segera meminum air putih yang diberikan Galang dan meminumnya sampai habis. "Bisa gak sih kamu gak gombalin aku terus?"tanyaku sambil mengambil piring kotor Galang dan meninggalkannya menuju dapur. Kucuci piringku dan Galang lalu segera kembali ke meja makan. Galang masih diam ditempatnya, terlihat sedang berpikir.
"Kamu kenapa?"tanyaku bingung sambil menarik kursi disebelahnya.
"Aku jadi mikir deh,"jedanya sejenak, "Apa aku bisa ya sehari aja gak gombalin kamu?"tanyanya dengan polos, rasanya ingin kujitak kepalanya.
"Galang Airlangga!"teriakku kesal sehingga membuatnya menutup kedua telinganya. "Kamu kemasukan setan apa hah?! Kok kamu jadi berubah kayak gini sih?!"teriakku lagi sambil memukul lengannya kencang.
"HAHAHA."dia hanya tertawa dengan keras menanggapi perkataanku barusan.
"AKU MAU KITA BATAL NIKAH. LAGI!"teriakku dengan keras sambil menatap matanya dengan tajam. Dia dengan reflek menghentikan tawanya dan menatap mataku serius.
"APA KAMU BILANG BARUSAN?!"tiba-tiba mama dan papa muncul sambil bertolak pinggang menatapku dengan wajah yang sungguh menyeramkan. "Coba bilang sekali lagi sama mama dan papa!"ucap mama sambil menjewer telingaku.
"A-aku mau batalin pernikahanku sama Galang!"ucapku sambil mengaduh kesakitan karena mama masih menjewer telingaku.
"Kamu ini.... kapan dewasanya hah?! Undangan udah disebar dan kamu mau membatalkan pernikahan seenak jidat kamu?!"ucap papa dengan kesal. Aku mengerucutkan bibirku, kesal.
"Abisan Galang gombalin aku terus papa...."ucapku sambil menunjuk Galang dengan jari telunjukku. Papa tertawa mendengar ucapanku barusan.
"Gapapa dong, dia kan calon suami kamu."ucap papa dengan santai. Akupun segera meninggalkan mereka menuju kamar.
"ALLISA! GALANGNYA KOK DITINGGALIN?!"teriak mama, aku mengacuhkannya dan langsung mengunci pintu kamarku. Aku kan ingin Galang yang dulu, gak banyak ngegombal seperti sekarang.
---
#GALANG POV
Allisa marah karena aku terus saja memberi gombalan-gombalan maut yang diajarkan temanku, katanya kalau pasangan itu sukanya digombalin. Dan kenapa dengan bodohnya aku mau menuruti perkataan temanku itu, Allisa kan berbeda... dia tidak seperti perempuan lain pada umumnya.
Aku duduk di halaman belakang rumahnya sambil memandangi jendela kamarnya, berharap dia akan menatap ke langit seperti hari-hari biasanya. Dan benar dugaanku... Allisa membuka jendela kamarnya sambil menatap ke langit. Aku yakin seratus persen bahwa dia tidak melihatku yang sedang menatapnya dari bawah sini. Dia itu... akan selalu cantik walaupun sedang cemberut seperti itu. Aku yakin sekali bahwa dia sedang berbicara pada langit. Aku segera menghubunginya sambil terus memandangnya dari bawah sini.
"Allisa..."ucapku pelan begitu ia mengangkat panggilan telponku. Kulihat dia mengerucutkan bibirnya. Lucu.
"Ada apa lagi? Udah puas kamu liat aku diomelin sama papa mama..."ucapnya sambil menghembuskan napasnya. Aku tertawa kecil melihat ekspresinya dari bawah sini.
"Maafin aku ya?"ucapku sambil merajuk.
"Kamu mah minta maaf terus..."ucapnya sambil menatap ke langit dengan pandangan yang sulit kuartikan.
"Allisa Maulidina, maafin Galang Airlangga ya?"ucapku dengan nada memohon.
"Tapi kamu harus janji gabakal gombalin aku lagi..."lirihnya pelan sambil memainkan ujung rambutnya.
"Iya... jadi maafin aku ya?"ucapku lagi sambil menatapnya yang sedang terlihat bingung.
"Iya deh..."ucapnya terdengar terpaksa. Dia menggigit bibirnya, "Tapi inget ya sama janji kamu."ucapnya lagi.
"Iya sayang... udah jangan digigitin terus ah bibirnya."ucapku sambil terkekeh pelan. Kulihat dia terkejut begitu mendengar perkataanku barusan, lalu akhirnya pandangan kami bertemu begitu ia menundukkan kepalanya ke arah bawah. Aku melambaikan tanganku ke arahnya, dia mengerucutkan bibir kesal.
"Galaaaang, sejak kapan kamu disitu?!"teriaknya dengan ponsel yang masih menempel di telinga kirinya.
"Dari tadi hehe...."ucapku sambil tertawa pelan. "Turun dong, aku udah mau pulang nih."rajukku sambil mengedipkan satu mataku ke arahnya.
"Iya, tunggu disana ya!"ucapnya, lalu mematikan sambungan telpon dariku. Aku terkekeh pelan sambil memasukkan ponselku disaku jaket.
Allisa berlari kecil dengan wajahnya yang selalu bikin aku gemas melihatnya, "Kenapa cemberut gitu sih?"tanyaku sambil mencubit gemas kedua pipinya.
Dia malah menatapku dengan kesal, "Ingat ya sama janji kamu!"ujarnya sambil menunjukku dengan jari telunjuknya. Aku menariknya kedalam pelukanku, "Memangnya kenapa kalo aku gombalin kamu?"tanyaku karena penasaran.
"Aneh aku denger kamu ngegombal gitu. Bukan kamu banget!"ucapnya sambil memukul pundakku pelan.
"Aku kira kamu suka digombalin hehe...."ucapku sambil mengusap kepalanya dengan sayang. Dia menginjak kakiku pelan, "Aku beda ya sama perempuan diluaran sana yang hobinya digombalin sama laki-laki!"
"Iya sayang, kamu beda makanya aku sayang sama kamu..."ucapku dengan tulus, lalu mencium keningnya lama. "Aku pulang ya?"ucapku lagi sambil melepaskan pelukanku.
Dia mengangguk lalu mencium pipi kiriku sekilas, "Hati-hati dijalan. Jangan melamun apalagi kebut-kebutan. Oke?"tanyanya sambil mengelus kedua pipiku.
"OKE, Nyonya Airlangga!"ucapku sambil mengacungkan ibu jariku dan dia terkekeh pelan. "Bye. Love you dear."ucapku sebelum mengecup bibirnya singkat.
--
#Allisa POV
Aku terkejut begitu membaca sebuah pesan singkat dari Audi. Kukira dia sudah benar-benar pergi dari hidupku. Setelah beberapa hari ini dia tidak mengganggu, kenapa harus muncul kembali?
Allisa aku tunggu kamu di pantai tempat kita pertama kali bertemu. Seeyou!
Ini bukan sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan, aku berpikir sejenak. Apa yang seharusnya aku lakukan? Menemuinya kah? Atau membiarkannya menunggu disana tanpa kehadiranku?
Akhirilah semuanya Allisa....
Sudah tidak perlu menemui dia. Memangnya kamu mau Galang salah paham?
Bicara baik-baik dengannya, siapa tau dia akan mengerti...
Bagaimana kalau dia mau menculikmu? Bukankah dia seorang psikopat?
Kamu tidak akan tau kalau belum membuktikannya. Datanglah dan bicara secara baik-baik dengannya...
Baiklah, aku akan menemuinya dan bicara secara baik-baik terhadapnya. Kuharap dia mau mengerti dengan semua keadaan yang ada. Bukankah menyelesaikan masalah dengan kepala dingin lebih baik?
Begitu tiba di pantai, aku segera melangkah dengan cepat sambil celingak celinguk mencari keberadaan Audi. Dimana dia? Dia tidak sedang mengerjaiku kan? Dia tidak berniat menculikku kan? Kenapa aku jadi ragu seperti ini? Apa lebih baik aku pulang lagi aja?
"Akhirnya kamu dateng juga."ucapan seseorang dibelakangku membuatku segera membalikkan badan dan terkejut begitu melihat Audi sedang tersenyum sambil melipat kedua tangannya didepan dada. "Ayo ikut aku."ucapnya sambil berjalan mendahuluiku.
Kami duduk di pinggir pantai, dia terlihat berpikir sambil mengacak-acak rambutnya. Aku menunggunya bicara, aku tau dia ingin bicara panjang lebar. Akan aku dengarkan.
"Allisa... boleh aku jujur sama kamu?"tanyanya sambil menatap mataku. Aku menganggukkan kepala. "Aku sudah lama jatuh cinta sama kamu. Jauh sebelum kamu mengenal Galang."ucapnya lagi yang membuatku terkejut bukan main.
"Aku jatuh cinta sama kamu sejak melihat kamu memandang langit dengan serius. Betapa cantiknya kamu saat itu,"jedanya sejenak, "aku ingin berkenalan dengan kamu saat itu juga, tapi... Ata bilang, kamu masih stuck sama masa lalu kamu. Oke, aku mengerti dan bersabar untuk menunggu kamu menyembuhkan hati kamu."
Aku tetap diam, mendengarkan perkataannya yang sejujurnya membuatku tak menyangka. "Aku terlambat.... kamu sudah berpacaran dengan Galang. Aku menyesal. Sangat menyesal. Kenapa aku terlalu lama menunggu? Seharusnya aku mengikuti kata hatiku saja untuk berkenalan denganmu saat itu...."
"Aku hanya ingin mempertanyakan pertanyaan ini sekali dan mungkin untuk yang terakhir kali..."lirihnya pelan sambil menundukkan kepala, membuatku sedih.
"Setelah mendengar semua ini, apa yang kamu rasakan terhadapku Allisa?"tanyanya sambil menatapku dalam.
"..............."aku tidak tau harus berkata apa, aku masih speechless.
"Jawab aku Allisa," ucapnya sambil menggenggam jemariku, "Aku tidak akan mengusik hidup kamu lagi setelah ini."ucapnya yang membuatku tertegun. Benarkah dia tidak akan mengusik hidupku lagi setelah ini?
Aku berpikir sejenak lalu berucap, "Aku terkejut begitu mendengar semuanya dari kamu. Tapi, hatiku tetap untuk Galang... mungkin memang sudah takdirnya kalau kita tidak bisa bersama. Aku minta maaf sama kamu karena tidak bisa membalas semua perasaan cinta kamu untuk aku... tapi aku selalu mendoakan yang terbaik buat hidup kamu nantinya, aku harap kamu bisa menemukan seseorang yang pantas untuk kamu cintai."ucapku tulus, sambil tersenyum manis ke arahnya dengan memberikan dukungan untuknya.
"Boleh aku jujur lagi?"tanyanya pelan. Aku menganggukkan kepala pelan.
"Aku sakit. Sakit melihat kamu bersama Galang. Dan lebih sakit mendengar kamu berkata jujur seperti itu, Allisa."lirihnya pelan dengan raut wajah sedih.
"Tapi inilah kenyataanya, aku minta maaf dengan sangat sama kamu. Dan kamu harus tepati janji kamu untuk tidak mengusik hidupku lagi."ucapku sambil melepas genggaman tangannya.
"Baiklah, tapi izinkan aku untuk bilang...."jedanya sesaat, " I love you, Allisa Maulidina... semoga kamu bahagia dengan Galang."ucapnya, lalu meninggalkanku yang masih diam ditempat melihat punggungnya yang semakin menjauh.
--
#Anggra POV
Aku tidak terima begitu membaca pesan dari Kak Audi. Kenapa dia harus menyerah memperjuangkan Allisa?! Kenapa dia melupakan janjinya untuk merusak hubungan Galang dengan Allisa? Aku harus bagaimana?! Aku segera menghubungi Kak Audi untuk meminta penjelasannya lebih lanjut.
"Kak, aku ingin kita bertemu sekarang di tempat biasa!"ucapku lalu segera memutuskan sambungan telpon. Aku segera keluar rumah dan pergi menuju café dekat rumahku. Aku menunggunya sambil ditemani secangkir green tea-ku.
"Sudah lama menunggu?"tanya Kak Audi dengan santai. Aku mencebikkan bibir kesal.
"Maksud kakak apasih?! Kenapa kakak nyerah?!"tanyaku kesal sambil menghentakkan kaki dengan kesal.
"Kakak sedang belajar untuk mengikhlaskan, buat apa kakak merebutnya kalau hatinya cuma untuk Galang?"
"Tapi kan siapa tau aja Allisa bisa luluh sama kakak!"teriakku lagi, dia malah terkekeh pelan.
"Sudahlah, kenapa kamu tidak menyerah saja? Ikuti jejak kakak dan mulailah melihat kedepan."ucapnya sambil tersenyum manis, kenapa aku baru sadar ya kalau dia ternyata manis banget. Hush, Anggra.... apa yang kamu ucapkan barusan?!
"'Kenapa melamun? Terpesona sama kakak?"tanyanya santai sambil mengedipkan satu matanya. Aku mengerucutkan bibir kesal.
"Ih pede banget sih kakak!"kilahku. Aku jadi teringat pernyataan cintanya dulu kepadaku....
"Muka kamu kenapa merah gitu?"tanyanya sambil menoel hidungku. Aku semakin tersipu kalau dia bersikap seperti ini.
"A-aku gapapa tuh, tiba-tiba aku gaenak badan. Aku pulang duluan ya!"ucapku gugup, namun dia mencekal tanganku.
"Tunggu dulu. Kakak jadi punya ide."ucapnya sehingga membuatku duduk kembali. "Gimana kalau kita.... belajar untuk saling mencintai?"
GUBRAK!
Kenapa Kak Audi harus berbicara seperti itu? Tidak taukah dia kalau saat ini hatiku ketar-ketir melihat senyum mautnya itu? Kenapa hatiku jadi seperti ini berada didekatnya? Padahal sebelum bertemu dengannya hari ini sikapku biasa saja. Ah ada apa dengan hatiku? Tidak mungkin kan kalau aku secepat itu melupakan Galang?!
"In you dream, huh."ucapku tanpa mau menatap matanya. "Aku tuh gak akan nyerah buat dapetin hati Galang. Lagi."ucapku sambil menatap keluar jendela.
"Memangnya dari awal kamu sudah mendapatkan hatinya?"
Sial. Kenapa dia harus berbicara seperti itu, huh? Aku tau awal mula aku berpacaran dengan Galang. Semua karena keterpaksaan. Aku tau Galang terpaksa menerima cintaku. Tapi semakin hari bersama dengan dia membuatku takut akan kehilangan dirinya... dan aku tidak bisa lepas darinya.
"Y-ya gitu."cicitku dan melihatnya tertawa sekilas. "Emangnya ada yang lucu?"tanyaku sambil memukul lengannya pelan.
"Tawaranku masih berlaku, aku tunggu jawaban kamu secepatnya."ucapnya, lalu pergi meninggalkanku yang diam terpaku.
Haruskah aku menerimanya? Memulai kehidupan baru dengannya? Belajar melupakan Galang dan memulai yang baru dengan Kak Audi? Toh, kami sama-sama sedang sakit hati, siapa tau kami memang berjodoh.... jadi gak ada salahnya untuk dicoba kan?
"Kak tunggu!"teriakku ketika melihatnya yang sudah berada di depan café. Dia menaikkan satu alisnya, "Ya?"tanyanya bingung.
"Iya, aku mau..."
"Mau apa?"tanyanya sambil tersenyum misterius.
"Aku mau belajar untuk mencintai kakak. Tapi kakak juga harus janji sama aku, untuk belajar mencintai aku dengan tulus!"ucapku sambil memilin ujung bajuku.
"I will."ucapnya sambil menarikku kedalam pelukannya. Mungkin ini yang terbaik... berdua bersama Kak Audi... seseorang yang selalu ada buatku dari dulu hingga sekarang....
Selamat tinggal masa lalu.....
⭐
Aku ngetik ini disela-sela tugasku yg numpuk.. Kuharap kalian bisa hargai apa yg telah kalian baca. Thank you vommentnya❤
(Baca ceritaku yg lain yuk; This is love & Kara)
By rindingdong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Romance"Bagaimana aku tidak pingsan di tempat begitu melihat seorang laki-laki yang teramat aku cintai ternyata sudah memiliki kekasih yang tidak lain ialah sahabatku sendiri, Citra. Dan bagaimana aku bisa dengan mudah melupakan Adrian yang telah satu tahu...