•English

26 20 8
                                    

                            。Happy Reading 。

Keluarga Rusyadi, kini tengah berkumpul sarapan pagi di meja makannya. Mereka duduk di kursinya masing-masing saling berhadapan. Riana duduk di sebelah sang suami, sambil menyiapkan beberapa piring untuk mereka.

"Kita sarapan dulu ya, " kata Riana dan mulai menyodorkan beberapa piring pada mereka.

"Iya Ma, " jawab mereka serentak.

"Oh iya Ma, hari ini Papa sama Natan kayaknya gak bakalan kerja lembur. Soalnya, klien Papa bakalan pending deh meetingnya. " ucap Rusyadi memberi taukan.

"Iya bener, karena kemarin klien Papa yang bilang kalo soal meeting untuk hari ini sementara di pending dulu. " Natan pun ikut menimpali pernyataan dari Rusyadi, ayahnya.

"Ohh gitu ya. " Riana pun menganggukkan kepalanya.

"Tapi kenapa di pending Pa? " tanyanya heran.

"Katanya sibuk ngurusin yang lain dia. " jawab Rusyadi.

"Sibuk banget ya klien Papa, " kini yang bicara Hairiz.

"Ya iyalah namanya juga seorang pengusaha pasti sibuklah. " Johan pun ikut bicara dan menimpalinya.

"Iya bang Johan Alvaro, " ucap Hairiz dengan nada sedikit menekan. Johan terdiam juga.

"Udah udah, cepet sarapan dulu. " suruh Riana.

"Lu itu kepoan banget jadi orang Riz, " timpal Johan.

"Biarin kan gue bukan bang Johan, " kekehnya.

Yang lain hanya menyaksikan adu mulut antara mereka, dan tersenyum senyum melihatnya.

"Sudah, jangan adu mulut terus kalian, " ucap Rusyadi.

"Maaf ya Ma, Pa. " ucap Hairiz.

"Ya sudah, gak apa-apa. Yuk kita sarapan dulu keburu siang juga, " suruh Riana.

Pada akhirnya, mereka pun menikmati sarapannya dengan tenang dan hanya ada suara sentuhan sendok dengan garpu.

"Natan, kamu udah makannya? " tanya Rusyadi dan berdiri dari duduknya setelah selesai sarapan.

"Udah Pa, " jawabnya dan meneguk satu gelas susu buatan ibunya.

"Ya sudah kalo kalian udah selesai sarapannya, langsung berangkat aja. " kata Riana menyuruh pada mereka semua.

"Iya Ma, Papa sama Natan berangkat ya. " ucap Rusyadi dan mengulurkan tangannya pada sang istri.

"Iya Pa, hati hati ya, " Riana pun menyalimi dan mencium tangan kekar suaminya.

"Natan juga Ma, berangkat sama Papa. " diikuti dengan Natan untuk menyalimi tangan sang ibunya.

"Iya nak, hati hati ya, " pintanya.

"Iya Ma, pasti. " sahut Natan.

"Rendi juga berangkat kerja dulu, " Rendi pun melakukan hal yang sama.

"Oke Ma, kita juga berangkat ya, " diikuti dengan Johan, Nakata, Hairiz, Zian dan Jibrani menyalimi tangan ibunya dan menciumnya.

"Iya, kalian juga hati hati di jalan. " nasihat Riana.

"Ya sudah Ma, kita berangkat dulu. Mama juga jaga baik-baik di rumah ya. " pinta Rusyadi.

"Iya Papa, pasti kok, " yakin Riana.

"Assalamualaikum Ma, " ucap semuanya secara bersamaan.

"Waalaikumsalam, " jawab Riana lembut dan tersenyum.

TERLALU CINTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang