~Happy Reading~
Hari ini, tepatnya di malam hari Rusyadi family kembali berbincang-bincang hangat, seperti biasanya. Remaja anak lelaki dari dua pasangan insan tersebut, melengkapi ruangan keluarganya yang dipenuhi dengan suasana aman, nyaman, dan juga tenteram. Itu sebabnya, jika mempunyai keluarga hangat seperti mereka, rumah pun selalu ramai diisi oleh kedua orang tuanya dan remaja anak lelaki yang begitu tampan nan menawan itu.Eits, tapi bentar. Anak yang pertamanya kan masih di luar, belum pulang ke rumahnya. Ya, dia masih melakukan aktivitas kerja di luar, namun sebentar lagi dia juga pulang. So, yang berada di home itu hanya keenam adek-adeknya dan Mama Papa nya.
"Pa, kok bang Natan belum pulang? Harusnya barengan sama Papa. Iya gak?" Hairiz membuka suara, dengan langsung banyak bertanya-tanya.
"Iya memang harusnya barengan tadi. Tapi, katanya dia mau ke rumah temennya dulu, ada urusan penting. " jawab sang ayah, sedikit menjelaskan.
"Ohh gitu. Apa jangan-jangan, si abang Natan malah apel ke rumah pacarnya. Hahaha, " Hairiz menebaknya, lalu tertawa lepas.
"Sok tau lu bocah. " timpal Razka.
"Apa sih bang, iri aja sama adek sendiri. " Hairiz menyolot, sambil meledekinya.
"Hah? Iri? Sorry, gue gak ngiri sama lu Riz. " sombongnya.
"Emm, belagu amat si abang. Bilang aja, iri kan?" Hairiz masih terkekeh-kekeh.
Razka yang sudah tak tahan dengan emosinya, langsung saja dia menepuk-nepuk lengan milik adeknya. Itu pun cukup keras di buatnya.
"Galak amat nih orang, " batin Johan.
Yang lain hanya menyaksikan dengan dipenuhi tawa cengengesan, karena kelakuan kedua remaja itu.
"Sakit ahh bang. Galak amat sih jadi orang. Ntar gak ada yang suka hayohh, " ringis Hairiz, lalu mengancamnya.
"Siapa suruh, bikin emosi gue naik mulu lu. Ya gue hajarlah, meski cuma gitu doang. Ntar kalo lu semakin ngelunjak, bakalan lebih parah dari ini. Tau lu?" teriak Razka, masih memperlakukan adeknya yang terlihat kesakitan olehnya.
"Uhh, TBL..TBL..takut banget lho. " Hairiz memasang wajah yang sok sokan terkejut. Padahal aslinya sudah biasa dengan hal semacam itu.
"Heh Riz, bukan takut banget lho. Tapi, ganteng banget lho. " ujar Johan.
"Nahh itu dia. Bener yang dibilang sama si Johan, gue ganteng banget kan? Emang deh, adek gue yang paling baik lu Han. Bagus, terus begitu ya. " Razka langsung kepedean, dan bangga terhadap dirinya.
"Hahaha, membujuk dalam pertengkaran lu mah bang. Hahaha, " ucap Zian, tertawa-tawa.
"Isshh, bang. Bisa kecilin dikit kagak ketawa abang? Kenceng banget, kayak motor RX-King." omel Jibrani.
"Heh, sembarangan lu bocah. Lagian, lucu sih gue dengernya. Hahaha.., " Zian masih belum puas menertawakannya.
"Serah abang dahlah. " pasrah Jibran.
"Sstt, udah jangan berantem. Bentar lagi abang kalian pulang lho. " cegah Riana, mengingatkan.
"Maaf Ma, ini nih si Hairiz bikin ulah aja kerjaannya. Gini kan jadinya. Maaf ya Ma, Pa. " ucap Razka menyalahi adiknya.
"Lu kali, bukan gue. " bisik Hairiz.
"Berisik lu. " balas Razka.
"Tom&Jerry emang kalian berdua. " tukas Nakata, membuka suara.
"Wahh bang, kebangetan dia. Hajar bang, hajar. " Hairiz mencoba mempengaruhi Razka, namun Razka hanya diam saja.
"Laknat lu jadi adek. Beraninya lu mempengaruhi gue kayak gitu, kagak ya. " ucap Razka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERLALU CINTA [On Going]
Roman pour Adolescents~~~ Kisah ini menceritakan tentang Penderitaan seorang lelaki yang tak bisa memiliki seseorang yang di cintainya, meskipun dia telah mencoba menjalani hubungan dengan gadis lain. Lelaki itu sangat tersiksa dan terluka hatinya. Dia selalu mengingat k...