Selamat malam semua. Aku ngetik ini setelah ngerjain tugas jadi kuharap kalian bisa menghargai karyaku dengan memberikan 'vote' maupun 'comment'. Aku posting lewat ponsel jadi berantakan.
Selamat membaca:)
⭐⭐⭐
Malam ini aku harus tampil lebih cantik dari biasanya karena keluarga Galang akan datang kerumah untuk melamarku secara resmi dihadapan kedua orangtuaku. Aku memakai dress tanpa lengan dan memoles tipis wajahku. Aku segera turun menuju lantai bawah begitu mama bilang bahwa keluarga Galang sudah datang, hatiku ketar-ketir karena akan bertemu keluarga Galang dengan maksud ingin melamarku menjadi istri dari seorang Galang yang terkenal tidak teguh pendirian. Aku harap dia tidak tiba-tiba membatalkan pernikahan ini.
Begitu aku menuruni tangga, semua tatapan tertuju hanya padaku termasuk Galang yang terlihat terpesona denganku dan itu membuat jantungku semakin berdegup dengan kencang. Aku duduk di antara kedua orangtuaku karena ini merupakan salah satu alternatif agar aku bisa lebih rileks.
"Sebelumnya... terima kasih untuk keluarga besar Galang yang sudah hadir disini dengan niat ingin meminang putri kesayangan saya, Allisa Maulidina."ucap papa dengan sopan. "Ini merupakan lamaran untuk yang kedua kalinya tapi saya yakin ini menjadi lamaran untuk yang terakhir kalinya."
"Terima kasih om karena saya dan keluarga masih diizinkan untuk datang kesini dan kalau boleh.... saya, Galang Airlangga... ingin melamar putri kesayangan om sebagai pendamping hidup saya...selamanya...."ucap Galang dengan mantap sambil menatap papa dengan wajah serius. Aku langsung menundukkan kepalaku begitu Galang mengalihkan pandangannya ke arahku.
"Saya sebagai orangtua dari Allisa hanya ingin yang terbaik untuk anak saya, apapun yang ia pilih... saya yakin itu yang terbaik untuk dirinya. Jadi... semua tergantung pilihan dari putri saya, Allisa..."ucap papa sambil menatapku sekilas. Aku refleks memeluk lengan mama. "Allisa Maulidina, putri kesayangan papa.... jadi apa jawaban kamu untuk Galang?"
Aku diam, sibuk meredakan degup jantungku yang tiada hentinya berdetak semakin kencang... aku menunduk sambil menggigit bibirku pelan sambil memikirkan jawaban terbaik atas semua permintaan Galang....
"Allisa..."ucapan Galang membuatku mendongakkan kepala dan terkejut begitu mendapati Galang sudah berjongkok dihadapanku dengan mata penuh pengharapan. Aku memandangi wajahnya lekat-lekat lalu tersenyum. "Aku mencintai kamu, selalu. Yang aku ingin adalah kamu selalu berada disisiku selamanya... aku ingin hanya kamu yang kulihat sebelum tidur dan setiap kali aku bangun sebelum memulai aktifitasku di pagi hari... kamu merupakan oksigenku, tanpa kamu.... dadaku rasanya sesak. Jadi... demi kesehatanku dan juga kamu, mau ya jadi istri dan ibu dari anak-anak kita kelak nanti?"
Aku meneteskan air mata begitu mendengar ucapannya yang sangat tulus, Galang Airlangga.... kamu sudah begitu dalam mencuri hatiku. Galang mengusap air mata di wajahku lalu mengusap kedua pipiku dengan lembut. "Jawab aku please..."ucapnya lagi.
"Iya... aku mau menjadi pendamping hidup kamu selamanya. Aku mau menjadi istri kamu..."ucapku sambil tersenyum tulus ke arahnya yang masih menatap kedua bola mataku lekat-lekat. Lalu dia pun menyodorkan sebuah kotak beludru berwarna biru dongker ke hadapanku dan membukanya perlahan, "Aku ingin kamu memakai cincin ini sebagai tanda pengikat kita...."ucapnya sambil meraih jemariku dengan lembut.
Aku segera menarik jemariku yang ia genggam. "Kenapa harus beli cincin lagi? Kemarin kan kamu udah kasih cincin ke aku..."
Galang menggaruk tengkuknya, "Lepas aja cincin yang kemarin aku kasih, please.... pakai cincin yang ini aja ya?"tanyanya setengah merajuk. Aku tetap menggeleng, "Lebih baik cincin ini sebagai cincin pernikahan kita aja."ucapku sambil mencubit hidungnya dengan gemas. Dia pun mengangguk pasrah dan kembali ketempat duduknya.
"Galang, karena putri kesayangan om sudah memilih kamu untuk menjadi pendamping hidupnya... om harap, kamu tidak membuatnya menangis dan tolong jangan pernah menyakiti hatinya.."ucap papa dengan tegas, papa emang 'my beloved man' banget!
"Sudah jam tujuh, sebaiknya kita makan malam dulu yuk!"ucap mama dengan ramah. Kami semua pun segera menuju ke ruang makan dan Galang duduk tepat dihadapanku. Kami semua makan dengan khidmat dan seringkali aku menangkap basah Galang yang sedang mencuri-curi pandang ke arahku. Aku jadi malu dan terus saja menunduk sambil mengunyah makananku.
"Setelah makan kita bicarakan tanggal baiknya, gimana? Mereka kan sudah sama-sama dewasa, jadi sebaiknya pernikahannya dipercepat saja. Mama sudah tidak sabar pengen gendong cucu."ucap mama sambil terkekeh pelan, duh si mama.... nikah aja belum, udah minta cucu aja.
Setelah makan malam, aku dan Galang duduk di ayunan yang berada di halaman belakang rumahku. Galang merangkul pundakku sehingga kepalaku bisa bersandar di pundaknya. Dia mengelus rambutku dengan sayang.
"Allisa, aku gak menyangka kita bisa kembali seperti dulu lagi..."ucapnya sambil mencium keningku singkat. Aku pun menatap kedua bola matanya, "Aku juga gak menyangka..."lirihku.
"Nanti kalau kita sudah menikah, kamu ingin punya anak berapa?"tanya Galang sambil tersenyum menggoda. Aku memeletkan lidah ke arahnya, "Nikah aja belum udah mikirin begituan! Huh, dasar mesum!"ucapku sambil mengembungkan pipi.
"Kan semua itu harus direncakan dari sekarang, sayang..."ucapnya sambil menarikku kembali kedalam rangkulannya. "Yang harusnya kamu pikirin tuh, semoga Anggra gak tiba-tiba merusak resepsi pernikahan kita nanti! Ngerti gak kamu?"tanyaku sambil menatap matanya tajam.
"Iya sayang... aku juga mikirin hal itu, aku akan perketat keamanan supaya dia gak bisa masuk dan merusak resepsi pernikahan kita."ucapnya sambil menarikku kedalam pelukannya. Aku mendongakkan wajahku ke arahnya, "Kamu janji akan lakuin itu?"tanyaku memastikan.
Dia menganggukkan kepala dengan mantap, "Iya sayang... aku janji."ucapnya, lalu mencium bibirku singkat sehingga membuat mataku terbelalak kaget. "Kamu mah main nyosor aja!"ucapku sambil mengerucutkan bibir kesal. Dia hanya terkekeh pelan dan memelukku kembali.
"Happy birthday sayang...."bisiknya ditelingaku. "I always love you..."
Aku menatap matanya sambil tersenyum manis, "Thank you my dearest. I love you too, Galang Airlangga...."
"Sayang, bisa kamu balik badan sebentar?"tanyanya pelan, aku menurut dan segera berbalik badan. Aku terkejut begitu Galang memakaikan kalung berliontin 'A' di leherku... "Ini hadiah untuk calon istriku yang selalu aku cintai."
Aku segera berbalik menghadapnya dan memeluknya erat, "Thank you so much, dear...."bisikku ditelinganya,".... aku suka kalungnya..."ucapku lagi sambil melepaskan pelukanku.
Dia menatap mataku dengan sorot penuh kelembutan, "Huruf 'A' itu melambangkan nama kita berdua... Airlangga dan Allisa."ucapnya sambil mengelus kalung pemberiannya.
"Aku gak bisa berkata apa-apa lagi, Lang...."ucapku sambil meneteskan air mata, tangis bahagia. Galang tidak merespon ucapanku, dia menunjuk langit, "Liat deh, lagi banyak bintang!"ucapnya sambil tersenyum senang.
Lalu kami pun menatap langit yang sama, memandangi bintang-bintang yang menemani bulan di malam nan indah ini. Mereka seakan menjadi saksi kisah cintaku bersama seorang Galang Airlangga, sahabat sekaligus calon suamiku...
--
Aku masih saja senyum-senyum sendiri mengingat malam dimana Galang beserta keluarga datang kerumah untuk melamarku secara resmi. Aku masih saja tersenyum begitu memandang diriku di cermin dengan memakai kalung pemberian dari Galang, seseorang yang teramat sangat aku cintai dalam hidupku setelah papa dan juga Ata. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar, aku terkejut begitu mendapati Ata bersama Audi berdiri di depan pintu kamarku sambil membawa bungkusan besar yang kuyakini merupakan kado ulangtahunku.
"Selamat ulang tahun Allisa."ucap Audi sambil memberikan bungkusan besar kepadaku. Mau tidak mau aku menerimanya karena tidak enak hati dengannya. "Makasih."ucapku singkat.
"Kak, katanya Audi mau ngajak kita makan siang di restoran Jepang. Ada Ramen loh disana... ikut ya kak?"ucap Ata sambil merajuk, tau aja dia kalau titik kelemahanku ialah Ramen. Mana mungkin aku menolak untuk makan Ramen, rasanya sudah lama sekali tidak makan ramen. Aaa Ramen... I miss you so bad!
"Yaudah sepuluh menit lagi kakak kebawah."ucapku, lalu segera menutup pintu walaupun mereka masih berdiri di depan pintu. Aku segera mengganti pakaianku dengan pakaian santai namun tetap terlihat sopan.
Begitu sampai dibawah, aku segera menghampiri mereka yang sedang asik bermain games yang sedang booming. Aku berkacak pinggang, "Ayo jalan sekarang! panas nih diluar."ucapku sambil mengembungkan pipi.
Mereka pun segera mematikan ponselnya dan menarikku untuk masuk kedalam mobil Audi. Aku duduk di belakang dan pura-pura sibuk bermain dengan ponselku. Tiba-tiba mobil yang kami tumpangi berhenti mendadak sehingga ponselku terjatuh ke bawah jok. Aku tertegun begitu menemukan foto Anggra disamping ponselku yang terjatuh. Kenapa bisa ada foto Anggra di mobil Audi? Sebenarnya ada hubungan apa diantara mereka berdua? Apa jangan-jangan dugaanku malam itu benar?
Aku berusaha terlihat biasa saja walaupun banyak sekali pertanyaan yang berputar-putar dibenakku saat ini. Biar aku cari tau apa maksud dari semua ini. Lihat saja kalau dugaanku terbukti benar. Mungkin aku benar-benar tidak akan sudi untuk melihat maupun memaafkan orang yang sedang menyetir dihadapanku ini.
"Kita sudah sampai...."ucap Ata sehingga membuatku tersadar dari lamunanku. Aku segera turun dan menggandeng lengan Ata memasuki restoran Jepang, kami memilih duduk di dekat jendela. Aku memaksa Ata untuk duduk disebelahku agar Audi tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan disaat seperti ini. Ata dan Audi sibuk memesan makanan sedangkan aku sibuk memandangi orang-orang yang berlalu lalang di depan restoran Jepang ini. Sudah lima belas menit namun makanan kami belum juga datang, perutku sudah menyanyikan lagu jazz-meminta diisi dengan makanan yang tidak lain ialah makanan favoritku selain cumi.
"Maaf lama menunggu, silahkan dinikmati pesanannya."ucap pelayan sebelum meninggalkan meja kami. Aku segera melahap Ramen-ku dengan semangat '45. Aku benar-benar merindukan makanan Jepang yang satu ini, hmmm lezat!
"Aku baru tau kalau kamu menyukai makanan Jepang."ucap Audi disela-sela kunyahannya. Aku hanya mengganggukkan kepala lalu kembali memakan Ramen-ku hingga habis tak bersisa. "Aku bisa loh ajak kamu ke Jepang, tapi kalau kamu mau menikah denganku."ucapnya tanpa dosa sehingga membuatku menyemburkan minuman ke arahnya. Kamfreto Audi!
"Tanpa harus menikah dengan kamu pun aku bisa pergi ke Jepang dengan uang hasil kerja kerasku! Kamu pikir aku ini perempuan matre apa?!"ucapku sambil menatap matanya dengan tajam.
Ata mengelus pundakku pelan berusaha meredakan emosiku, "Tenang kak... jangan emosi. Lebih baik kakak pulang sekarang, biar orang ini aku yang urus."ucapnya, lalu aku segera keluar meninggalkan mereka. Aku segera menyetop taksi dan pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, aku menendang bungkusan yang Audi berikan padaku tadi. Akibat tendanganku yang cukup kencang, isi dari bungkusan itu jatuh berserakan di lantai kamarku. Aku terkejut begitu mendapati isi dari bungkusan tersebut. Disana tertulis dengan tinta merah muda; Untuk Allisa tersayang, jangan lupa pakai kebaya ini saat resepsi pernikahan kita...(dari aku yang selamanya mencintai kamu, Audi Garelio).
Apa Audi itu seorang psikopat?! Kenapa dia jadi semakin menyeramkan dan membuatku takut seperti ini? Aku jadi takut kalau dia bakal menyakiti Ata.... aku harus segera menghubungi Ata... namun sudah berkali-kali aku telpon tak ada jawaban dari dia. Aku segera menelpon Galang agar dia segera datang kerumahku sekarang juga. Aku menunggu sekitar setengah jam hingga akhirnya dia datang dengan tergesa-gesa tak lupa dengan wajahnya yang terlihat panik.
"Galang, aku takut terjadi sesuatu sama Ata!"ucapku cemas.
Galang masih bingung, "Emangnya Ata dimana? Dia lagi sama siapa?"tanyanya sambil mengerutkan kening, bingung. Aku segera menunjukkan bungkusan yang diberikan Audi tadi kepada Galang. Galang terlihat emosi begitu membaca tulisan bertinta merah muda itu dan segera meremasnya dengan kuat.
Aku menceritakan kronologisnya kepada Galang dan kulihat rahang Galang mengeras dan juga napasnya memburu. Aku berusaha menenangkan dirinya agar bisa menahan emosinya. "Ayo kita susul Ata sekarang juga! Aku tidak ingin laki-laki brengsek itu melukai adik kamu!"ucapnya sambil menarikku setengah berlari menuju mobilnya.
Galang menyetir dengan gila-gilaan sehingga membuatku memejamkan kata karena aku sangat takut kalau kita akan menabrak dengan membawa mobil secepat ini. "Lang, jangan ngebut-ngebut! Kamu mau kita mati sebelum menikah?!"ucapku dengan keras sehingga ia segera merubah kecepatan mobilnya.
Begitu sampai di restoran Jepang, aku tertegun melihat Ata yang sedang memukuli wajah Audi berulang kali, lalu turun ke perut dan melakukan tinju yang berulang-ulang di perut Audi.
"Lo itu sahabat macam apa hah?! Berani-beraninya lo mau hancurin kebahagiaan orang yang gue sayang! Emangnya lo buta hah?! Dia itu kakak gue!"ucap Ata dengan napas memburu.
"Gue cinta sama kakak lo! Gue udah suka sama dia dari dulu! Tapi kenapa dia malah mau nikah sama orang lain?! Dia harusnya nikah sama gue!"ucap Audi sambil meninju balik Ata. Aku segera mendorong Audi menjauh dari Ata, "Jangan pernah sentuh Ata! Asal kamu tau, aku benci sama kamu! Jangan pernah muncul dihadapanku lagi!"ucapku sambil menarik Ata menuju mobil Galang.
"Kamu tunggu disini dulu, kakak harus samperin Galang."ucapku pada Ata.
Aku terkejut begitu melihat Anggra sedang melindungi Audi yang ingin dipukuli oleh Galang. Kenapa ada Anggra? Bukankah dia sedang berada di luar negri? Aku segera berlari dan menarik lengan Galang menjauh dari mereka berdua.
"Ke-kenapa ada Anggra...?"tanyaku bingung.
Galang hanya diam, dia juga terlihat heran. "Aku juga tidak tau,"ucap Galang. "Apa mereka berkerjasama untuk menghancurkan hubungan kita?"ucap Galang lagi sambil menatap mataku bingung.
"Lebih baik kita tanyakan langsung saja pada mereka."ucapku, lalu menarik tangan Galang agar mendekati mereka.
"Kenapa kalian bisa saling kenal?"tanyaku pelan. Mereka diam sehingga membuatku semakin penasaran.
"Dia sahabatku sejak kecil,"ucap Audi sambil mengusap perutnya yang kurasa masih sakit akibat pukulan dari Ata tadi. "Karena orang yang kami cintai akan menikah, mana mungkin kami tinggal diam?"ucapnya lagi, kali ini dia tersenyum licik. Aku dan Galang terkejut begitu mendengar perkataan Audi barusan.
"Jangan lo pikir gue bakal nyerah gitu aja buat relain lo nikah sama Galang... Asal lo tau ya, gue akan perjuangin Galang sampe mati sekalipun!"ucap Anggra sambil mendorong tubuhku sehingga tautan jemariku dengan Galang terlepas.
"Jangan macam-macam Anggra! Kamu sudah janji denganku untuk tidak lagi mengusik hubungan kami berdua! Lebih baik kamu cari seseorang yang bisa mencintai kamu, bukannya mengejar cinta yang tak akan mungkin berbalas. Mengerti?"ucap Galang sambil menatap mata Anggra tajam.
"Tidak akan pernah aku lepasin kamu untuk perempuan macam dia! Kamu hanya milik aku seorang, Galang Airlangga..."ucap Anggra sambil mencolek dagu Galang.
"Dan kamu, Allisa Maulidina... kamu hanya milik Audi Garelio seorang!"ucap Audi dengan lantang, lalu pergi bersama Anggra dan meninggalkanku bersama Galang.
Cobaan macam apa lagi ini?
⭐⭐⭐
Semoga suka ya!;)
(Salam hangat, rindingdong)❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Romance"Bagaimana aku tidak pingsan di tempat begitu melihat seorang laki-laki yang teramat aku cintai ternyata sudah memiliki kekasih yang tidak lain ialah sahabatku sendiri, Citra. Dan bagaimana aku bisa dengan mudah melupakan Adrian yang telah satu tahu...