•Arsya heico

4 3 0
                                    

¶Happy Reading¶


Hari ini, tepatnya hari Senin. Kedua remaja lelaki yang katanya di tinggal oleh saudaranya yang lain, kini mereka berdua sedang berada di sebuah ruangan. Yakni ruang makan. Mereka berdua, serta ayah dan ibunya tengah sarapan pagi sekarang. Mereka akan kembali melakukan aktivitas rutinnya seperti biasa.

Belum ada kabar, bahwa saudaranya yang lain akan pulang hari ini. Tapi mungkin, mereka sudah janji akan pulang hari ini. Namun, belum tau kapan jam pulangnya. Jadi, masih menunggu kabar dari mereka yang bersangkutan.

"Oh ya Pa. Belum ada kabar dari Razka, mereka mau pulang hari ini?" tanya Riana, yang tengah menyodorkan nasi untuk suami dan kedua anak remajanya.

"Belum. Nanti juga dia kabarin kesini. Mama tenang aja, gak usah cemas. Udah pada dewasa juga mereka. " jawab Rusyadi, mencoba menenangkannya.

"Hmm, iya Ma. Lagian, mereka juga yang bilang. Kalo pulangnya sekitar 3 sampe 5 hari." sambung Nakata.

"Emang iya bang?" tanya Jibran. Tak tahu menahu.

"Iya, kalo gak salah. Haha, " sahutnya, lalu tertawa.

"Yeuu, dasar. " sorak Jibran.

"Hm. Ya udah deh kalo gitu. Semoga mereka selamat sampe rumah. " ucap Riana, penuh harap.

"Amiin. " balas mereka.

"Ya udah, sarapan lagi. Habis ini langsung berangkat. Biar gak kesiangan. " suruh Riana.

"Siap Ma. " sahut mereka bertiga.

"Papa juga mau berangkat pagi-pagi. Ada meeting penting sama klien. " sambung Rusyadi.

"Ohh ya udah kalo gitu. Papa mau langsung berangkat?" tanya Riana.

"Iya Ma. Berangkat ya Papa. " Rusyadi telah selesai dengan sarapannya, dan langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Lho Pa. Gak mau anterin Jibran dulu nih?" pinta Jibran, bertingkah seperti anak kecil.

"Kamu sama abang kamu aja Ran. Kan Papa mau berangkat buru-buru. Nanti kalo anterin kamu dulu, yang ada telat lho. " Riana sedikit mengomelinya.

"Tau. Manja banget lu. Udah gede juga. " omel Nakata.

"Ya udah sih, Jibran kan cuman becanda doang. Dibawa serius aja. " ujarnya.

"Makanya, pagi-pagi jangan banyak becanda. Jadi di bawa serius. " ucap Nakata.

"Ohh, kirain iya mau di anterin. " kata Riana.

"Iya. Maaf ya nak, Papa gak bisa anterin kamu. Soalnya Papa juga harus berangkat lebih awal. Jadi, kamu sama abang kamu dulu ya. " ucap ayahnya, tak tega.

"Ih Pa. Apaan sih. Jibran kan cuman becanda, gak beneran. Jangan di pikirin, udah gak papa kok Pa. Jibran mau berangkat sama bang Naka aja. Kan emang biasanya suka bareng. Ya kan bang?" ujarnya, lalu melirik ke arah Nakata yang masih membenarkan seragam sekolahnya.

"Hmm. " gumamnya, tanpa menoleh.

"Singkat amat jawabnya. " cibir Jibran, namun pelan.

"Ya udah. Kalian pada berangkat juga ya. Nanti telat lho. " perintah ibunya.

"Papa duluan ya Ma. Assalamualaikum. " pamitnya, tak lupa untuk mencium kening sang istri. Begitu juga pada kedua anak remajanya, mereka mengulurkan tangan untuk mencium tangan ayahnya.

"Waalaikumsalam Pa. Hati-hati ya. " balas Riana, beserta kedua anak remajanya.

"Iya. Dahh, " sahutnya, dan melambaikan tangannya.

TERLALU CINTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang