Pagi ini Oliv turun dengan dengan wajah yang lebih fresh dari sebelumnya, dirinya melihat teman-temannya yang masih tertidur dengan saling menimpa satu sama lain.
Bobby yang kaki nya sudah ada di atas kepala Ucup, sedangkan yang lainnya menimpa satu sama lain, Oliv menggelengkan kepalanya dan bergegas ke dapur membuat sarapan untuk mereka semua.
Bobby yang sedang tertidur mencium aroma makanan membuatnya bangkit walaupun matanya masih tetutup, namun langkah nya sangat cepat ke arah dapur.
Oliv yang baru saja menambil makanan dari dapur untuk meletakkannya di meja makan, terkejut melihat lelaki yang sangat doyan makan ini sampai disini dengan mata yang masih tertutup.
Oliv menatap Bobby dengan heran dan meletakkan makanan di meja. "Heh lo ngapain." dengan sekali tepukan di pundak Bobby terjatuh dan kembali tertidur.
Oliv melongo menatap Bobby yang terjatuh lalu kemabli tertidur dilantai, dirinya menggaruk pipinya lalu menatap ke ruang televisi, disana ada Ucp dan lain yang masih tertidur pulas. "Ucup makanan nya siap!!"
Dengan sengaja Oliv bertiak dan membuat Bobby dan yang lainnya bangun kemudian berhamburan menghampiri meja makan dengan mata yang masih kankuk. "Makan aja cepet!!"
Degan kesal Oliv menarik bangku lalu duduk dibangku, namun belum ada beberapa detik dirinya duduk perutnya terasa mual melihat masakannya sendiri.
Oliv berlari ke arah kamar mandi dan mengeluarkan semua cairan bening dari mulutnya, semua teman nya dar dan bergegas melihat Oliv. "Liv lo gapapa kan?." Tercetak jelas di wajah teman temannya, jika mereka semua khawatir.
Oliv menggeraka tangan dan mencuci mulutnya. "Gue gapapa." Oliv menghadap mereka semua dan tersenyum. "Ini karna baby nya mau ketemu ayahnya." Ucap Oliv seraya mengelus perutnya dan tersenyum manis.
"Weh lo hamil?." Oliv menganggukkan kepalanya mantap. "Gue jadi babeh dong?" Sorang Bobby dengan semangat.
"Jelek amat babeh."Ucup meledek Bobby. "Yang penting ganteng." Sahut Bobby.
"Udah kalian siap siap, gue mau liat suami gue." ucap Oliv diangguki oleh mereka dengan semangat.
"Kabar terkini nya gimana bu?" Oliv menggelengkan kepalanya lemah dan mimik wajah nya pun berubah jadi muram kembali.
Oliv kembali tersenyum dan menatap mereka semua. "Lo semua percayakan Alaska kuat?" Mereka semua menganggukkan kepala. "Jadi gue yakin suami gue dan sadar, dan sekarang lagi bercanda atau istirahat."
"Yaudah mari kita jemput si bos!!" Sorak Bobby dengan gembira dan dianggukki oleh semua termasuk Oliv.
Ponsel Oliv berbunyi dan menampilkan panggilan dari Devan, tanpa berpikir panjang Oliv langsung mengangkat telpon dari Devan dengan perasaan senang namun dirinya juga takut akan terjadi sesuatu pada suaminya.
"Hallo Van?" Dengan perasaan takut dan juga penasaran Oliv menjawab telfon dari Devan.
"Liv..." Suara Devan terdengar sangat lemah, membuat Oliv juga menjadi khawatir akan hal itu. "Van? Ada apa?" Perasaan nya semakin tak enak.
"Liv.... Alaska koma." Ucapan itu membuat Oliv hampir terjatuh lemas mendengar ucapan Devan.
Dengan air mata yang kembali turun dirinya dengan cepat ke atas dan berganti baju sama dengan yang lain nya keluar dan memanaskan motor menunggu istri dari ketuanya itu keluar dari dalam rumah.
