•Benci (Benar cinta)

13 4 0
                                    

~Happy Reading~


Belum lama, Laura dkk berjalan ke arah pintu luar cafe itu, Arsya dan Nakata tak sengaja berpapasan langsung dengan mereka. Seketika mereka semua cukup terkejut, karena saling bertemu disana.

Lain halnya dengan Nakata dan Arsya. Mereka berdua sudah tau, bahwa Laura dan kawan-kawannya memang berada di cafe itu. Namun, Laura dkk belum mengetahuinya. Maka dari itu, mereka cukup kaget melihat keberadaan dua remaja lelaki itu. Di tambah langsung berpapasan begitu saja, tanpa di sadari. Cukup surprise bukan?

"Lho. Lo kan cowok yang waktu itu ngajak gue bareng kan? Ngapain lo disini?" ketus Sheila, setelah mendapati Arsya di hadapannya.

Arsya hanya dapat menunduk malu. Namun, ingin rasanya dia mengucapkan kata maaf. Tapi, mulutnya yang tak bisa bersuara. Entah mengapa dia jadi begitu. Toh, dia juga tidak punya salah.

"Siapa Sheil?" bisik Luna, mulai kepo.

"Iya siapa sih. Lo kenal sama dia Sheila?" giliran Yuka yang bertanya.

Sheila belum bisa menjawabnya. Dia hanya menatap tak suka ke arah Arsya yang tengah menundukkan kepalanya, tanpa berkedip.

"Ehh, ada lo juga ternyata. Lo temennya dia ya?" Laura baru sadar, bahwa Nakata pun ada di depannya. Lalu bertanya padanya.

"Hmm, iya. Emang kenapa?" Nakata bertanya balik.

"Pantesan sama. Suka muncul tiba-tiba. Gak disitu, disana, disini. Kenapa sih, gue selalu aja ketemu sama lo?" ucap Laura, dengan nada penekanan.

"Ganteng banget sih dia. Cocok nih buat gue yang cantik. " batin Luna, tersenyum-senyum sendiri, kala melihat wajah Nakata yang memang tampan itu.

"Punya temen gini amat ya. Yang satu malah bengong ngeliatin cowok itu, yang satu udah biasa suka galak-galak sama cowok. Lha, di tambah yang satu ini. Malah senyum-senyum sendiri lagi. Hadeuh, lama-lama gue bisa gila nih. " dalam hati Yuka, merasa sangat frustasi atas temannya.

"Terserah gue dong. Mau gue ada disana, disitu, dimana-mana. Itu hak gue. Lagian, gue sama si Arsya nyempetin waktu buat ngopi disini, selepas pulang sekolah. " tegas Nakata.

"Serah lo deh. Gue gak peduli. Tapi masalahnya, kenapa mesti ketemu terus sama gue? Lo ini ada dimana-mana ya. " nada jutek Laura.

"Ya gak tau lah. Mungkin takdirnya aja sering ketemu. " sahut Naka.

Laura hanya melengoskan bola matanya malas.

"Lo berdua satu kelas ya?" tanyanya.

"Iya. Gue sama si Arsya satu kelas. Kelas multi media 2. Kenapa emang?" jawab Nakata, lalu bertanya balik.

"Ouhh. Ya gak papa sih, cuman nanya doang. Gak usah sewot kali jawabnya. " datar Laura.

"Siapa yang sewot? Orang gue cuman ngejelasin. Fakta itu. " jelas Naka.

"Na. Udahlah, kita balik aja buruan. Daripada nanti makin runyam urusannya. Gue gak mau ya. Yuklah pulang. " bisik Arsya, sedikit takut dia.

"Gak lakik banget sih lu jadi cowok. Belajar berani dong. Masa kalah sama cewek. Kan dia juga gak bakalan macem-macem sama lu Sya." ucap Nakata dengan cara berbisik, namun dapat terdengar oleh Arsya.

"Ya iya sih. Tapi kan, kita udah mau balik. Ngapain sih harus debat dulu sama mereka. " Arsya masih dengan pendiriannya.

"Ngapain lo berdua bisik-bisik?" tegur Sheila.

"E-enggak, gak papa. " gugup Arsya.

"Sheila. Gue nanya dari tadi, lo kenal sama dia?" Yuka mengulanginya lagi.

TERLALU CINTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang