•Makan Malam

34 24 25
                                    

                              。Happy Reading。

Waktu telah menunjukkan pukul 19.20, dan dengan Riana, dia kini sudah berlalu menuju dapurnya untuk menyiapkan makan malam keluarganya. Sementara dengan lima anak lelakinya, mereka tengah duduk di kursi ruang makan sambil memainkan ponselnya masing-masing.

Di sana posisi duduk mereka bersebelahan. Johan bersebelahan dengan Nakata, Hairiz bersebelahan dengan Zian dan dengan Jibrani dia duduk di sebelah kursi yang masih kosong belum di duduki oleh siapapun, mungkin untuk ibunya ataupun ayahnya. Jibrani duduk berhadapan dengan Nakata.

"Kok bang Razka belum pulang ya? " Hairiz memulai bicara dan heran dengan abangnya itu.

"Masih sibuk kerja dia. " sahut Johan.

"Padahal cuman di cafe lho kerjanya, kan kerja di cafe cafe biasanya pulangnya gak bakalan malam banget deh, " kini Nakata yang menimpali dan meyakininya.

"Masa sih, sok tau banget lu bang. " ucap Zian.

"Ehh, gak percaya lu. " jawab Nakata sambil nyolot.

"Enggak, " singkat Zian.

"Mau buktinya, kita kesana yuk, " Nakata ingin membuktikannya dengan ajakan dia pada Zian.

"Ngapain kesana udah malem juga, " timpal Hairiz pada Nakata.

"Biar si Zian tau, kalo bang Razka pasti udah mau selesai deh kerjanya. Gue yakin, " Nakata penuh dengan keyakinan.

"Tapi bener juga kali kata si Naka, kalo kerja di cafe tuh biasanya gak bakalan larut malam amat pulangnya, " Johan sependapat dengan lelaki itu.

"Iya deh iya, " Zian kini pasrah dan meng-iyakan saja perkataan dari abang abangnya.

"Hahaha, marah dia. " ejek Hairiz tertawa.

"Kenapa ketawa lu? " tanya Nakata.

"Lucu aja, hahahaha. " jawabnya masih tertawa.

"Ihhh, gak jelas ni anak. " kata Zian.

"Gue yakin bang Razka bentar lagi pulang, " Nakata masih meyakinkan perkataannya.

"Gue yakin bang Razka pasti bentar lagi pulang, " Zian menirukan ucapan dari Nakata sambil bicara dengan cara meledek.

"Mama masih di dapur ya? " tanya Hairiz pada Johan.

"Iya tuh, " jawabnya singkat.

Waktu telah menunjukkan pukul 20.00, tapi kedatangan Rusyadi dan dua anak lelakinya masih belum pulang dari tempat kerjanya. Riana masih sibuk memasak untuk makan malam keluarganya. Sementara dengan lima anak lelakinya, mereka tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing sambil duduk di kursi meja makan itu.

"Mana bang Razka, belum pulang tuh udah jam 8 juga. " kata Zian tidak percaya dengan perkataan dari Nakata tadi.

"Masih di jalan kali, " sahut Johan dengan tenang, tapi posisinya sambil memainkan ponselnya.

"Bener tuh, " Hairiz ikut menimpalinya.

"Gak percayaan banget ni anak, " ucap Nakata sambil menghadapkan wajahnya pada Zian.

Jibrani hanya melihat pembicaraan antara sesama saudaranya sedari tadi, sambil senyum senyum.

"Emang, " kata Zian.

"Terserah lu deh, " Nakata sudah lelah memberi tau adiknya yang tak percaya.

Jibrani yang tengah melihatkan kedua abangnya itu, tiba-tiba Nakata menghadapkan wajahnya pada Jibran dan bicara padanya.

TERLALU CINTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang