~Happy Reading~
Hairiz telah pulang dari sekolahnya dan sudah sampai di kediaman rumahnya. Dia pun langsung turun dari motornya dan memasukkannya ke garasi.
Hairiz berjalan menuju pintu depan rumahnya, dan disana hanya ada Nakata dengan Jibrani, karena saudaranya yang lain belum pulang dari tempat kegiatan mereka masing-masing. Ayahnya juga sama belum pulang dari tempat kerjanya, karena beliau kemungkinan akan lembur. Sementara ibunya, sedang pergi keluar sebentar membeli makanan untuk nanti malam bersama keluarganya.
Hairiz langsung saja membuka pintu rumahnya, tanpa mengetuk terlebih dahulu. Padahal pintunya sedikit tertutup, itulah Hairiz.
Cklek..
Pintu rumah dibuka oleh Hairiz dengan lebar.
"Annyeong Haseyo epribadeh, Hairiz Alvarel come back nih. " teriak Hairiz sambil melihat lihat isi rumahnya, apakah ada orang atau tidak.
Nakata dan Jibrani yang sedang berada di ruang keluarganya sambil asyik memainkan ponselnya, sedikit terkejut dan terganggu fokus mereka mendengar suara saudaranya yang begitu keras.
"Woyy, suara lu berisik banget. Ni telinga bisa copot ntar, "ucap Nakata sambil memegang kedua telinganya.
"Tau si abang, berisik banget lu teriak. Emang ini hutan apa. " gerutu Jibran.
"Masuk rumah tanpa permisi, maen nyelonong aja. Teriak-teriak lagi lu, " omel Nakata.
"Bener tuh, kalo masuk rumah ucap salam dong bang, kan lebih sopan. " sambung Jibran.
Hairiz hanya menyengir saja tanpa dosa, dan masih berjalan jalan di sekitar dua orang lelaki itu.
"Hehe, maaf gue lupa. " katanya sambil menggaruk kepalanya.
"Bukan lupa, emang gitu kelakuan lu tiap hari. " ucap Nakata.
"Gitu gimana coba?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Kurang akhlaknya, " sahut Jibran.
"Ran, bukan kurang tapi emang kagak punya akhlak dia. " ujar Nakata sambil melirik matanya ke arah Hairiz.
"Iya sih, " Jibran mengangguk.
"Baru juga gue pulang, udah kena omel sama lu berdua. Suruh duduk kek, apa kek, malah ngomelin gue. " ucap Hairiz memasang wajah cemberutnya.
"Emangnya lu tamu harus di suruh 'silahkan duduk' mas, " Nakata berucap seperti layaknya kepada seorang tamu.
"Hahaha, mas Iriz. " Jibran menertawainya.
"Dahlah gue mau mandi dulu, udah lengket nih badan. " kata Hairiz.
"Emang, badan lu tercium bau tau, " ledek Nakata sambil menutup hidungnya.
"Lu juga sama bau, huuuu.., " Hairiz membalasnya dengan sorakan.
"Idih siapa bilang. Gue udah mandi kali, udah wangi gini. Ya nggak Ran?" katanya dan minta persetujuan pada Jibrani.
"Belum juga, " jawab Jibran dengan jujur.
"Ahahaha, tuh kan kata si Jibran juga apa. Lu juga belum mandi, pake sok sokan bilang udah mandi, udah wangi, " Hairiz menertawai Nakata dan bicara dengan ledekannya.
"Banyak ngomong lu, sana buruan mandi. Keburu kiamat cepetan, "suruh Nakata layaknya cara mengusir.
"Astagfirullah, jangan ngomong gitu bang, gak baik tau. " ucap Hairiz.
"Canda gue, " katanya.
"Udah bang, pergi mandi dulu deh. Nanti kalo udah giliran Jibran yang mandi, " suruh Jibran juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERLALU CINTA [On Going]
Ficção Adolescente~~~ Kisah ini menceritakan tentang Penderitaan seorang lelaki yang tak bisa memiliki seseorang yang di cintainya, meskipun dia telah mencoba menjalani hubungan dengan gadis lain. Lelaki itu sangat tersiksa dan terluka hatinya. Dia selalu mengingat k...