selamat sore semua:) terima kasih atas 'vote and comment'nya di part-part sebelumnya!:] aku harap kalian gak kecewa sama part-ku yang satu ini. aku ngetik ini berjam-jam. Ketik-hapus-ketik-hapus, dan kuharap part ini bisa membuat kalian lebih suka sama ceritaku ini. please, jangan bosen ya untuk terus 'vote{klik bintang} and comment' di ceritaku ini. aku share fotonya Allisa.
selamat membaca dan salam hangat dariku, -rindingdong- :}
********************************************************************************************************
Aku berjalan dengan gontai menuju kantin yang berada di kantor, aku memesan satu mangkuk bakso dan segelas es teh manis. Aku duduk tak jauh dari pintu masuk kantin. Aku menunggu pesananku sambil memainkan games yang berada di ponselku.
"Boleh aku duduk disini?"ucapan seseorang membuatku mendongakkan kepala. Begitu melihat orang itu aku segera menganggukan kepala dan tersenyum manis. Fathir. "Kamu pesan apa?"tanyanya begitu duduk dihadapanku.
"Bakso sama es teh manis. Kamu?"tanyaku setelah meletakkan ponselku di atas meja. Fathir hanya diam menatapku. Aku bingung. "Kenapa?"tanyaku sambil mengerutkan kening bingung.
"Kamu sama Galang, kapan akan melangsungkan pernikahan?"tanyanya pelan. Aku terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Fathir. Haruskah aku jujur bahwa aku dan Galang tidak jadi menikah? Aku diam, sibuk memikirkan apa yang harus kukatakan padanya.
"A-aku sama Gal-"aku tidak melanjutkan ucapanku karena aku melihat Galang baru saja melewati meja kami. Dia tidak melirikku sedikitpun.
"Oke, gak perlu dijawab. Aku pesan makanan dulu ya."ucapnya sebelum meninggalkanku untuk memesan makanan. Aku melirik Galang yang sedang duduk di pojok kantin. Dia duduk sendiri dan terlihat acuh dengan keberadaanku disini. Tidak lama kemudian pesananku datang. Aku segera melahap bakso pedas yang terhidang di hadapanku. Kulirik Fathir yang hanya diam menatapku. Jantungku sama sekali tidak berdebar-debar ditatap oleh Fathir seperti itu, lain halnya bila Galang yang menatapku seperti itu, mungkin aku tidak akan bisa mengunyah bakso dengan baik karena jantungku akan berdebar-debar tidak karuan. Aku terus saja memakan bakso-ku sampai habis dan segera meminum es teh manisku sampai habis. Begitu aku selesai makan, pesanan Fathir baru datang.
Kulirik jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 12.30. Aku menatap Fathir yang sedang memakan soto ayamnya dengan lahap. Aku tertawa begitu melihat dia makan belepotan. Aku mengambil tisu yang berada diatas meja dan mengusap makanan yang masih melekat di dekat mulut Fathir. Fathir seketika menghentikan makannya dan menatap mataku.
"Maaf.."ucapku karena sudah lancang bertindak seperti itu.
"Nope. Aku senang diperlakukan seperti itu sama kamu."ucapnya lalu kembali melanjutkan makannya. "Andai kita masih menjalin hubungan ya sampai saat ini."ucapnya disela kunyahannya. Aku tertegun begitu mendengarnya. Apa itu artinya dia masih mengharapkanku? Mengharapkanku untuk kembali lagi dengannya...
"Jangan bercanda deh, Thir. Yaudah ya aku duluan, mau sholat dulu soalnya...bye"ucapku sambil tersenyum padanya. Lalu tatapanku beralih pada meja yang ditempati Galang tadi, dia sudah tidak ada. Kemana dia? Kok aku gak liat ya kalo dia udah keluar dari kantin?
Aku segera menuju musholla, dan mengambil wudhu. Setelah itu aku sholat empat raka'at dan berdo'a pada Allah. Berdo'a agar jalanku kedepannya diberikan kemudahan dan kelancaran oleh-Nya. Termasuk kemudahan dalam menemukan jodoh yang tepat. Amin!
Setelah itu aku kembali memoleskan bedak ke wajahku dan juga memoleskan lipbalm di bibirku. Begitu aku keluar dari musholla, aku bertemu dengan Galang yang juga baru selesai sholat dzuhur. Dia menatapku sebentar lalu segera berjalan mendahuluiku. Harusnya aku senang karena dia sudah tidak mengusikku lagi, tapi kenapa aku merasa kehilangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Romance"Bagaimana aku tidak pingsan di tempat begitu melihat seorang laki-laki yang teramat aku cintai ternyata sudah memiliki kekasih yang tidak lain ialah sahabatku sendiri, Citra. Dan bagaimana aku bisa dengan mudah melupakan Adrian yang telah satu tahu...