Oliv mengusap kasar pipinya dan menarik nafasnya dan berusaha menenangkan dirinya. "Gue harus kuat, jangan nangis." Ucapnya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Oliv lari keluar rumah dan naik keatas mtr milik Bobby dan mentepuk pundak Bobby. "Ngebut dikit." Ucapnya menyuruh Bobby.
Bobby menganggukkan kepalanya dan melajukan mtr dengan kecepatan cukup dibilang tinggi sam a dengan yang lainnya yang menyalip mobil terus terusan, dalam hitungan belasan menit mereka semua sampai didepan loby RS.
Oliv langsung lari masuk kedalam dan menghampiri Devan yang ada didepan ruangan ICU dengan wajah yang cukup panik. "Van suami gue gapapa kan? Tanya Oliv dengan nada yang cukup panik.
"Alaska tadi kumat, dokter memfnis jika jantung Alaska tidak bisa bertahan lama." Devan menjelaskan apa yang terjadi tadi.
Dimana jantng Alaska yang hilang dan tubuh Alaska yang menjadi kejang kembali. "Van dia gapapa kan? ga ada yang bahaya kan?" Air matanya kembali turun dan menatap dengan penuh permohonan.
"Hanya satu cara dia bertahan hidup." Devan menjeda ucapan nya dan menarik nafasnya. "Alaska bisa hidup dengan alat medis." Ucap dengan dengan lemah.
Oliv terduduk lemas dilantai dengan air mata yan mulai turun, dirinya ingin dimana masanya ia dan Alaska bahagia sebelumnya.
Acha dan Salsa yang baru saja datang melihat Oliv yang duduk dibawah dengan tangan diperut dan air mata yang telsh membasahi pipinya, Acha menghampiri Oliv dan memeluk tubuh liv dengan sangat erat dan mengelus ramut Oliv.
"Lo tenang nya, Alaska kuat kan, jadi lo juga harus kuat." Ucap Acha berusaha menguatkan Oliv.
Salsa yang melihat mereka berdua berpelukan menghampiri kekasihnya yang sedang berdiri menatap mereka dengan mata yang berkaca kaca. "Kamu harus yakinin liv kal dia bisa ya.." Ucap Sa;sa sambil menarik Devan kedalam pelukannya.
"Aku tau ko Alaska kua, tapi aku ga yakin tetang medis." Salsa menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan dari kekasihnya ini.
"Kamu ga bleh ngomong gitu."Salsa mengelus punggung Devan yang ada di pukannya.
Tangisan Oliv semakin kencang membuat kepalanya pusing dirinya meremas baju Acha yang sedang memeluknya dengan sangat erat. "Are you okay" Acha bertanya pada Oliv karna wajahnya mulai pucat.
Acha menoleh pada abang nya yang berada dipelukan sahabatnya itu. "Abang!!" Devan refleks meneleh dan menghampiri adik nya.
Devan melihat Oliv yang lemas langsung mengangkatnya dan meruhnya di kursi, ia mengelus rambut Oliv dengan lembut. "Lo harus tegar dan jangan lemah, biar Alaska paham gimana capek nya nunggu dia."
Oliv membuka matanya dan menganggukan kepalanya lemah, Devan tersenyum melihat Oliv yang seperti ini.
"Lo istrirahat dulu ya, gue mau beli makanan sama Acha, ayo Cha." Acha hendak angkat bicara namun dengan cepat Devan menggenggam tangan adiknya itu.
"Kamu berangkat sendiri aja yang, Acha biar disini." Ucapan Devan membuat Salsa mengerutkan kening dan menatap kekasihnya bingung.
"Kalau aku berangkat sendiri, nanti ada apa apa gimana?" Ucap Salsa.
"Kamu cewe aku dan aku yakin kamu baik baik aja." Dengan sangat terpaksa Salsa berjalan menjauh dengan hati yang sangat kesal mengapa Acha terus terusan yang di prioritaskan oleh Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKA MY HUSBAND
Teen FictionBagaimana rasanya dijodohkan dengan ketua geng yang paling menakutkan di Jakarta? Dia bahkan hanya mengenal namanya dan juga ketangguhannya dalam berkelahi serta membawa motor. Bimbang, takut, dan banyak lagi perasaan yang dirasakan oleh Olivia Ange...