•Tingkah laku Nakata

28 23 11
                                    

                            。Happy Reading。

Riana kini tengah bersih-bersih setelah dia pulang dari keperluannya di luar, sementara dengan anak laki-lakinya mereka tengah berada di ruang tengah dan mereka sedang berbincang-bincang kecil di ruangan itu. Tapi, di ruangan itu ada yang tengah bermain dengan ponselnya dan ada juga yang diam saja sambil memainkan benda yang ada di sekitarnya, ada juga yang tengah mendengarkan musik di telinganya dengan memasang earphone.

"Gue pengen beli baju yang keren nih, soalnya baju-baju udah pada bosen. " Hairiz bersuara sendiri sambil melihat lihat baju yang mau dia beli di handphonenya.

"Tinggal beli aja Riz, " titah Johan.

"Uangnya pasti belum cukup ya buat beli bajunya, " Zian ikut menimbrung dan meledeknya.

"Harus kerja dulu kalo mau beli apa-apa, baru kita bisa beli ini itu dengan uang sendiri jadi bebas mau beli apa aja. " ucap Nakata.

"Nah bener kata si Naka, " setuju Johan.

"Iya sih bener, tapi kan kerja masih lama gue mah kan masih sekolah. " kata Hairiz dan sadar bahwa dirinya memang masih sekolah, tapi sebentar lagi dia akan lulus.

"Lah iya, tapi kan nanti juga bakalan kerja bukan sekarang gitu, " ucap Nakata memberi tahu.

"Si Hairiz emang gak pekaan banget. " timpal Johan.

"Bukan gue gak peka, gue cuman mau beli bajunya sekarang gak mau di nanti nanti. " katanya lagi terkekeh.

"Minta ke bang Zian aja tuh, dia kan paling bisa dan banyak nyimpen duit. " kini Jibrani pun ikut menimbrung dan menolehkan wajahnya ke hadapan Zian yang tengah memainkan ponselnya sedari tadi.

Zian merasa dirinya disebut, dia langsung melotot dan cukup kaget mendengar perkataan dari Jibrani.

"Eh iya ya lupa gue, kan elu Zi yang punya banyak uang. " Hairiz baru sadar.

Nakata dan Johan hanya diam saja melihat perbincangan mereka.

"Apaan gue juga kan banyak keperluan sekolah sama keperluan yang lain, " katanya penuh keyakinan.

"Yah elu mah pelit amat sih sama abang sendiri, ayolah beliin gue baju baru dong. " pinta Hairiz memohonnya.

"Ke bang Natan aja minta Riz, pasti dia bakalan ngasih deh. Soalnya lu juga kan yang suka ngebujuk bang Natan kalo mau minta apa-apa. " suruh Nakata.

"Lu juga deket banget sama bang Natan, " timpal Johan.

"Nah bener tuh, " angguk Zian.

Dia bukannya gak mau ngasih dan bukannya pelit, tapi dia juga sama banyak keperluan pribadinya. Jadi dia harus pinter-pinter ngatur uangnya untuk keperluannya, uangnya sih cukup banyak tapi dia ingin uang itu di simpan dengan baik untuk masa depannya nanti.

"Bener juga ya. Ya udah deh gue mau minta ke bang Natan aja minta beliin baju keren buat gue. " Hairiz penuh semangat.

"Ya udah, " jawab dari ketiga lelaki itu.

"Oghey, " ucap Hairiz.

Jibrani yang tengah bermain game seperti biasanya, kini Nakata menghampirinya.

"Dedek iblan, mau ikutan maen dong abang, " manja Nakata sambil bicara seperti anak kecil yang cadel.

"Ihh geli gue bang dengernya, " kata Jibrani.

"Bialin kamunya sih gemesin mulu, bikin abang makin greget ama kamu, " kelakuan Nakata yang selalu bermanja-manja terhadap adiknya.

"Hahaha si Jibran di peluk peluk gitu sama orang aneh, " ledek Hairiz menertawainya.

TERLALU CINTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang