•Saling suka

10 4 2
                                    

  ꒰Happy Reading꒱


Hari semakin gelap. Keluarga besar itu, telah selesai dengan acara makan malamnya. Selanjutnya, kini mereka tengah menyibukkan dirinya masing-masing. Sementara, kedua orang tuanya sudah meninggalkan ruangan itu, dan pergi ke kamarnya saja. Beristirahat. Sebab seharian ini mereka cukup lelah. Makanya, mereka berdua tidur lebih awal. Lagi pula, ayah dari anak remaja lelaki itu akan kembali bekerja lagi esok hari.

"Ma, Pa. Jam segini udah mau tidur aja?" panggil Hairiz.

"Ehh iya nih Riz. Mama ngantuk banget sekarang. Jadi, Mama mau tidur duluan ya. Kalian kalo emang belum ngantuk, ya udah gak papa disini dulu sambil ngobrol-ngobrol kan. " jelas Riana, dengan ekspresi yang sudah sangat lelah.

"Hmm, ya udah Ma gak papa. " kata Hairiz.

"Papa juga sama?" giliran Johan yang bertanya.

"Ya, Papa juga mau istirahat. Besok kan kerja. Jadi, kita tidur duluan ya nak. " sahut dan jelasnya.

"Oh oke Ma, Pa. Kalo kalian udah pada ngantuk, tidur aja. Istirahat. " Johan mengerti.

"Iya Han. " sahut Riana.

"Ya udah ya, Mama sama Papa tidur duluan nak. Kalian jangan tidur larut malam, besok kan kalian juga harus beraktifitas lagi seperti biasanya. " nasihat Riana.

"Oke Ma, siap. " jawab mereka serentak.

"Bagus. Dah, kita istirahat dulu ya anak-anak Mama yang baik dan pinter. " pamitnya.

"Iya. Jangan pada ribut malem-malem ya. " peringat Rusyadi.

"Asyiap Pa. " jawab Hairiz.

"Okelah kalo begitu. " katanya.

"Selamat malam Mama, Papa. Tidur yang nyenyak kalian. Jangan lupa mimpi indah. " ucap Nakata, sembari tersenyum tipis.

"Iya Ma, Pa good night. " sambung Jibran.

"Iyaa, selamat malam juga nak. " balas mereka berdua.

"Oke. " sahut mereka serentak.

"Yuk Ma. " ajak suaminya.

"Yuk. "

"Bang. Mana oleh-oleh nya. Udah selesai juga kan makannya?" Jibran menagih kembali.

"Minta ke siapa lu?" tanya Zian.

"Ya siapa aja. Kan kalian pada bawa oleh-oleh dari sana. Ya kan?" jawabnya, enteng.

"Ehh, gimana sih lu. Tujuan lu mintanya ke siapa dulu. Malah ngejawab ke siapa aja. " Zian mengomelinya.

"Bang Razka. " santainya.

"Hah. Gue?" tunjuk Razka sendiri.

"Kenapa bang? Muka sampe kaget begitu, kayak yang ngeliat hantu aja. " ejek Johan.

"Tau. Dasar si bang Razka ini. Penakut ya. Hha," kini Hairiz lah yang mengejek.

"Diem lu. " tegasnya.

"Mana dong, baju atau printilan kecil buat kita. Ya kan Ran?" Nakata ikut menagih juga.

"Iya iya. Bawel banget sih lu berdua. " jawabnya, sedikit terpaksa.

"Kayak gak ikhlas aja ngasihnya. " sindir Nakata.

"Berisik lu. Udah mau di kasih juga, malah komen. " ucapnya, datar.

"Maklumlah bang. Namanya juga anak terlantar. Di tinggal sama kita-kita ke Yogya. Jadi gini deh kelakuannya. " ujar Zian.

"Ehh, lu kalo ngomong sembarangan ya Yan. Awas aja, ntar kalo gue sama si Jibran jalan-jalan, gue gak bakal ajak lu. " ancam Nakata.

TERLALU CINTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang