Didalam sana hanya ada polisi dan dua lelaki yang saling melemparkan tatapan tajam, Alaska bangun dari ranjangnya, walaupun kepalanya sangat pusing namun dirinya harus kuat. "Lo siapa? dan kenapa lo tau Cici?" Alaska bertanya dengan dingin.
"Mungkin kaka lupa sama aku, tapi aku ga akan lupa sama KEJAHATAN KAKA!" Lelaki dengan tangan di brogol itu memancing amarah seorang Alaska yang berada didepan nya.
Alaska menatap tajam lelaki didepan ini. "MAKSUD LO APA HA!" Alaska ingat siapa Cici, namun tidak orang didepan nya.
Allicia Nirendra, orang terdekatnya sering memanggilnya Cici, wanita ini sangat ceria dan suka sekali membuat orang disekitarnya ikut tersenyum didekatnya, namun sayang nya Cici hanya mau bersama dengan Alaska Dirgantara.
Dahulu Alaska dan Cici bersahabat, kemana pun Alaska pergi selalu ada Cici disampingnya, begitupun sebaliknya.
Hingga pada saat itu, saat Alaska yang bukan lagi menganggap Cici sahabat nya, namun menganggapnya layaknya seorang kekasih, siapapun yang berani mendekat dengan Cici akan berurusan dengan Alaska.
Cici sangat bahagia diawalnya, namun dirinya bertemu dengan pria yang menolong di sebuah minimarket yang membuat Cici tersenyum, Cici terus terusan mencari dimana pria itu dan sekolahnya.
"Kaka tau ga?, Tadi Cici ketemu orang baik!" Ucap Cici dengan nada yang sangat bahagia.
"Kaka gatau sayang, emang siapa hm?" Tanya Alaska sambil mengelus rambut panjang milik Cici.
Cici menggelengkan kepala lalu menatap Alaska. "Nda tau. Cici cuman tau dia bantuin Cici waktu bayar dikasir."
"Nanti kalo ketemu gantiin uang nya." Cici menganggukkan kepalanya semangat. "AY AYA KAKA."
Alaska mengerutkan keningnya ketika ada seseorang yang mendekat kearah motornya. "Kaka liat apa?"
"Ada yang deketin motor Kaka, Ci" Cici juga mengikuti arah pandangan Alaska. "Anak buah Kaka mungkin Ka."
"Bisa jadi." Aalaska memeluk Cici dengan sangat erat dan mencium pucuk rambutnya. "Cici tau Ada tang lebih dari kata sayang."
"Tau dong!" Alaska Mengerutkakn keningnya. "Apa hm?"
"Cinta!!" Sahut Cici dengan nada semangat. Alaska tersenyum lalu mengacak acak rambut wanita pelukannya ini. "Cici sayang kan sama Kaka?"
Cici melepaskan pelukan Alaska lalu menatap nya. "Ga, Cici cinta sama Kaka."
Alaska gemas dengan wanita satu ini dengan cepat dirinya mencubit kedua pipi Alaska. "Kaka ayo pulang, Cici udah ngantuk."
"Ayo." Alaska hendak berjalan ke motornya, namun motor yang sebelum nya ada disana sekarang sudah tidak ada, Alaska berlari mencari orang yang mendekat ke motornya sebelumnya. "TUHKAN CI KAKA BILANG APA, BUKAN ANAK BUAH KAKA!!" Alaska berteriak pada Cici.
"Maaf Kaka, Cici nda tau." Air mata Cici sudah berlinang karana takut mendengar nada bicara Alaska seperti itu.
Alaska menaik Cici dalam pelukannya dan mengelus rambut Cici. "Shuttt udah ya maafin Kakak, gapapa nanti Kaka beli motor baru." Cici hanya menganggukan kepalanya pelan.
"Kita jalan kaki aja gimana, mau?" Cicin mendongak lalu menganggukan kepala semangat. "Mau, ayo."
Mereka berdua jalan menelusuri jalanan ang gelap, sampai truk yang berjalan dari rah belakang Alaska dengan kecepatan penuh.
Cici melihat itu langsung mengubah posisi nya dan mendonorong Alaska, membuat truk itu menabrak dirinya dengan kencang membuatnya terpental, mobil itu sempat berhenti sejenak lalu melanjutkan berjalan kembali.
Alaska yang melihat Cici sudah tergeletak dengan darah dikepalanya yang sudah merembes di aspal membuat nya menatap Cici dengan lemas dan berlari dengan air mata yang sudah berlinang dipipi nya. "Ci bangn Ci, Kaka tau kamu kuat Ci."
Alaska menompang kepala Cici dan dibawanya kedalam dekapan. "CICI BANGUN!!!"
Alaska menaruh tangan Cici yang sudah dingin dan menaruhnya di pipi nya. "Cici sayang sama Kaka, ayo bangun sayang bangun...." Alaska sudah menangis sejadinya.
