Aku dedikasikan part ini untuk semua pembaca setiaku❤
Selamat membaca!
⭐
Setelah kepergian Audi bersama Anggra, lenganku digenggam oleh Galang. Kutatap matanya yang tidak menunjukkan ekspresi apapun, kuteliti wajahnya secara keseluruhan dan tiba-tiba saja ia tersenyum manis ke arahku.
"Kita akan selalu bersama kan?"tanyanya sambil mendekat ke arahku. Aku menganggukan kepala dengan mantap. "Kalau begitu... kita hadapi semuanya bersama."ucapnya lagi, lalu menarikku untuk berjalan mengikutinya. Aku menatap punggungnya dari belakang dan berdoa dalam hati agar kami bisa menghadapi semua ini bersama-sama.
"Allisa, apapun yang terjadi... kamu harus terus percaya sama aku."ucap Galang sambil membukakan pintu mobilnya untukku. Aku tersenyum tipis, "I always trust you."balasku sambil mengelus lengannya lembut.
Begitu mobil Galang melaju dengan kecepatan sedang, kutolehkan wajahku ke belakang untuk melihat keadaan Ata. Kuamati wajahnya dengan seksama, ada darah segar diujung bibir adikku. Aku langsung mengeluarkan tisu basah dari tasku untuk mengelap darah yang masih melekat di ujung bibirnya.
"Bibir kamu berdarah..."ucapku khawatir sambil mengelap ujung bibir Ata pelan. Ata meringis pelan lalu tersenyum tipis, "Ini belum seberapa, kak. Udahlah nyantai aja."ucap Ata sambil terkekeh pelan. Aku menatapnya kesal, "Mulai detik ini, jangan pernah temuin Audi lagi. Ngerti?!"ucapku sambil menatap matanya tajam.
Dia hanya diam, tidak merespon perkataanku, aku mencubit lengannya agar ia mau menuruti permintaanku. "Aku gak janji."lirihnya. Aku menghembuskan napas dengan kesal sambil melipat kedua tanganku didepan dada, "Please, dengerin kakak kali ini... kakak gak mau kamu kenapa-kenapa. Audi bisa aja melakukan hal yang berbahaya sama kamu."ucapku cemas.
"Kakak kamu benar, dia hanya tidak ingin kamu terluka."ucap Galang sambil menoleh sekilas ke Ata. "Dia sangat khawatir denganmu."
"Matahari Dwitya... kamu sayang kan sama kakak?"ucapku sambil mengusap rambutnya pelan. Ata mengangguk dan tersenyum tipis, "Iya, aku sayang sama kakak..."
"Kalau begitu, kali ini aja... turutin permintaan kakak. Mengerti?"
Dia menganggukan kepalanya pelan seperti tak rela, "Ya baiklah."ucapnya singkat. Akupun segera menghadapkan tubuhku kedepan dan menatap Galang sekilas. Galang tanpa malu menggenggam tanganku dihadapan Ata, aku segera menepis tangannya. Namun dia malah semakin erat menggenggam tanganku, dasar Galang Airlangga!
Aku memberinya kode melalui mataku, namun dia malah menaikkan satu alisnya yang menunjukkan bahwa ia bingung dengan maksudku. Akhirnya aku membuka suara, "Lang... lepasin ih. Gaenak diliat Ata!"ucapku sambil menepis tangannya yang masih menggenggam tanganku dengan erat.
"Memangnya kenapa? Kan cuma pegang tangan aja, kecuali kalau aku tiba-tiba cium kamu!"ucapnya frontal yang membuatku membelalakkan mata. Ata tertawa dibelakangku dan itu membuatku malu dan juga kesal. Akhirnya Galang pun melepaskan genggamannya hingga akhirnya kami sampai dirumah. Ata keluar lebih dulu dari mobil Galang sehingga tinggal aku dan Galang yang masih berada didalam mobil.
Galang tersenyum licik, "Ata kan udah turun,"jedanya sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku sehingga membuatku memundurkan tubuh hingga menempel di jendela, "... boleh dong kalo aku cium kamu?"lanjutnya lagi sambil menatap mataku intens. Aku mencubit hidungnya kencang, "Dasar mesum! Emangnya yang ada dipikiran kamu cuma hal itu aja?!"tanyaku sambil mengembungkan pipi kesal. Dia malah tertawa dan menyebabkan bahunya berguncang, "Ih pikiran kamu ngeres banget! Orang aku mau cium kamu di....,"dia mencium keningku lama, "... di kening."ucapnya lagi setelah mencium keningku dengan hangat. Wajahku merona merah, kukira dia mau menciumku tepat di bibir...
CUP!
"Dan juga di bibir... hehehe..."ucapnya setelah mencium bibirku singkat. Ih dasar menyebalkan!
Aku memukul lengannya kesal, "Kenapa sih sukanya nyosor aja kayak bebek?! Kamu itu kakaknya bebek ya?!"ucapku kesal sambil terus memukuli lengannya berulang kali. Dia malah menarik tanganku dan meletakkannya di pundaknya, "I'm so addicted of your lips..."ucapnya parau sambil terus menatap kedua bola mataku. Kuyakin wajahku sudah semerah tomat saat ini. Dia melanjutkan kembali ucapannya, "Terserah kamu mau bilang aku bebek atau apalah itu... yang terpenting, kamu candu buat aku."
Aku menundukkan kepala karena jantungku berdetak begitu kencang saat ini, aku takut kalau jantungku terjadi sesuatu akibat perkataan Galang barusan. Sebaiknya aku harus segera turun sebelum aku mati ditempat karena perkataan Galang membuatku serasa terbang kelangit ketujuh. Galang mendongakkan wajahku hingga akhirnya mata kami saling bersitatap, matanya memancarkan cinta yang begitu besar terhadapku.
"Aku gak akan pernah bosan untuk bilang 'I love you'...."ucapnya sebelum mencium keningku lama. Aku merasa amat dicintai olehnya, akupun segera berhambur kedalam pelukan hangatnya. Dia mengusap rambutku dengan sayang, "I love you.... I love you.... I love you, Allisa Maulidina."bisiknya ditelingaku.
Aku percaya bahwa ia mencintaiku.... "I love you too, Galang Airlangga."balasku sambil memeluknya semakin erat. Galang tiba-tiba menegakkan tubuhnya sehingga pelukan kami terlepas, "Allisa....."panggilnya dengan matanya yang terus menatap lurus kedalam kedua bola mataku.
Jantungku berdebar begitu ia memanggilku dengan tatapan yang intens, "Hm... Y-ya?"tanyaku gugup. Dia hanya diam dan terus menatapku lekat membuatku salah tingkah. "Tatap mata aku..."lirihnya pelan, sehingga membuatku terus menatap matanya tanpa berkedip sekalipun.
"Tatap mata aku dan bilang kalau aku adalah laki-laki paling tampan diseluruh dunia...."ucapnya sambil merajuk, ihhhh Galang nyebelin akut!
"Ih kamu mah ngeselin!"ucapku sambil mencubit hidungnya. Dia terkekeh pelan, "Kamu kenapa gugup gitu tadi?"tanyanya dengan senyum menggodanya. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain sehingga membuatnya tertawa dengan kencang.
"Allisa lucu banget sih kalo lagi gugup gitu. Emangnya kamu kira aku mau ngelakuin apa sama kamu?"tanyanya disela-sela tawanya. Aku kesal dan segera membuka pintu mobilnya namun dia malah menahan lenganku dan membuatku menutup pintu kembali.
"Mending aku turun sekarang daripada liat kamu ngetawain aku terus! Emangnya kamu pikir aku ini badut, APA?!"ucapku dengan kesal sehingga membuat dia menghentikan tawanya.
"Maafin aku ya...."ucapnya sambil menyelipkan rambutku ke balik telinga. Aku merasa tersentuh diperlakukan seperti itu dengannya. Dia pun menunjukkan raut bersalah padaku, "Maafin aku ya sayang...."
Aku diam, mau melihat seberapa tangguh ia ingin menerima permintaan maaf dariku. Dia pun segera menarikku kedalam pelukannya dan mengusap rambutku dengan sayang. "Kamu harus tau satu hal....,"ucapnya sambil memperat pelukannya, "... aku gak bisa dicuekin sama kamu... aku gak bisa didiemin sama kamu... dan yang paling penting, aku gak bisa jauh dari kamu..."ucapnya sambil mencium puncak kepalaku.
Aku mendongakkan kepalaku ke arahnya, "Itu udah lebih dari satu hal, Galang!"ucapku setengah berteriak karena aku masih kesal dengannya. Dia menghembuskan napas pelan dan mengacak rambutnya dengan kesal.
"Allisa Maulidina, calon istri dan juga ibu dari anak-anakku.... jangan marah lagi ya sama calon suami kamu yang selalu mencintai dan menyayangi kamu sepenuh dan setulus hati?"ucapnya sambil mendekatkan wajahnya padaku, lalu tanpa aba-aba menciumku kembali namun kali ini lebih lama walaupun ia hanya menempelkannya saja. Aku memejamkan mata begitu ia juga memejamkan matanya... kami berada dalam posisi seperti ini kurang lebih dua menit. Hingga akhirnya aku yang melepaskan ciumannya terlebih dahulu dengan wajah yang memerah karena malu.
"Sebaiknya kamu cepat masuk kedalam, aku ta-takut kelepasan."ucapnya dengan mata yang berkabut dan suaranya yang terdengar berat. Aku terkejut begitu mendengar perkataanya. Begitu aku ingin membuka pintu mobilnya, ia kembali menahanku dan menatapku dengan puppy eyes-nya. "Sekali lagi ya... please?"
Aku menganggukkan kepala sehingga membuatnya tersenyum senang. Lalu kamipun berciuman cukup lama hingga membuat tubuhku dan Galang menempel begitu erat. Napas kami berdua memburu dan Galang memeluk pinggangku posesif. Dia menatapku intens sambil terus menciumi tiap jengkal bibirku sehingga membuat kupu-kupu di dalam perutku berterbangan. Begitu kami kehabisan napas, aku melepaskan ciumannya. Kami berdua terengah-engah dengan wajah memerah. Galang menatapku dan mengelus bibirku dengan ibu jarinya sehingga memberikan sensasi aneh dalam tubuhku.
"Thanks for giving me a sweetest kiss."ucapnya parau. Aku hanya menganggukkan kepala pelan dan mencium pipinya sekilas, "Goodnight!"ucapku sebelum turun dari mobilnya.
---
Aku tidak akan pernah lelah untuk merebut hatimu. Karena hanya kamu seorang yang selalu menempati hatiku yang paling dalam, Allisa Maulidina. Bila mati sekalipun bisa membuatmu jatuh cinta padaku, akan kulakukan demi mendapatkan hatimu. Andai cintaku berbalas sejak awal, kuyakin kita akan bahagia selama-lamanya....
I always love you.....
-AG-
Aku segera merobek surat yang Audi titipkan pada mama tadi malam setelah aku dan Galang melihatnya pergi bersama Anggra. Emosiku sudah memuncak dan rasanya bisa meledak kapan saja! Kenapa dia terus saja bersikap seperti ini?! Bukankah sikapnya ini malah membuatku takut? Aku sangat takut akan seseorang yang seperti dirinya.... aku baru tau kalau Audi seorang psikopat. Bolehkan kalau aku menyebutnya begitu?
Begitu aku ingin mengetik pesan untuk Galang, ponselku berdering menandakan ada telpon masuk. Aku ragu untuk menjawab panggilannya karena aku tidak mengenal nomor yang tertera di layar ponselku. Aku segera mengabaikannya dan tidak jadi mengetikkan pesan untuk Galang. Aku segera turun ke bawah untuk sarapan pagi lalu setelah itu mengantar Ata ke stasiun.
"Allisa, tadi malam Audi juga kasih bingkisan buat mama sama papa loh..."ucap mama sambil tersenyum senang. Aku langsung panik, takut kalau Audi akan melukai kedua orangtuaku.
"Bingkisan apa, ma?!"tanyaku panik sambil menggigit bibirku. Mama dan papa menunjukkan jam tangan couple yang melingkar ditangannya. Aku terkejut bukan main, apa maksud dari semua ini? Rencana apa lagi yang akan Audi lakukan?
"Ma mendingan dibalikin aja ya..... aku gak enak sama Audi, ma."kilahku, aku takut kalau Audi meletakkan sesuatu didalam jam tangan mama sama papa, hush pikiranku semakin tidak karuan.
"Sebenernya papa juga udah bilang gitu ke mama, tapi mama bilang kalau dia tidak enak menolak pemberian orang."ucap papa sambil melirik mama sekilas.
"Udah ma balikin aja, nanti kalau Audi ada maksud terselubung gimana?"ucap Ata setelah menghabiskan sarapannya. Aku mengangguk setuju dengan perkataan Ata barusan.
"Kamu ini... gak baik berpikiran negatif sama orang yang berniat baik sama kita..."ucap mama sambil menatap mata Ata tajam. Aku segera membela Ata, "Udahlah ma... balikin ya jam tangannya... lagi bener juga yang Ata bilang, kita kan gak ada hubungan apa-apa sama Audi... jadi lebih baik kita balikin aja. Ya...?"
Mama pasrah, "Ah yasudahlah... nanti kamu yang balikin ke Audi."ucap mama sambil menatap mataku. Ata langsung menyela, "Jangan Kak Alis, ma!"
"Loh kenapa memangnya?"tanya mama curiga. Kami berdua pun diam, bingung harus menjawab apa.
"Ka-karena, aku takut kalau Kak Galang bakal salah paham liat Kak Alis sama Audi berduaan."kilah Ata.
"Nah, bener tuh apa kata Ata, ma...."ucapku sambil mengunyah roti selai coklat. Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anehku dan juga Ata, "Kalian ini, kenapa bisa kompak begini sih?"gerutu mama dengan kesal.
"Namanya juga kakak adik, maaa."ucapku sambil terkekeh pelan. Papa angkat bicara dan membuatku dan Ata membeku seketika, "Yasudah, nanti papa kembalikan langsung ke Audi. Dia kemarin ngajak papa makan Ramen."
Oke, Papa itu sama sepertiku.... sangat menyukai Ramen. Rasanya sulit sekali untuk menolak makanan yang satu itu.
"Pa.... ngapain sih makan Ramen sama dia? Mending makan Ramen bareng aku aja...."ucapku senetral mungkin.
"Ah kalo sama kamu kan papa yang bayarin, kalo sama Audi... dia yang bayarin hahaha..."ucap papa sambil menutup koran pagi yang baru saja dibacanya.
"Tapi pa, Audi itu-"aku segera menghentikan ucapanku, hampir saja keceplosan. Papa mengerutkan kening bingung, "Audi kenapa?"tanyanya sambil menautkan kedua alisnya.
"Hm, Audi itu suka bohong pa. Pasti nanti papa yang bayarin makanannya. Serius deh pa... jadi gak usah ya makan Ramen sama dianya....."
Papa tertawa, "Allisa... Allisa... kamu pikir papa gak punya uang apa buat bayar Ramen?"tanya papa seakan tidak terima dengan perkataanku.
"Bu-bukan begitu pa... tapi kan.... ah yaudahlah terserah papa aja. Allisa mau ke kamar dulu."ucapku, lalu segera naik ke atas dengan kesal. Kenapa Audi berani bertindak sejauh ini? Kenapa dia memperumit keadaan?
Aku segera menyalakan musik untuk menenangkan pikiranku, kuputar lagu-lagu jazz sehingga membuat pikiranku lebih tenang. Kurebahkan diriku diatas tempat tidur sambil menatap ke langit-langit kamar. Aku kembali mengingat awal pertemuanku dengan Audi.... di pantai malam itu tepat ketika aku melihat Galang mencium Anggra di pinggir pantai... lalu dia membantuku berjalan... menolongku ketika terjatuh ke kolam renang dan ia yang membuatku dilema hingga akhirnya aku tau.... bahwa ia memang benar-benar mencintaiku... namun dia memiliki niat jahat saat mendekatiku. Bukankah itu kejam? Berusaha baik namun berniat menerkamku secara perlahan....
Kupejamkan mataku erat-erat... ingin mengenyahkan semua hal tentang Audi yang selama beberapa hari belakangan ini membuatku frustrasi. Kubuka mataku perlahan begitu mendengar ponselku berdering terus menerus.
"Ya halo...."
"Hai sayang... lagi ngapain?"
"......"
"Pasti lagi mikirin aku ya?"ucapnya lagi dengan yakin.
"....."
"Nanti malam aku akan bertemu dengan calon mertuaku..."
"Jangan pernah ganggu hidupku lagi!"ucapku, lalu segera me-non aktifkan ponselku.
⭐
Maaf kalau berantakan. Aku posting lewat ponsel hehe. Suka gaaak? Yuk, ditunggu vomment-nya biar makin semangat update part berikutnya!
Ps: di multimedia ada adegan Galang cium Allisa ya hahaha....
(Salam hangat, rindingdong)❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Romance"Bagaimana aku tidak pingsan di tempat begitu melihat seorang laki-laki yang teramat aku cintai ternyata sudah memiliki kekasih yang tidak lain ialah sahabatku sendiri, Citra. Dan bagaimana aku bisa dengan mudah melupakan Adrian yang telah satu tahu...