Merasa bodoh karna tidak melihat truk dibelakangnya dan membuatnya kehilangan orang yang dirinya sayang. "Kaka sayang Cici, ayo Cici bangun.."
Nyawa Cici pun sudah tidak bisa ditolong, membuat Alaska hancur dimalam itu dengan baju yang sudah berlumuran darah dan tangisan dibawah guyuran hujan yang deras.
Alaska ingat itu, sangat ingat. Alaska menatap Erlan dengan mata yang sudah berair karna mengingat hal itu kembali. "Cepet bilang kenapa lo tau Cici?"
"AHAHAHA, karna gue suka sama Cici!!" Erlan mendekat ke wajah Alaska. "Apa lo tau, kenapa gue tau dimana jahat nya lo!?"
Alaska hendak memukul Erlan namun polisi langsung menari Erlan. "Tahan emosi anda."
"Cepet bilang bajingan!!" Alaska lepas kendali lalu memukul perut Erlan dengan kuat.
Para polisi hanya berusaha untuk Erlan tidak ikut emosi. "KARNA GUE MAU BUNUH !"
Alaska menatap tajam lelaki didepan nya. "JADI LO SOPIR TRUK ITU HA?!"
"ya, itu gue!" Erlan diam diam mengambil gelas yang kosong yang diatas meja nya. "Karna lo udah berani beraninya buat CICI MATI ANJING!!!" dengan sekali benturan gelas dimeja membuat gelas itu pecas dan hanya tangkai yang tersisa.
"LO YANG NABRAK CICI BODOH!!" Erlan hanya tertawa lalu mendekat ke arah Alaska, para polisi sudah was was dengan pistol yang dipegangnya.
"SODARA ERLAN LETAKAN KEMBALI KACA ITU!!" Ucap salah satu polisi itu, namun erlan tetap maju.
"KARNA LO YANG SEHARUS NYA MATI!!" Dengan sekali tancapkan tangkai gelas itu terkena di dada kiri Alaska, berbarengan dengan itu sebuah peluru panas terkena kepala Erlan, membuat suara nyaring yang terdengar hingga keluar ruangan, membuat semua yang diluar kaget.
Mereka semua masuk dan melihat Alaska yang sedang menggengam tangkai gelas yang sudah tertancap dan Erlan yang sudah tergeletak dengan darah yang mengalir dari kepala Erlan. "Mas!!"
Oliv berlari mendekat kesuaminya. "Mas hikss, ini ada apa." Oliv memegang dada Alaska.
Devan keluar dan berteriak. "DOKTER, DOKTER WOI ANJING DOKTER TEMEN GUE BANGSAT!!!"
Dengan setengah sadar Alaska menggenggam tangan Oliv . "Bun-da... akhh ku m-mau dia pang-gilhh ay-yahh." Alaska mengucapkan itu dengan nada yang lemah dan menahan sakit didada nya.
Oliv menganggukan kepalanya, mengenggam tangan Alaska dengan kuat. "Kamu bertahan ya." Alaska hanya berangguk lemas dan menutup matanya.
"KAMU JANGAN TUTUP MATA MAS!!!" Alaska mebuaka matanya dengan sangat sulit. "Bunda... s-sakithh"
Air mata Oliv menetes diwajah Alaska. "Mas jangan banyak bicara."
semua yang ada disana sudah khawatir dan menangis karna melihat darah ang merembes di dada Alaska. "Bos lu bertahan bos..." Ucap Bobby dengan lirih.
"Mas mau liat Nevra kan? Atau mau liat Cio, Ayo mas bangun.." Oliv berusaha membuat Alaska betahan.
"DOKTER ANJING MANA SI GOBLOK! TEMEN GUE SEKARAT ANJING!!!" Karel berteriak sendiri, mencaci maki dokter yang lama datang keruangan Alaska.
"Nevra.... C-cio, Ayakhh sayangkhh akhhh..." Alaska sulit untuk bicara kembali, dirinya memejamkan matanya.
kehilangan memang bukan lah hal yang mudah untuk dilupakan.
sama dengan Alaska yang kehilangan Allcia separuh hatinya dulu, dan sekarang Oliv yang kehilangan separuh hatinya Alaska Dirgantara.
Dan Erlan, lelaki yang ingin membalas dendam karna kehilangan wanita yang dicintai nya, yang menjali hubungan dengan Alaska.
SAMPAI BERJUMPA LAGI DI E&C.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKA MY HUSBAND
Teen FictionBagaimana rasanya dijodohkan dengan ketua geng yang paling menakutkan di Jakarta? Dia bahkan hanya mengenal namanya dan juga ketangguhannya dalam berkelahi serta membawa motor. Bimbang, takut, dan banyak lagi perasaan yang dirasakan oleh Olivia Ange...